Politisi muda PAN, Faldo Maldini membuat video kontroversial berjudul "Prabowo Tidak Akan Menang". Faldo dengan gayanya yang khas, berpikir logis dengan data-data menghitung kemungkinan dalam ketidakmungkinan bahwa tim hukum Prabowo-Sandi sulit untuk menang di sidang Mahkamah Konstitusi.
Dalam vlognya tersebut, Faldo menguraikan bahwa dibutuhkan jumlah suara dari puluhan ribu hingga ratusan ribu TPS untuk membuktikan bahwa terjadi kecurangan secara terstruktur, masif, dan sistematis, yang dituduhkan kubu Prabowo. Sesuatu yang menurut Faldo amat tidak mungkin dibuktikan.
Hal ini menjadi kontroversial dan menarik perhatian karena Faldo adalah salah satu Jubir BPN Prabowo-Sandiaga yang diandalkan pada masa kampanye atau pasca pemilu 2019 lalu. Faldo amat getol dengan narasi yang dibangunnya berhadapan dengan Jubir TKN Jokowi-Ma'ruf, dalam berbagai diskusi.
Meski harus diakui bahwa pria berusia 28 tahun ini sering kalah debat, namun Faldo yang juga menjabat sebagai Wakil Sekertaris Jenderal (Wasekjen) Partai Amanat Nasional (PAN) adalah salah satu prajurit yang dianggap akan bertarung hingga "mati" untuk memenangkan Prabowo.
Itulah sebabnya, banyak pihak yang tidak percaya, atau kaget akan sikap politik Faldo, yang meskipun masih berada di kubu BPN namun seperti mulai menggerus dari dalam. Beberapa pihak menduga ini hanya sebuah sensasi politik yang dibuat oleh Faldo untuk menaikkan jumlah subscriber di akun YouTube-nya. Salah satunya seperti yang diungkapkan oleh Rizki Aljupri, Wasekjen PAN.
"Sebagai sesama kader muda PAN, saya minta saudaraku Faldo jangan membawa-bawa nama PAN jika ingin mencari sensasi melalui vlog-nya. Apalagi jika ingin sekadar menambah subscriber di channel YouTube," kata Rizki kepada wartawan, Senin (17/6/2019).
Selain untuk mencari sensasi, ada juga yang menduga bahwa langkah Faldo adalah langkah atau cara tawar dari PAN sebagai sebuah partai untuk meyakinkan kubu Jokowi untuk menarik PAN sebagai salah satu mitra di pemerintahan mendatang, dan juga menarik garis tegas untuk kubu Prabowo bahwa PAN sudah begerak lebih jauh mundur dari Koalisi Adil Makmur.
Faldo dianggap diperintah oleh Ketua Umum PAN, Zulkfili Hasan untuk melakukan hal ini. Pengamatan ini timbul atau disuarakan oleh Direktur Kampanye TKN Jokowi-Ma'ruf, Benny Ramdhani. "Yang pasti Faldo sudah dapat instruksi terkait sikap, atas perubahan politik Zulhas yang ingin merapat ke Jokowi-Amin," ujar Benny kepada wartawan, Senin (17/6/2019).
Faldo memang menepis dugaan itu, tetapi harus diakui, jika benar demikian, cara-cara tersebut memang kerap dilakukan oleh partai yang berseberangan dan kalah untuk menarik perhatian koalisi yang kemungkinan menang.
Secara umum, polanya adalah seperti ini. Partai akan menunjuk "agen" dari partainya untuk mengeluarkan pernyataan-pernyataan yang mengundang perdebatan sekaligus membuat memantik api yang akhirnya membuat polarisasi terjadi, baik secara internal maupun eksternal.
Secara internal, timbul konflik, lalu muncul perdebatan bahkan diskusi secara internal yang mengerucut kepada sikap partai ke depan. Secara eksternal, pihak yang berseberangan akan ikut berkomentar sehingga memantau sikap PAN ke depannya, sekaligus menimbang apakah PAN dapat bergabung dalam koalisi Jokowi.