Mohon tunggu...
Arnold Adoe
Arnold Adoe Mohon Tunggu... Lainnya - Tukang Kayu Setengah Hati

Menikmati Bola, Politik dan Sesekali Wisata

Selanjutnya

Tutup

Bola Artikel Utama

3 Faktor yang Membuat Timnas U-22 Dibantai Vietnam

10 Desember 2019   21:19 Diperbarui: 11 Desember 2019   00:27 1248
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Jika penyakit ini tidak selesai, Garuda Muda diprediksi tidak akan ke mana-mana.  Mengapa? Salah satu kegagalan tim dalam set piece diakibatkan kelemahan postur tubuh sehingga gagal berduel udara. Menghadapi Vietnam saja sudah kesulitan seperti ini apalagi menghadapi negara-negara yang memiliki keunggulan postur tubuh,seperti negara Eropa. Perlu evaluasi mendalam tentang persoalan ini.

Ketiga, kualitas Indra Sjafri masih di bawah kualitas Park Heng-Seo. Tanpa mengurangi rasa hormat kepada coach Indra Sjafri, jalannya pertandingan telah menunjukan adu taktik antara kedua pelatih, dan harus diakui pelatih Vietnam unggul atas Indra dari berbagai segi.

Park Heng-Seo memilih dengan tepat bagaimana Vietnam bermain melawan timnas Indonesia. Perhatikan bagaimana Park Heng-Seo menginstruksikan anak asuhnya untuk bermain dengan zona marking daripada man to man marking.

Park Heng-Seo, menyadari bahwa secara skill dan kecepatan pemain Vietnam mungkin kalah dari timnas kita, tetapi soal disiplin menjaga pertahanan Vietnam yang dibuat Park Heng-Seo mampu bermain ala Italia dengan cattenacio sambil menunggu kesalahan dibuat oleh timnas Indonesia.

Telak, strategi Park Heng-Seo berjalan mulus, bahkan ketika coach Indra baru menyadari bahwa merubah menjadi strategi 4-4-2 dari 4-3-3 adalah pilihan yang tepat setelah tertinggal dua gol, Park Heng-Seo sudah lebih dahulu dengan cerdas menempatkan tambahan gelandang di tengah dan mengeluarkan striker andalannya. Vietnam semakin kokoh di tengah dan membuat alur pergeralan bola pemain Indonesia menjadi tetap lamban dan lambat.

Coach Indra tidak bisa dikatakan gagal, hanya nampaknya untuk level yang lebih tinggi atau senior, kita membutuhkan pelatih yang lebih piawai untuk cepat mengambil keputusan ketika terjadi jalan buntu sekaligus memiliki fleksibilitas dalam hal formasi. 

Keunggulan Park Heng-Seo yang memang telah berprestasi dengan Vietnam, membuat suporter Vietnam tak enggan untuk mengibarkan bendera Korea Selatan di tribun.

Akhirnya, mimpi timnas U-22 meraih emas memang sudah kandas, tetapi mimpi untuk melahirkan timnas yang berkualitas jangan terus berhenti. Jadikan ini sebagai pengalaman, bangun manajemen kepelatihan yang lebih solid, niscaya keberhasilan akan datang pada waktunya.

Sayangnya bukan sekarang. Penantian 28 tahun itu harus lebih lama lagi, minimal sampai SEA Games berikutnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun