Mohon tunggu...
Arnold Adoe
Arnold Adoe Mohon Tunggu... Lainnya - Tukang Kayu Setengah Hati

Menikmati Bola, Politik dan Sesekali Wisata

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Ke Final, Ini 3 Catatan Koreksi untuk Timnas U-22 SEA Games

8 Desember 2019   04:57 Diperbarui: 8 Desember 2019   15:38 262
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Selangkah lagi Indonesia boleh berharap untuk mendapatkan medali emas dari ajang paling prestisius di SEA Games 2019 Filipina.

Timnas U-22 berhasil melaju ke final cabang sepakbola setelah dalam pertandingan babal semifinal mengalahkan Myanmar dengan skor 4-2 melalui babak perpanjangan waktu.

Pertandingan berlangsung menarik. Seeprti yang di prediksi oleh banyak pengamat, timnas tampil mendominasi bahkan telah unggul dua gol lebih dahulu melalui gol Evan Dimas dan Egy Vikri. Myanmar berhasil menyamakan skor 2-2 di paruh akhir babak kedua dan memaksakan hasil imbang di 90 menit.

Dalam babak tambahan 2x15 menit, Garuda Muda berhasil menambah dua gol melalui sontekan Osvaldo Haay dan gol kedua dari sang playmaker, Evan Dimas. Di babak final, timnas sudah ditunggu Vietnam yang terlalu perkasa bagi tim kejutan, Kamboja dengan skor telak, 4-0.

Kita boleh berbangga atas prestasi yang ditorehkan Osvaldo Haay cs, akan tetapi jika harus sedikit mengoreksi penampilan mereka, maka paling tidak ada 3 (tiga) catatan kecil atau koreksi yang dapat diberikan jelang laga final nantinya.

Pertama, soal konsentrasi sepanjang 90 menit. Tidak dapat dipungkiri bahwa gol balasan Myanmar semuanya tercipta karena kelengahan anak-anak asuh Idnra Sjafrie setelah unggul dua gol terlebih dahulu.

Seperti bermain-main karena merasa waktu sudah tersisa kurang lebih 10 menit, Zulfiandi salah memberikan umpan kepada lini belakang, bola berhasil dicuri pemain Myanmar dan dengan mudah diceploskan ke gawang kita.

Akan amat menyedihkan membayangkan jika hal ini terjadi di final nanti. Seharusnya kesalahan berada di titik nol, apalagi berhadapan dengan Vietnam yang akan lebih kejam menghukum kesalahan sekecil apapun, berkaca dari penampilan di penyisihan grup ketika kedua tim bertemu.

Saat itu timnas menyerah 1-2 , dan gol Vietnam tercipta melalui skema set piece dan tendangan dari luar kotak penalty memanfaatkan kelengahan pemain timnas.

Kedua, kecerdasan untuk menjaga tempo pertandingan. Dalam pertandingan melawan Myanmar, postifnya timnas memang terlihat mendominasi pertandingan, namun sayang terlalu bermain sporadis menyerang, membuat stamina para pemain nampak terkuras.

Solusinya adalah Evan Dimas atau Zulfiandi yang bertugas mengontrol dari lini tengah dapat mengatur intensitas serangan, Kapan menyerang, kapan bertahan dan kapan menjaga bola atau ball possession dengan jeda waktu tertentu.

Hal ini dipandang amat perlu diperhatikan  karena jika dipandang dari segi stamina untuk terus bermain dalam intensitas yang tinggi, Vietnam tentu berada setingkat di atas Myanmar. Di pertandingan di fase grup, Vietnam tak hentinya menekan Indonesia hampir sepanjang 90 menit.

Mungkin karena kesulitan menjaga tempo pertandingan, pada akhirnya Egy Vikri dan Firza Andhika yang terus naik turun tanpa henti menyerang terpaksa lebih dahulu meninggalkan lapangan karena mengalami cedera akibat kelelahan.

Terakhir dan tak kalah penting adalah keefektifan mengkonversi peluang yang diapatkan untuk menjadi gol.

Pertandingan semifinal kemarin mungkin akan terlihat lebih mudah dan tak perlu diselesaikan melalui perpanjangan waktu apabila dari sekian banyak peluang mampu dikonversi menjadi lebih dari dua gol.

Hitung saja berapa kali peluang yang bergantian didapatkan Osvaldo Haay, Egy, Saadil atau bahkan Evan Dimas yang gagal dijadikan gol.

Memang Ronaldo atau Messi saja pernah membuang peluang gol, hanya saja probabilitasnya jangan terlalu banyak seperti kemarin. Melawan Vietnam, jika hal itu terjadi lagi, maka hanya penyesalan saja yang akan tersisa terutama karna terlalu banyak membuang peluang.

Di luar 3 koreksi ini, apresiasi tetap wajib diberikan kepada Evan Dimas cs. Mereka tampil amat hebat dengan daya juang tanpa henti di babak semifinal. Indra Sjafrie menjanjikan bahwa puncak penampilan mereka adalah di babak final melawan Vietnam nanti.

Kita tunggu saja. Semoga soal konsentrasi, menjaga tempo dan mengkonversi peluang menjadi gol menjadi catatan yang dapat diperbaiki dalam penampilan di babak final.  

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun