Selanjutnya, juga dikatakan bahwa Februus kemungkinan diserap oleh orang Romawi menjadi Febris, dewi demam dan malaria. Hal ini kemungkinan berkaitan dengan keringat demam, yang dianggap sebagai proses penyucian.
Soal jumlah hari yang berjumlah 28 hari saja, dikisahkan bahwa pada saat terjadi perubahan dalam jumlah bulan-bulan yang lain tetapi Februari tetap hanya memiliki 28 hari.
Hal itu disebut karena penghormatan yang sangat besar dari masyarakat Romawi terhadap ritual penyucian di bulan tersebut sehingga tidak dilakukan pengubahan jumlah hari. Perubahan hanya dilakukan empat tahun sekali dengan menambahkan satu hari untuk menyempurnakan sistem kalender tersebut.
Jadi walau masyarakat Romawi yang membuat kalender masehi sangat menghormati bulan tersebut, namun setiap empat tahun sekali demi terciptanya keseimbangan mereka menambahkan satu hari khusus.
Menarik kan?
Ada beberapa kata kunci yang nampak di atas dari bulan Februari, penyucian misalnya.
Dalam filosofinya, penyucian di Februarius juga bukan sekedar penyucian diri tetapi juga disimbolkan dengan penyucian mata air.
Lupakan sejenak tentang paganisme di dalamnya, tetapi renungkan sejenak simbolisme yang terkandung di dalmanya.
Simbolisme yang dapat menggambarkan bahwa di dalam diri manusia ada suatu tanda keinginan untuk bergerak dari level yang tidak diinginkan mneuju keidealan. Ada keinginan untuk melakukan perubahan disitu.
Februari seperti mengajak. Mengajak untuk terdiam dalam kontemplasi, bisa saja Januari yang terlewati diisi dengan kegagalan, atau tanpa tujuan, Februari adalah waktu untuk mengevaluasi.
Metafor-metafor ini mungkin nampak berada dalam budaya mistis sejarah peradaban, namun dalam simbolisme itu, bisa saja ada sesuatu yang diingatkan kembali.