"Dengan mengundang media asing, Prabowo dan BPN semakin kuat dugaan skenario 02 untuk mengulang skenario Venezuela dengan mobilisasi massa menentang Presiden terpilih dan selanjutnya mengundang keterlibatan asing dalam masalah dalam negeri," kata Juru bicara TKN Jokowi-Ma'ruf, Ace Hasan Syadzily, kepada wartawan, Selasa (7/5).
TKN Jokowi-Ma'ruf langsung berespon sesudah melihat strategi baru BPN Prabowo-Sandi yang mengundang media asing di Kertanegara. TKN menilai bahwa narasi yang diungkapkan Prabowo di momen tersebut, yaitu tentang kecurangan dan mengatakan tidak akan menerima hasil pemilu seperti ingin mengulang skenario Venezuela di Indonesia.
BPN melalui juru bicara Andre Rosiade berupaya menjelaskan bahwa pertemuan dengan media asing itu adalah suatu hal yang biasa dan mengatakan bahwa perkataan tentang skenario adalah sebuah halusinasi.
"Saya rasa TKN berhalusinasi ya dengan membayangkan Pak Prabowo akan mengulang skenario Venezuela," ujar Andre, kepada wartawan, Selasa (7/5/2019).
Apa itu skenario Venezuela? Jika kita melihat jejak berita tentang Venezuela saat ini, situasi yang terjadi di sana memang ada kemiripan dengan situasi politik di Indonesia.
Saat ini, negara Amerika Latin sedang mengalami konflik politik yang berpotensi membesar di  antara dua orang yang keduanya mengklaim sebagai presiden Venezuela yang sah; Nicolas Maduro Moros, yang terpilih kembali sebagai presiden pada pemilihan umum (pemilu) Mei 2018, dan pemimpin oposisi Juan Guaido.
Maduro, sendiri telah  dilantik sebagai presiden untuk periode kedua pada 11 Januari 2019 dan direncanakan akan berkuasa hinggga enam tahun ke depan di Venezuela.
Akan tetapi Juan Guaido, tidak begitu saja mau menerima hasil Pemilu. Guaido menilai pemilu tahun 2018 itu telah dicurangi. Â Lebih dari itu Guaido mengklaim dirinya sebagai presiden yang sah menurut konstitusi negara.
Konflik ini mulai bertambah parah ketika tekanan bukan datang dari domestik saja tapi juga dari internasional.Â
Pada Januari 2019, Presiden Amerika Serikat, Donald Trump secara resmi mengakui Guaido sebagai presiden sementara Venezuela dan menyebut klaim Maduro sebagai sesuatu yang "tidak sah".
Maduro tidak gentar, didukung oleh kekuatan militer, Maduro balik menantang lawan-lawannya, dan tidak menunjukkan tanda-tanda mau mundur.
Skenario apa yang akan terjadi selanjutnya di Venezuela terus berkembang, mulai dari Maduro mundur, pengambilan kekuasaan oleh militer dan Amerika Serikat mengintervensi lebih jauh hingga muncul perang saudara. Â
Artinya BPN bisa mengatakan bahwa TKN berhalusinasi, namun ketika isu people power semakin menguat dan narasi menolak hasil pemilu terus dikumandangkan pantas saja skenario Venezuela diungkapkan.
Kita harus jujur bahwa para elit politik kita sampai sekarang belum menemukan titik temu. Bukan soal menerima kekalahan dan mengakui kemenangan tetapi soal rekonsiliasi.
Rekonsiliasi yang dimaksud adalah memberi kesejukan kepada masyarakat bahwa persoalan politik dapat diselesaikan dengan kepala dingin, dan mengutamakan kepentingan bangsa di atas segala-galanya.
Saling menuding, saling menyanggah kerap terjadi. Bukti bahwa ambisi kekuasaan dapat menggelapkan mata hingga menggunakan segala daya dan upaya untuk meraihnya.
Masyarakat tentu ingin tenang dan sabar menunggu hasil resmi KPU hingga tanggal 22 Mei nanti. Publik juga berharap segala langkah-langkah yang diambil tetap konstitusional.
Sudahi sudah, di bulan Ramadhan ini, hentikan sudah. Kedua belah pihak harus lebih sabar menunggu, dan berfokus menyiapkan hal-hal yang dibutuhkan jikalah sampai di sidang gugatan MK.
Berharap skenario Venezuela tidak terjadi di Indonesia adalah hal yang terbaik. Kita yakin bahwa kedua belah pihak ingin yang terbaik demi persatuan Indonesia tercinta.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H