Apa yang anda rasakan ketika memasuki bulan Februari ini? Bagi yang berulang tahun tentu saja senang karena ini waktunya bersukacita karena akan menemui hari teristimewanya.
Selain itu, bagi yang mempunyai pacar atau tidak jomblo, pasti akan merasakan hal yang sama. Bulan ini dikatakan sebagai bulan kasih sayang, dimana ada hari Valentine yang dirayakan bersama orang terkasihnya tersebut.
Namun tak sedikit juga yang mungkin merasa biasa-biasa saja memasuki bulan ini. Bahkan ada yang menggerutu, "Ah, sudah Februari saja".
Bagaimanapun dalam kacamata waktu, Februari harus dijalani, mau tidak mau, suka tidak suka. Jika demikian, mungkin alangkah baiknya menikmati bulan yang ditilik dari perspektif sejarah dapat dikatakan sebagai bulan yang istimewa ini.
Jika menilik pada sejarah---penentuan sistim kalender, Februari dan juga Januari sebenarnya bukan dua bulan awal. Pada awalnya, bulan pertama adalah Martius atau Maret.
Baru sejak tahun raja kedua Romawi yaitu Numa Pompilius, Januarius atau Januari dan Februarius atau Februarius  dimasukan sebagai bulan pertama dan kedua dalam sebuah sistem kalender.
Perubahan tersebut menyebabkan setahun terdiri dari 354 hari dan menjadi seperti sekarang ketika pada 46 Sebelum Masehi Julius Caesar menyempurnakan jumlah hari dalam setahun dengan menghilangkan intercalaris atau sebuah perhitungan dalam kalender.
Darimanakah asal kata Februari tersebut? Â Ada dua pemahaman yang dapat diberikan dan sebenarnya saling berkaitan.
Pertama, nama Februari sendiri berasal dari nama dari sebuah festival di Romawi yaitu Februa yang merupakan sebuah festival untuk penyucian.
Festival ini memiliki usia yang sudah sangat tua dan biasa diadakan pada hari ke-15 di bulan tersebut. Nama Februa sendiri mengacu pada salah satu suku kuno yang bertempat di Romawi yaitu suku Sabine.
Kedua, Februari berasal dari nama Februus yang adalah dewa penyucian dalam mitologi Etruria. Bulan suci bagi dewa Februus adalah Februarius (atau Februa), dan untuk menghormatinya diadakalnah festival penyucian seperti yang dikatakan di atas.
Selanjutnya, juga dikatakan bahwa Februus kemungkinan diserap oleh orang Romawi menjadi Febris, dewi demam dan malaria. Hal ini kemungkinan berkaitan dengan keringat demam, yang dianggap sebagai proses penyucian.
Soal jumlah hari yang berjumlah 28 hari saja, dikisahkan bahwa pada saat terjadi perubahan dalam jumlah bulan-bulan yang lain tetapi Februari tetap hanya memiliki 28 hari.
Hal itu disebut karena penghormatan yang sangat besar dari masyarakat Romawi terhadap ritual penyucian di bulan tersebut sehingga tidak dilakukan pengubahan jumlah hari. Perubahan hanya dilakukan empat tahun sekali dengan menambahkan satu hari untuk menyempurnakan sistem kalender tersebut.
Jadi walau masyarakat Romawi yang membuat kalender masehi sangat menghormati bulan tersebut, namun setiap empat tahun sekali demi terciptanya keseimbangan mereka menambahkan satu hari khusus.
Menarik kan?
Ada beberapa kata kunci yang nampak di atas dari bulan Februari, penyucian misalnya.
Dalam filosofinya, penyucian di Februarius juga bukan sekedar penyucian diri tetapi juga disimbolkan dengan penyucian mata air.
Lupakan sejenak tentang paganisme di dalamnya, tetapi renungkan sejenak simbolisme yang terkandung di dalmanya.
Simbolisme yang dapat menggambarkan bahwa di dalam diri manusia ada suatu tanda keinginan untuk bergerak dari level yang tidak diinginkan mneuju keidealan. Ada keinginan untuk melakukan perubahan disitu.
Februari seperti mengajak. Mengajak untuk terdiam dalam kontemplasi, bisa saja Januari yang terlewati diisi dengan kegagalan, atau tanpa tujuan, Februari adalah waktu untuk mengevaluasi.
Metafor-metafor ini mungkin nampak berada dalam budaya mistis sejarah peradaban, namun dalam simbolisme itu, bisa saja ada sesuatu yang diingatkan kembali.
Mungkin saja resolusi yang masih belum gagal dilakukan di Januari, mungkin saja waktu yagn terbuang percuma di Januari, atau tindakan humanis yang tertunda karena satu dan lain hal.
Bersyukurlah, untuk Februari ini. Tak usah takut untuk "penyucian", jalani sebagai sebuah perenungan memasuki bulan istimewa ini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H