Di medio ini, ada beberapa penulis bola yang mulai muncul di K, ada Yose Ravela dan juga Gilang Dejan yang tulisannya juga renyah untuk dinikmati.
Seiring dengan itu, tulisan sepak bola saya semakin rajin mengisi kolom headline sekaligus menambah jumlah HL. Hingga sekarang sudahmencapai 300 HL, jumlah yang cukup banyak dan patut disyukuri, meski seperti bonus karena bukan untuk itu tujuan saya menulis di Kompasiana.
Kompasiana adalah rumah belajar. Saya berterimakasih karena dengan terus belajar saya meraih pencapaian dengan beberapa kali juara lomba blog dan mendapat job menjadi buzzer, Â semuanya karena Kompasiana dan Kompasianer semata.
Selain mendapat apresiasi seperti materi dan lain-lain, sampai sekarang saya terus mendapat banyak hal yang saya rasa melebihi dari materi. Salah satunya soal kehangatan dan keramahan para admin Kompasiana.
Ketika sempat berkunjung ke Jakarta pada 2017, saya pernah mengontak Mas Nurulloh, untuk dapat berkunjung sejenak ke Kompasiana. Mas Nurul menyambut dengan ramah, meski itu adalah akhir pekan.
Karena tidak bisa menemani, saya diarahkan untuk bertemu dengan Mas Boy, moderator Kompasiana yang sebenarnya pernah ke NTT, provinsi di mana saya berdiam saat meliput Tour de Flores dengan Mak Vale Famous, Mbak Yayat.
Berkeliling sejenak di Palmerah ditemani mas Boy, saya juga sempat berfoto dengan moderator lain, yang akhirnya saya tahu namanya mas Gito.
Salah satu moderator penggila bola yang sering berdiskusi tentang buku bola atau tulisan bola yang yahud. Kehangatan dari Kompasiana juga terasa dari para admin lainnya. Sekarang mas Boy dan Gito sudah tidak bekerja di Kompasiana lagi.
Semangat menulis dan relasi yang hangat  itu adalah sesuatu yang langka dan saya akui didapat dari Kompasiana.
Sebut saja, semangat menulis yang terus menggelora tanpa henti di usia senja dari Opa Tjiptanadi Effendi dan Opa Hensa, dan juga relasi dengan para penulis hebat yang saya kenal karena menulis di Kompasiana. Sebut saja Khrisna Pabichra, Budiman Hakim dan Tilaria Padika.
Nama pertama dan kedua itu, buku-buku mereka sudah saya koleksi bahkan sebelum bertegur sapa di Kompasiana,sedangkan Tilaria Padika, adalah yang menggerakan Kampung NTT, Â kumpulan Kompasianer Kupang NTT yang berkumpul pasca Komora menjadi pasif. Penulis politik yang amat baik, selain Yon Bayu.