Lihat saja, Gerindra tidak berani mendesak Arief Poyuono untuk meminta maaf sendiri, tapi harus melalui Riza Patria. Jika cara menyelesaikan seperti ini, dan tidak ada hukuman untuk Poyuono seperti yang diminta oleh Demokrat, ada apa sebenarnya dibalik semua ini?
Patut diduga, Gerindra memang "menyetujui" Â esensi tindakan Poyuono, namun di sisi lain ingin tetap menjaga kesolidan koalisi Adil Makmur.
Jika benar demikian, ini hanya soal ketidaksetujuan metoda. Arief Poyuono dianggap beberapa elit Gerindra terlalu agresif menyerang, di saat seharusnya dapat lebih lembut, karena persepsi publik mesti digiring bahwa koalisi masih tetap solid.
Asumsi ini diperkuat dengan beberapa kali dialog yang saya saksikan antara elit Gerindra dengan elit Demokrat. Meskipun tidak secara terbuka seperti Poyuono, namun saling sindir dan sentil tetap terjadi.
Di situasi demikian, posisi Demokrat seperti sedang berada di pintu keluar koalisi. Sudah mengintip ke luar meski langkah kaki belum keluar dari rumah.
Merespon ucapan Arief Poyuono ini, Ketua DPP Partai Demokrat Jansen Sitindaon membalas dengan perkataan yang tak kalah pedas.
"Wow, jujur saya surprise juga mendengar ucapan Poyuono ini. Berarti Poyu bisa nyetir Prabowo. Dan Prabowo bisa disetir oleh orang seperti Poyuono untuk urusan memilih cawapres," kata Jansen kepada wartawan, Senin (13/5/2019).
Situasi dipastikan akan bertambah panas dan tentu tidak menguntungkan bagi Koalisi Prabowo.
Sumber :
1. Detik.com, "Poyuono: Riza Patria yang Minta Maaf ke Demokrat bukan Gerindra"
2. Detik.com, "Poyuono Ngaku Batalkan AHY Jadi Cawapres, PD: Berarti Prabowo Bisa Disetir"