Mohon tunggu...
Arnold Adoe
Arnold Adoe Mohon Tunggu... Lainnya - Tukang Kayu Setengah Hati

Menikmati Bola, Politik dan Sesekali Wisata

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih Pilihan

Memahami Suara Hinca Pandjaitan, Suara Plegmatis Partai Demokrat

10 Juni 2019   21:43 Diperbarui: 10 Juni 2019   21:47 170
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Bagaikan pertandingan sepakbola, hasil pertandingan sudah diketahui hasilnya ketika pluit ditiup wasit (KPU) tanggal 21 Mei dini hari dengan mengukuhkannya dalam sidang pleno sesuai mekanismenya, tapi kemudian sesuai prosedur hukum yang ada, KPU mempersilakan jalur hukum yang disediakan undang-undang untuk ke MK bila ada keberatan, lalu paslon 02 menggunakan dan memilih saluran hukum dan konstitusional itu ke MK," kata Sekjen Partai Demokrat, Hinca Pandjaitan.

Pernyataan di atas dari Hinca Pandjaitan langsung diterjemahkan oleh berbagai media bahwa Demokrat  telah menyatakan sikap masih setia bersama Koalisi Adil dan Makmur yang mengusung Prabowo Subianto-Sandiaga Uno untuk terus berjuang di Mahkamah Konsitusi (MK).

Suara seorang Sekjen partai yang dianggap amat penting di tengah berbagai polemik yang muncul berkaitan dengan relasi antara Demokrat dan Koalisi Adil Makmur  setelah beberapa fungsionaris Demokrat lainnya seperti Andi Arif, Ferdinand Hutahaean, Jansen Sitindaon hingga Wasekjen PD Rachland Nashidik yang "menyerang" BPN Prabowo-Sandi hingga  mengusulkan untuk membubarkan koalisi.

Bagaimana memahami suara dari Hinca Pandjaitan ini? Jika kita melihat dari kacamata psikologi, maka suara Hinca ini dapat dianggap sebagai suara plegmatis dari partai Demokrat.

Kata "plegmatis" sendiri berdasarkan teori tipe-tipe kepribadian menurut Florence Littaeur dapat dikatakan sebagai "pendamai". Ia tipe orang yang tak suka keributan. Lebih memilih mengalah dan berdamai demi menghindari konflik yang berkepanjangan.

Seorang plegmatis tak akan membuat keputusan secara sembrono atau terburu-buru, bahkan ia dikenal mempunyai pengendalian diri yang kuat serta selalu berhati-hati dalam setiap tindakan.

Meskipun kita tidak mengetahui karakter dari Hinca yang sesungguhnya, namun kepribadian politik yang dibangun oleh Demokrat melalui Hinca amat sangat efektif, untuk menyeimbangkan sekaligus menjaga peran Demokrat di tengah suara-suara lain yang terdengar keras maupun kejam di internal Koalisi Adil Makmur. Hal ini sudah terlihat dalam berbagai peristiwa yang telah lewat.

Sebagai contoh, ketika isu "Setan Gundul" dicuit oleh Andi Arief. Koalisi Adil Makmur menjadi geger, hingga teriakan tentang loyalitas Demokrat dan maksud tersembunyi dipertanyakan dengan sangat keras oleh BPN Prabowo-Sandi

Andi Arief cs, menganggap dan menginginkan agar Demokrat menyudahi relasinya dengan BPN Prabowo sehingga membuat koalisi terlihat goyah. Disinilah peran Hinca Panjdaitan terlihat.

Hinca Pandjaitan jarang sekali berkomentar, bahkan terus mau hadir dalam setia acara BPN Prabowo-Sandi. Karena itu BPN melalui Jubirnya, Andre Rosiade kala itu berulang kali mengatakan bahwa koalisi dalam keadaan yang baik-baik saja, karena Sekjen Demokrat Hinca masih terus berada bersama Koalisi di Kertanegara.

Hinca seperti menjadi penawar dan penengah dari sikap sanguin, kolerik dari pada rekan-rekannya di Demokrat. Ciri khas Sanguin, kolerik adalah  blak-blakan dan juga amarah yang meluap-luap kepada lawan atau orang yang tidak disenanginya, Hinca menjadi pengobat atas luka yang ditinggalkan oleh Sanguin dan Kolerik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun