Mohon tunggu...
Arnold Adoe
Arnold Adoe Mohon Tunggu... Lainnya - Tukang Kayu Setengah Hati

Menikmati Bola, Politik dan Sesekali Wisata

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Banjir Jakarta Tenggelamkan Kemampuan Menata Kata Anies Baswedan

3 Januari 2020   08:35 Diperbarui: 20 Januari 2020   05:10 6006
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Anies Baswedan.(KOMPAS/IWAN SETYAWAN)

Banjir yang menerjang Ibu Kota di awal tahun 2020 mengundang keprihatinan yang dalam. Terbilang ribuan warga mengungsi dan sejumlah orang meninggal dunia karena peristiwa ini.

Tercatat 31.323 warga yang berasal dari 158 kelurahan, mengungsi karena rumahnya terendam banjir. Sedangkan yang meninggal dunia diakibatkan antara lain karena terseret banjir, hiportermia ataupun tertimbun longsor.  

Curah hujan ekstrem memang melanda Jabodetabek. Berdasarkan hasil pemantauan Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), curah hujan mencapai 377 milimeter di kawasan Landasan Udara TNI Angkatan Udara Halim Perdanakusuma, Jakarta Timur.

Angka curah ini tercatat merupakan  tertinggi yang pernah menerpa Jakarta, dengan rekor sebelumnya ada pada tahun 2007 dengan catatan 340 milimeter per hari.

Di tengah keprihatinan, perhatian publik juga ternyata tersedot kepada reaksi atau aksi Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan.

Wajar, karena sebagai leader, di tengah masalah banjir, Anies perlu untuk menenangkan dan  meyakinkan warga bahwa jajarannya telah berbuat yang terbaik di tengah bencana yang terjadi.

Selain itu, pastinya publik juga menunggu apakah aksi taktis Anies akan sebanding atau lebih baik dari kemampuan olah kata dan menata kata yang sering dikagumi dari diri seorang Anies.

Sampai saat ini menurut saya, Anies harus mengakui, untuk masalah banjir, baik penyebab, pencegahannya dan penanganannya, kemampuan olah kata Anies ikut ditenggelamkan.

Perhatikan saja persinggungan Anies dengan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Basuki Hadimuljono soal penyebab banjir.

Basuki mengatakan, bahwa untuk menangani banjir  yang harus dilakukan saat ini adalah normalisasi dan perluasan sungai-sungai besar.

Basuki memberi contoh Kali Ciliwung dimana  PUPR telah menormalisasi 16 kilometer dari total 33 kilometer. Sayangnya, menurut Basuki,  proses  normalisasi harus terhenti karena persoalan pembebasan lahan.

 "Ya, pemda-nya (Pemprov DKI Jakarta, Red) tidak mau bebasin," kata Basuki.

Anies membantah dan tidak sependapat dengan Basuki. Menurut Anies, pelebaran sungai bukanlah kunci utama dari harapan Jakarta bebas banjir karena air kiriman terlalu besar.

 "Selama air dari hulu tidak bisa kita kendalikan. Selebar apa pun sungainya ya percuma," kata Anies.

Sayangnya secara fakta, Anies harus terdiam. Perbedaan terlihat sangat nyata karena bantaran 16 kilometer yang telah dinormalisasi di daerah Kampung Melayu tidak mengalami banjir parah.

Menggunakan kemampuan berdebatnya yang diatas rata-rata, Anies lantas juga membantah pernyataan Jokowi yang mengatakan bahwa banjir disebabkan produksi sampah yang tidak dikelola dengan baik.

Anies menyebut soal sampah menjadi penyebab banjir ini justru harus dicek kembali, sebab di beberapa titik banjir ekstrem yang terjadi di beberapa wilayah justru malah tak menjadi daerah dengan produksi sampah yang cukup tinggi.

Saat bertemu wartawan di Pintu Air Manggarai, Jakarta, Kamis (2/1/2020), Anies bahkan menyebut siap berdebat dan berdiskusi penyebab banjir setelah penanganan selesai.

"Kalau mau debat masalah sebab, nanti setelah ini selesai. Nanti kita siap berdiskusi. Sekarang kita pikirkan warga yang memerlukan (evakuasi)," ucap Anies.

Baik kita tunggu nanti bagaimana nanti debat-debat Anies selanjutnya, namun konsep "air hujan masuk ke bumi" yang pernah dikatakan Anies, gagal total kali ini. 

Ini kutipan perkataan Anies yang tampak meyakinkan soal air hujan masuk ke tanah ini.

"Tanah kita tak lagi terbuka menangkap air hujan. Tanah kita tertutup oleh aspal, bangunan rumah, dan gedung, sehingga air yang diturunkan dari langit tak masuk ke bumi kita. Kita halangi air itu dari masuk ke bumi, apa dampaknya? Manusia merasakan dari tahun ke tahun hadirnya limpahan air yang kita sebut dengan banjir. Karena itu, mulai tahun ini, kita memulai gerakan untuk mengembalikan air hujan ke dalam bumi," kata Anies pada November 2018.

***

Menata kata memang penting namun jaman sudah berganti, kemampuan teknis dengan aksi nyata juga merupakan sesuatu yang harus dimiliki seorang pemimpin di jaman sekarang.

Rakyat akan terpikat dengan kata-kata politisi yang berbahasa baik, kata-kata yang indah dengan intonasi teratur dengan pengendalian emosi yang piawai, tetapi saat bencana banjir kemampuan itu dihadapkan kepada dua pilihan mampu mengendalikan atau diseret dan ditenggelamkan.

Memang, Harold Lasswell (1902-1978) pernah mengatakan bahwa kemampuan seorang pemimpin politik adalah meyakinkan (persuasion) dan memanipulasi (manipulation), akan tetapi di era saat ini dengan berbagai masalah yang ada, figur yang mengandalkan hal ini akan gampang tamat. Kecuali tetap memiliki masa fanatik yang besar.

Figur dengan pencitraan akan tumbang jika tanpa prestasi dan kemampuan mengatasi masalah. Figur yang kerap menggunakan kemahiran berpidato sebagai jimat dalam menapaki karir politik akan terhempas, karena etalase besar politik tidak lagi menganggap hal itu sebagai yang utama.

Jika hal itu terus mengakar maka tafsir baru dalam politik kita bahwa mereka yang dapat bekerja meski tak piawai menata kata akan mendapat jalannya.

Sumber Referensi :

Kompas. com., 2/1/2020, "Benarkah Banjir di Jakarta adalah yang Terparah" 

Detik.com, 20/11/2020, " Anies: Jika Air Hujan Masuk ke Tanah, Insyaallah Tak Ada Banjir"

cnnindonesia.com, 1/1/2020, "Anies dan Basuki Beda Pendapat soal Penyebab Banjir Jakarta"

Dertik.com, 02/02/2020, "Anies Siap Debat soal Penyebab Banjir Setelah Air Surut"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun