Mohon tunggu...
Arnold Adoe
Arnold Adoe Mohon Tunggu... Lainnya - Tukang Kayu Setengah Hati

Menikmati Bola, Politik dan Sesekali Wisata

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Susi Pudjiastuti Bisa Menegur Anies Soal Penggunaan Material Terumbu Karang di Gabion

25 Agustus 2019   03:27 Diperbarui: 25 Agustus 2019   03:50 921
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Instalasi gabion yang dibuat dari batu bronjong di Bundaran HI, Jakarta Pusat, Kamis (22/8/2019)(KOMPAS.COM/RYANA ARYADITA UMASUGI)

Setelah Getah Getih yang fenomenal, Instalasi Gabion di Bundaran HI, Jakarta Pusat menjadi sorotan.  Keranjang batu bernilai 150 juta yang berisi batu karang tersebut dinilai pemerhati  isu lingkungan, Riyanni Djangkaru telah melanggar undang-undang konservasi lingkungan.

Riyanni amat menyayangkan penggunaan material tiga instalasi gabion yang diletakkan secara berdampingan dengan dua instalasi setinggi kurang lebih 160 sentimeter dan satunya setinggi kurang lebih 180 sentimeter itu ternyata berisi terumbu karang yang dilindungi.

"Saya jd bertanya-tanya, apakah perlu ketika sebuah instalasi dengan tema laut dianggap harus menggunakan bagian dari satwa dilindungi penuh ? Apakah penggunaan karang yang sudah mati ini dpt dianggap seakan "menyepelekan " usaha konservasi yang sudah, sedang dan akan dilakukan? Darimana asal dari karang-karang mati dalam jumlah banyak tersebut? Ekspresi seni adalah persoalan selera, tp penggunaan bahan yang dilindungi Undang-undang sebagai bagian dari sebuah pesan,mohon maaf, menurut saya gegabah." tulis Riyanni melalui akun Instagram-nya, @r_djangkaru.

Instalasi Gabion ini memang menggunakan batuan karang baik sebagai jalan setapak menuju instalasi gabion maupun  susunan bebatuan dalam instalasi gabion.

Atas kritikannya, Riyanni yang juga mantan presenter acara Jejak Petualang ini lantas dihubungi oleh pihak Pemprov DKI, baik itu anggota Tim Gubernur untuk Percepatan Pembangunan (TGUPP) Naufal Firman Yursak dan Kepala Dinas Kehutanan DKI Jakarta Suzi Marsitawati.

Riyanni Djangkaru I Gambar : Tribunnews
Riyanni Djangkaru I Gambar : Tribunnews
Sedihnya Riyanni mengatakan bahwa jajaran dalam Pemprov DKI itu tidak paham bahwa dalam instalasi gabion itu adalah batu karang. "Beliau bilang gini, dia tidak tahu bahwa yang dia taruh itu adalah batu karang. Yang dia tahu, ketika proyek itu disetujui, pembangun proyek itu memesan batu tersebut dari toko batu dan itu yang dikirim oleh toko batunya," kata Riyanni.

Riyanni lantas menjelaskan bahwa ia sudah memberi saran agar ke depannya, dalam perencanann lansekap seperti ini, pemerintah harus menggelar focus grup discussion (FGD) dengan pihak yang punya keahlian soal terumbu karang, agar hal-hal seperti ini tidak lagi terjadi.  untuk membahas penggunaan batu karang itu.

Sebenarnya apa yang dikatakan oleh Riyanni ini adalah standar prosedur baku yang harus dilakukan namun entah mengapa terlihat ada kelalaian dalam proyek bernilai 150 juta ini.

Susi Pudjiastuti dan Kampanye Perlindungan Terumbu Karang

Jika mengacu pada undang-undang, konservasi terumbu karang dilindungi Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya dan Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007 Tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil.

Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti sangat getol dalam perlindungan terumbu karang ini. Saat  acara Banyuwangi Underwater Festival pada April lalu, Susi mengklaim saat ini terumbu karang dalam kondisi bagus di lautan Indonesia kurang dari 50 persen.

"Kerusakan terumbu, saya pikir sudah sangat luar biasa. Orang bilang sudah 85 persen (yang bagus), saya tidak percaya. Saya pikir tinggal 60 saja paling banyak, yang bagus. Mungkin bahkan kurang dari 50 persen," ujar Susi.

Susi bahkan melarang keras merusak dan mengambil terumbu karang di lautan Indonesia. "Makanya semestinya kita sudah tidak boleh, ambil, rusak, hancurkan karang-karang itu. Tidak boleh. Karena karang dengan berbagai hal yang ada di dalam laut saja bisa mati, apalagi kalau kita ambilin. Ambillah ikannya saja, nggak usah karangnya," kata Susi.

Bahkan Kementerian Kelautan dan Perikanan sudah tidak lagi mengeluarkan dan menerbitkan surat kesehatan karang. Kebijakan ini dirasa pelru  dilakukan agar terumbu karang tidak bisa diperjual-belikan.

Meski perlu penyelidikan lebih lanjut, dari segi konservasi lingkungan, apa yang dilakukan oleh Pemprov DKI bisa dikatakan fatal. Jika kampanye terumbu karang sudah begitu masifnya mengapa untuk ornament di tengah kota, harus menggunakan terumbu karang. Apalagi karang itu didapatkan secara komersil, bukankah ini dilarang?

Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan sendiri mengatakan bahwa  Instalasi batu gabion dibuat untuk mempercantik Ibu Kota.

"Taman biasa, itu rancangannya dari Dinas Pertamanan, namanya kan nanti Dinas Pertamanan dan Hutan Kota. Jadi rancangan begitu sama seperti taman-taman yang lain, biasa saja. Tentu lah (untuk mempercantik), memang untuk apalagi kalau bukan mempercantik?" ujar  Anies kepada wartawan di gedung DPRD DKI, Jl Kebon Sirih, Jakpus, Kamis (22/8/2019).

Mempercantik kota memang penting akan tetapi peka terhadap isu lingkungan dalam penggunaan ornamen lebih penting lagi ceritanya pak Gubernur.

Sapai tulisan ini dibuat, Anies sendiri belum berespon tentang kritik Riyanni ini, yang pasti tiga bronjong atau keranjang besar batu yang disebut melambangkan air, udara, dan tanah yang menyelaraskan lingkungan bisa membuat Susi Pudjiastuti marah besar pada Anies Baswedan.

Kita tunggu saja.

Sumber : 1 - 2 - 3

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun