Langkah  pasangan ganda putra nomor satu dunia Kevin Sanjaya Sukamuljo/Marcus Fernaldi Gideon harus terhenti di babak semifinal  turnamen BWF World Tour Finals 2019. Lagi-lagi, Kevin/Marcus dikalahkan oleh pasangan Jepang yang sudah sangat sering menghentikan langkah mereka, Hiroyuki Endo/Yuta Watanabe.
Tak tanggung-tanggung, dalam turnamen BWF World Tour tahun ini, sudah dua kali Kevin/Marcus dipecundangi Endo/Watanabe. Pertama di fase grup, Kevin/Marcus kalah 11-21, 21-14, 11-21 dalam waktu satu jam dan lima menit.
Di babak semifinal, lagi dan lagi melalui rubber set, Kevin/Marcus menyerah 11-21, 21-15, dan 10-21 dalam tempo 56 menit. Â
Kekalahan ini membuat rekor tahun ini adalah 0-5 untuk Endo/Watanabe. Lima kali Kevin/Marcus menderita kekalahan beruntun. Perjalanan kekalahan Kevin/Marcus dimulai dari Hong Kong Open, Thailand Open dan "dibantai" di Kejuaraan Bulutangkis Asia dengan skor telak 18-21, 3-21.
Padahal, tahun lalu dalam dua pertemuan awal, Endo/Watanabe selalu kalah. Endo/Watanabe pula yang dianggap telah memutuskan rantai "player of the year" dari Kevi/Marcus sebagai pebulutangkis dengan gelar terbanyak setahun. Gelar itu tahun ini berpindah ke Kento Momota yang pada tahun ini amat digdaya.
Seusai kekalahan dalam laga semifinal tersebut, Kevin/Marcus berusaha berbesar hati dengan mengakui kekalahan mereka. "Hari ini, lawan bermain lebih baik daripada kami. Mereka tampil lebih konsisten dari awal sampai akhir. Mereka juga selalu bisa mempertahankan ritme permainannya. Sebaliknya, kami malah masih banyak berubah-ubah. Pastinya kami kecewa dengan hasil ini," ujar Kevin.
"Kami sudah berusaha menyerang, tapi lawan memang enggak gampang mati hari ini. Saya pribadi jadi enggak begitu percaya diri mainnya. Mau main bagaimanapun jadi enggak enak, enggak bisa lepas juga tadi karena kepikiran terus," Â tambah Marcus.
Bagaimana menganalisa permainan Endo/Watanabe yang seperti menjadi antithesis dari Kevin/Marcus, atau berbagai media bahkan menyebut mereka sebagai Kryptonite, illustrasi yang menggambarkan bahwa sang Superman, Kevin/Marcus tak akan berdaya di hadapan Kryptonite.
Jika kita menyaksikan pertandingan semifinal, maka Endo/Watanabe memiliki kekuatan yang cukup lengkap. Endo/Watanabe berbeda dengan dua pasangan papan atas, yang sudah sering dikalahkan Kevin/Marcus yakni ganda Jepang lainnya, Kamura/Sonoda dan pasangan raksasa Cina, Li Junhui/Li Yuchen.
Kamura/Sonoda dikenal memiliki pertahanan yang kuat namun tidak terlalu tajam dalam menyerang, apalagi diajak bermain dalam tempo tinggi dalam waktu yang lama. Sebaliknya, Li Junhui/Li Yuchen memiliki serangan yang tajam, namun sayang lemah dalam pertahanan.
Endo/Watanabe memiliki pertahanan yang kuat, sekaligus tajam dalam menyerang. Selain itu, ketahanan Endo/Watanabe ketika diajak beradu dengan pukulan drive juga mumpuni.
Kevin yang terkenal cepat dengan drivenya dan penempatan bola yagn akurat  mendapat lawan tanding tangguh terkhususnya dalam diri Yuta Watanabe yang amat mahir memainkan bola dengan tangan kidalnya.
Sedangkan, Hiroyuki Endo piawai dalam bola-bola di depan net sekaligus mengatur ritme pertandingan. Inilah yang membuat Marcus mengatakan bahwa Endo/Watanabe amat sulit untuk dimatikan.
Menariknya, jika melawan Kevin/Marcus, Endo/Watanabe kerap memenangkan pertandingan, namun jika berhadapan dengan ganda veteran, Ahsan/Hendra, Endo/Watanabe seing kesulitan dan kalah.
Nah, ini juga perlu diperhatikan. Gaya permainan Kevin/Marcus adalah permainan yang cepat,yang ingin mematikan bola secepat mungkin. Jika kecepatan mereka mampu ditandingi lawan, maka Kevin/Marcus akan kesulitan bahkan frustrasi.
Saat dikalahkan di final Kejuaraan Bulutangkis Asia 2019, Endo/Watanabe sudah membaca gaya main Kevin/Marcus ini dengan begitu jelasnya.
"Kami hanya mencoba untuk terus mengembalikan bola saja. Mungkin karena tidak bisa menembus pertahanan kami, mereka (Kevin/Marcus) frustrasi dan kehilangan konsentrasi," ujar Watanabe saat ini.
Berbeda dengan pasangan  Ahsan/Hendra yang lebih lambat pola mainnya. Ahsan/Hendra lebih tenang dan tidak buru-buru, sehingga pasangan dengan pola cepat akan kesulitan melawan mereka, termasuk juga Endo/Watanabe.
Dalam rekor antara kedua pasangan ini, Ahsan/Hendra unggul jauh dengan lima kali kemenangan berbanding satu pertandingan. Oleh karena itu, saya memprediksi final BWF Finals nanti akan dimenangkan oleh Ahsan/Hendra. Semoga.
Pertanyaan terakhir, apakah selanjutnya Kevin/Marcus akan selalu kalah dari Endo/Watanabe? Tentu saja tidak.
Kevin/Marcus mungkin "hanya" sedikit terlena karena dalam dua tahun terakhir nampak digdaya dan tidak mendapat lawan yang tangguh. Baru di tahun 2019 ini, Endo/Watanabe menjadikan Kevin/Marcus sedikit tersendat.
Oleh karena itu, kita perlu berharap pengalaman kekalahan dari Endo/Watanabe dapat dijadikan bahan evaluasi untuk mengembangkan gaya permainan yang tepat menghadapi lawan yang berbeda dari lawan-lawan sebelumnya. Jika formula itu sudah ditemukan, Kevin/Marcus akan kembali lebih siap dan lebih tangguh tahun depan.
Kekalahan itu terkadang baik, jiak direspons dengan tepat akan menjadikan Kevin/Marcus lebih kuat untuk pertandingan selanjutnya. Seperti yang dikatakan Marcus seusai laga. "Harus disyukuri hasil ini dan pastinya kami harus latihan lebih keras lagi. Karena saya pribadi merasa masih banyak kekurangan, jadi harus banyak evaluasi lagi" .
Jika rencana itu berjalan baik, tahun depan Endo/Watanabe pantas untuk lebih berhati-hati. Kevin/Marcus akan kembali dengan kekuatan yang lebih kuat.
Terakhir, selain Ahsan/Hendra yang melangkah ke final, Indonesia juga diwakili oleh Antoni Ginting yang akan menghadapi Kento Momota di partai final tunggal putra. Semoga Ahsan/Hendra dan Antoni dapat membawa dua gelar dari Guangzhao.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H