Publik tentu berharap Jokowi dapat mencontoh apa yang dilakukan oleh Maduro.  Persoalan listrik padam ini, sebenarnya dapat menjadi semacam peringatan atau refleksi bagi Jokowi agar bukan sekedar memikirkan pemecatan atau  penggantian menteri, tetapi juga menempatkan orang yang tepat dan profesional di posisinya.
Urgensi Zaken Kabinet Pasca Black Out
Meskipun harus dinvestigasi lebih mendalam tentang black out yang terjadi kemarin, tetapi ketepatan menempatkan orang baik di level menteri maupun di tingkat direksi BUMN menjadi salah satu yang amat penting.
Salah satu yang terpampang di media adalah kritik terhadap direksi PLN yanglebih banyak diisi oleh orang yang bukan mampu secara teknis tetapi lebih memiliki kompetensi marketing atau untuk kepentingan profit semata.
Sesuatu yang perlu dievaluasi dan tentunya diperbaiki ke depan. Bukan rahasia lagi, di level menteri, kesenjangan seperti itu juga terjadi.
Menjelang reshuffle atau pembentukan kabinet baru, peristiwa black out juga seperti mengingatkan Jokowi agar kembali  lebih serius memikirkan tentang kabinet zaken, suatu kabinet yang jajaran menterinya berasal dari kalangan ahli dan bukan representasi dari suatu partai politik tertentu.
Memang, Jokowi sudah pernah mengutarakan bahwa zaken kabinet akan terbentuk dengan prosentase menteri yang lebih besar dari kalangan ahli, meskipun Jokowi juga mencoba realistis bahwa tidak akan murni zaken  karena meskipun dianggap ahli tetapi dapat berasal dari partai politik tertentu.
Sesuatu yang tidak bisa dihindari karena kekuatan koalisi pemerintah yang semakin luas menjelang pelantikan Oktober nanti.
Artinya, peristiwa black out membuat publik menginginkan wajah baru, wajah yang lebih segar, wajah yang lepas dari kepentingan politis dan menunjukan keyakinan bahwa secara teknis dan manajerial dapat membuat perubahan.
Kita tunggu saja.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H