Kedua, Demokrat bisa saja menyiratkan insoliditas yang terjadi sebagai respon terhadap hasil quick count maupun Situng KPU yang hampir selesai. Demokrat sedang menyusun rencana baru atau Demokrat sedang berjalan dengan bermain dua kaki, melihat peluang untuk menyebrang memanfaatkan  kegaduhan yang semakin tajam memabfaatkan kritik tajam Arief Poyuono.
Meskipun Ferdinand berulangkali menjelaskan bahwa Demokrat masih solid dengan koalisi BPN Prabowo, public pasti akan terus bertanya-tanya, kenapa perang opini di depan public terlihat kencang di permukaan.
Ini menunjukan bahwa ada yang belum "selesai" bagi koalisi BPN Prabowo, dan sebenarnya sedang bergeser jika bicara soliditas. Koalisi ini dapat dianggap solid jika bicara Gerindra dan PKS, namun jika bicara Demokrat atau PAN itu adalah hal yang  terjadi amat berbeda.
Jika kita lihat lebih jauh, karakterisitk Demokrat memang akan susah "diprediksi", padahal Gerindra berharap agar semua partai koalisi mau pasang badan untuk apapun yang terjadi. Demokrat tidak demikian adanya.
Ketika Prabowo bersama yang lain sedang berorasi di masa kampanye di GBK, Demokrat masih menyuarakan kritiknya, ketika klaim kemenangan sujud syukur dilakukan, Demokrat menjauh, beralasan tidak mau terjebak di permainan inkonstiusional dan lebih senang mengkaji secara internal angka kemenangan pasti. Itulah Demokrat.
Dari pemaparan ini, untuk menjelaskan bagaimana kepastian posisi Demokrat di koalisi, kita masih perlu menunggu hingga 22 Mei. Jika diibaratkan sedang bermain kartu, Demokrat masih bebas dan terbuka untuk memainkan jalannya kartu sesuai keinginannya.
"Ketika Pilpres usai, koalisi ini akan kita evaluasi. Jika kompetisi dan kita kalah, Demokrat akan pulang ke rumah masing-masing" kata Ferdinand.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI