Apalagi, relasi di antara mereka bertiga memang sudah terpisah cukup jauh karena atribut Anies pada awal kemunculannya sebagai tokoh intelektual publik yang melampaui sekat-sekat politik partisan dianggap ternoda ketika ada kesan bahwa Anies nampak kental memelihara sentimen agama demi mengalahkan Ahok. Â
Kedua, Anies menjadi sorotan saat turut hadir mengikuti konferensi pers pemindahan ibu kota di Istana Negara.
Dalam konfrensi yang dipimpin Jokowi tersebut, Anies duduk di barisan paling kiri bangku yang disediakan untuk keterangan pers lokasi ibu kota baru tersebut berdampingan di sebelah Mensesneg Pratikno.
Setelah Jokowi dan Jusuf Kalla meninggalkan meja konfrensi, tiba-tiba Anies berdiri dan ingin keluar dari forum resmi tersebut.
"Pak, Pak Gubernur jangan pergi dulu Pak, masih live," ujar wartawan yang melihat Anies ingin keluar. Â Kemudian Anies nampak ditahan oleh Menteri PUPR Basuki Hadimuljono agar tak pergi meninggalkan lokasi yang tengah menyampaikan keterangan resmi pemindahan ibu kota baru.
Dalam pertemuan tersebut Anies memang nampak lebih banyak diam, dan wajahnya terlihat banyak berpikir. Mungkin karena status Jakarta sebagai Ibu Kota akan segera hilang di masa kepemimpinan Anies.
Anies sempat berkomentar tentang wilayah keputusan yang kapasitasnya tidak bisa ikut menentukan tersebut. Anies menyebut pembangunan di Jakarta akan terus dilakukan sesuai perencanaan.
"Ibu kota, pusat pemerintahan, memang direncanakan berada di Kalimantan Timur, tetapi kegiatan pembangunan di Jakarta tidak otomatis berhenti, justru itu akan dipercepat. Kita targetkan sampai dengan tahun 2030," kata Anies, mungkin ingin menghibur diri.
Sebelumnya Anies mengatakan bahwa dirinya bersama masyarakat Jakarta harus siap menerima perubahan sebagai dampak pindahnya ibu kota. Â "Memang sebuah kota harus siap untuk menghadapi perubahan-perubahan zaman. Tidak bisa kita mau statis terus. Saya percaya masyarakat bisnis di Jakarta akan dengan cepat melihat kesempatan-kesempatan baru dengan ada tantangan-tantangan baru," tutur Anies.
Salah satu yang dikuatirkan adalah janji-janji programatik Anies akan terganggu dengan perpindahan ini, apalagi berkaitan dengan kebutuhan dana yang digelontorkan pemerintah pusat bagi DKI Jakarta.
Jika hal itu terjadi,  pembangunan Jakarta akan sedikit tersendat dan Anies  harus bekerja keras agar pencitraan dirinya harus terjaga hingga 2022 ataupun 2024. Jika DKI tidak lagi menjadi fokus, Anies akan kerepotan mengembangkan citra jika target politiknya adalah 2024 nanti. Â