Mari kita bedah tanggapan Sri Mulyani yang ada di awal tulisan ini: "Kalau Anda tanya, uang pajak untuk apa? untuk segala macam, dari mulai jalan raya, sekolah, rumah sakit, kita bicara air, listrik..". Ini edukasi pada masyarakat.Â
Anda mau memilih Prabowo kek, Jokowi kek, Nenek Anda, atau Kakek Anda, Anda harus membayar pajak karena pajak yang dibayarkan digunakan untuk kepentingan masyarakat umum termasuk anda sendiri.Â
Jika anda tidak membayarnya, bagaimana dengan kepentingan masyarakat yang lain? Lalu jika anda tidak membayar masa anda ikut menikmati fasilitas bersama? Baiklah ini pedis bagi yang mau coba-coba berpikir untuk melakukan yang dikatakan Poyu.
"..tentang seluruh aparat termasuk DPR, partai politik pun juga mendapat APBN jangan lupa, karena mereka mendapatkan per kepala". Ini edukasi tapi khusus dan betul-betul pahit bagi Poyu.
Pajak dibayarkan dan dinikmati oleh Gerindra dan partai politik lain. Dinikmati sebagai partai, dan juga dinikmati sebagai individu, Sri Mulyani menyebutnya sedikit keras, per kepala. Kepala siapa? Kepala Poyu. Kepala Poyu ada di mana sekarang? Ada melayang memikirkan cara tidak membayar pajak, padahal sedang berleha menikmati pajak tersebut.
Ini serangan balik mematikan? Sangat mematikan. Jika jadi Poyu, dia perlu waktu sejenak lalu terdiam untuk memikirkannya untuk berespons balik.
Di akhir perkataannya, Sri Mulyani mengatakan tak takut pada pemboikot pajak tapi juga mengimbau. "Nggak, kan kalau kita lihat di antara teman-teman politisi sudah berkomentar, saya tetap berharap masih banyak yang memiliki cara pendekatan kenegarawanan yang baik," ujar Sri Mulyani.
Kira-kira apa tanggapan Poyu nanti? Ah, tak usah pikirkan itu, berharap saja semoga sesudah Poyu mendapat serangan balik mematikan ini, dapat merenung bahwa benar apa yang dikatakan oleh Sri Mulyani.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H