Paling tidak dua peristiwa yang mencuri perhatian publik nasional dalam beberapa pekan terakhir.
Pertama, peristiwa black out yang melanda Jakarta dan beberapa daerah di Jawa dan kedua adalah masalah pengelolaan sampah Jakarta yang bahkan sempat memunculkan keinginan warga agar Wali Kota Surabaya, Bu Risma diundang khusus untuk menyelesaikan masalah sampah di Jakarta.
Kedua isu menariknya dapat disandingkan dan erat berhubungan jika topiknya diarahkan untuk membicarakan tentang Pembangkit Listrik Tenaga Sampah atau disingkat dengan PLTSa, sebuah terobosan yang sedang dilakukan pemerintah untuk mengatasi masalah sampah dan listrik nasional.
Apa Kabar PLTSa di Indonesia?
Meskipun tergolong teknologi baru dan baru merupakan "pilot project" namun pemerintah terlihat serius mengembangkan teknologi yang mampu membuat sampah menjadi sumber daya listrik di negeri ini.
Maret 2019, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Luhut Luhut Binsar Pandjaitan bersama Menteri Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi Mohamad Nasir dan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) Hammam Riza telah meresmikan Pembangkit Listrik Tenaga Sampah (PLTSa) Merah Putih Bantargebang.
PLTSa Bantargebang yang terletak di Bekasi diharapkan akan dapat menjadi solusi pengelolaan sampah nasional terutama di kota besar Indonesia.
Sebagai "pilot project", PLTSa memang baru dapat mengolah sampah 100 ton/hari, tetapi diharapkan akan terus dikembangkan untuk dapat memproses dalam kapasitas yang lebih besar.
"PLTSa Merah Putih Bantargebang ini merupakan pilot project sehingga baru mampu mengolah100 ton/hari, kita dorong BPPT untuk menghasilkan teknologi yang mampu mengolah 2.000 hingga 5.000 ton per hari," ujar Menristekdikti, M. Nasir.
Kepala Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) lebih lanjut mengatakan bahwa pilot project PLTSa Merah putih ini dibangun dengan kapasitas pengolahan sampah mencapai 100 ton per hari dan akan menghasilkan listrik sebagai bonus sebanyak 700 kilowatt hour.
Bekasi memang dipilih karena produksi sampah bersama dengan Jakarta termasuk sangat besar. Dalam sehari DKI Jakarta memproduksi 8.000 ton sampah, sedangkan Kota Bekasi mencapai 1.800 ton, sehingga dengan adanya PLTSa ini juga diharapkan dapat menyelesaikan masalah sampah, baik di DKI Jakarta maupun di Kota Bekasi.
Cerita Keberhasilan PLTSa di Swedia
PLTSa dapat dikatakan tergolong sukses di negara maju di Eropa dan Amerika. Negara-negara maju seperti Swedia, Denmark, Swiss, Prancis, dan Amerika Serikat telah memaksimalkan proses pengolahan sampah dan mengubah sampah-sampah ini menjadi energi listrik.