Saya saat itu menganggapnya sebagai koreksi tidak langsung dari admin atau moderator, agar saya mulai memperbaiki kesalahan-kesalahan saya.
Soal menulis olahraga, pada awal-awal menulis, saya hanya berusaha konsisten. Beberapa penulis olahraga seperti Achmad Suwefi dan Hery Sofyan saat itu selalu mengundang kekaguman saya karena konsisten menghasilkan tulisan hampir setiap hari.
Saat ini, keduanya jarang menulis karena kesibukan. Saat ini yang tertinggal hanya opa Hendro Santoso yang masih terus bersemangat menulis olahraga setiap hari.
Menulis secara konsisten itu sulit, mengejar kuantitas bisa kecapekan sendiri. Pada awal 2015, selama beberapa bulan saya beristirahat menulis hampir enam bulan. Kehilangan semangat, atau jenuh. Â
Pada pertengahan 2015, saya mencari tantangan baru dalam menulis. Mengubah gaya menulis tidak menulis reportase tetapi juga mampu beropini dengan baik. Syukurlah, selain Ahcmad Suwefi dan HEry Sofyan ada nama-nama seperti Hadi Santoso, Zulfikar Akbar, Â Yos Mo, S Aji, Gatot Swandito, Charles Cleo Chyn dan Prof Pebrianov yang tulisannya yahud-yahud, dimana saya bisa belajar.
Artinya, Kompasiana pada 2015 dan 2016 memang kebanjiran penulis olahraga yang tulisannya baik, didorong juga dengan komunitas Koprol yang masih cukup aktif saat itu.
Pada tahun 2016, saat pelaksanaan Copa America , untuk pertama kalinya saya memberanikan diri mengikuti lomba blog. Tanpa diduga, saya menjadi salah satu pemenang. Semangat menulis saya tumbuh semakin besar.
Sebagian uang hasil juara blog competition saya gunakan untuk membeli buku-buku sepak bola yang seperti menjadi pegangan tetap para penulis bola. Seperti trilogy Romo Sindhunata, Simulakra Sepakbola karya  Zein RS hingga buku impor seperti Inverting Piramid karya Jonathan Wilson.
Benar kata beberapa penulis. Menulis dapat mendorong semangat membaca, dan sebaliknya membaca memaksa seseorang untuk menulis. Bonusnya sekarang adalah koleksi buku saya  signifikan bertambah karena kegemaran menulis di Kompasiana.
Pada 2017, menggunakan beberapa tulisan dari para maestro penulis bola nasional dan belajar dari Kompasianer penulis hebat yang saya sudah sebutkan namanya, tulisan-tulisan bola saya berhasil menjadi salah satu pemenang kurasi setahun Kompasiana.
Tulisan berjudul "Edmund Husserl dan Cermin Sepak Bola", berisi lima tulisan yang saya anggap baik.