Mohon tunggu...
Arnold Adoe
Arnold Adoe Mohon Tunggu... Lainnya - Tukang Kayu Setengah Hati

Menikmati Bola, Politik dan Sesekali Wisata

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Neta S Pane: "Big Dalang" Kerusuhan 22 Mei adalah Keluarga Cendana

13 Juni 2019   05:42 Diperbarui: 13 Juni 2019   07:17 6029
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dalam dialog Prime Talk di Metro TV tadi malam, Neta S Pane, Ketua Presidium Indonesian Police Watch (IPW) menyebut dalang besar rusuh 21-22 Mei lalu adalah Keluarga Cendana.  Seperti yang diketahu, istilah 'Keluarga Cendana' merujuk kepada kalangan dekat keluarga Presiden RI selama Orde Baru, Soeharto.

Neta mengawali pernyataannya dengan mengatakan bahwa dalam penyelidikan dan pengungkapan di media, pihak kepolisian baru mengungkap orang-orang lapangan, namun dalang kerusuhan belum dijelaskan secara terang benderang.

Dalam pegertiannya, dalang yang baru disentuh adalah dalang yang membiayai,  tetapi baru satu orang yaitu Habil Marati. Neta mengatakan bahwa masih ada satu orang  berinisial TS yang belum disentuh oleh pihak kepolisian.

Ketika ditanya tentang TS, Neta lantas menjelaskan bahwa TS ini adalah seorang pengusaha dan membawa puluhan massa preman dari Surabaya dan dibawa dengan diinapkan di sebuah hotel di Wahid Hasyim.

Mereka diminta untuk menimbulkan kerusuhan pada 21 Malam, dan sebagian mereka sudah ditangkap oleh Polda Metro Jaya. Neta berharap TS ini dapat diungkap dan ditangkap karena turun langsung ke lapangan.

Apakah TS ini orang yang menyuruh Habil Marati? Neta menjelaskan bahwa hal ini belum ditemukan dan Neta mengatakan bahwa jika ini diusut maka akan mengerucut dan menemukan dalang besar atau big dalang.  Menurut Neta, "Big Dalang"  atau dalang besar ini mengkordinir yang menciptakan kerusuhan dan merencanakan  pembunuhan.

Bagi Neta, di rezim orde baru penggunaan metoda itu sebuah hal yang  biasa. Ketika perisitiwa Malari dan peristiwa lapangan Banteng, preman memang sering digunakan.

Dari pernyataan-pernyataannya, Neta lantas menyebutkan bahwa off the record,  dalang besar adalah keluarga cendana.

Neta lantas menjelaskan bahwa niat dari dalang besar hanya untuk membuat bargaining  karena tidak akan  mampu membuat chaos disebabkan karena alat yang digunakan adalah preman. Preman yang dibayar atau menggunakan alasan ekonomi untuk beraksi, akan takut kepada  pihak berwajib dan tidak mempunyai kemampuan membuat chaos.

Dari kacamata Neta, aksi 21-22 Mei terdiri dari  dua bagian, yaitu  rencana penembakan 4 tokoh dengan penangkapan  orang yang membiayai seperti Habil Marati, sedangkan dalang kerusuhan belum benar-benar disentuh.  Neta menyebut, Polisi terlalu banyak pertimbangan.

Jika kita  lihat, harus diakui tuduhan Neta adalah tuduhan serius, perlu ada bukti keras untuk membuktikan itu, dan ini harus segera disikapi oleh pihak kepolisian. Harus ada temuan lapangan yang bisa dijadikan bukti, baik itu bukti lapangan, keterangan saksi, keterangan ahli di lainnya dan dijadikan BAP.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun