Seperti dilansir dari Kompas. com, Dekan FKUI Prof dr Ari Fahrial Syam SpPd-KGEH MMB FINASIM FACP bahkan dapat menjelaskan fenomena petugas KPU yang meninggal dan sakit ini.
"Dalam siklus 24 jam manusia, pakar membagi menjadi tiga. 8 jam untuk kerja keras, 8 jam untuk kerja ringan, dan 8 jam untuk istirahat atau tidur. Ini bukan konsep omong kosong tapi sudah diuji secara genetik,"kata dr. Ari.
dr. Ari seperti ingin menunjukkan bahwa petugas KPU dan siapa pun yang terlibat di dalamnya tidak memperhitungkan bahwa manusia ada batasnya dalam bekerja. Manusia bukan robot yang sanggup 24 jam aktif non-stop.
"Nah ini yang terjadi pada pemilu kemarin. Mereka (petugas KPPS) sudah kurang tidur karena mempersiapkan menjelang hari H, setelah itu mereka harus bekerja lagi hampir 24 jam mungkin istirahat hanya tiga sampai empat jam. Ini artinya mereka bekerja sudah melampaui batas," tambah dr. Ari
Jika sudah melampaui batas, virus penyakit dengan mudah dapat menyerang tubuh dan mengakibatkan demam berdarah, tifus, diare, dan lain sebagainya.Â
***
Kita perlu menunggu sampai kapan "duel" ini selesai. Saling debat antara Tompi dan Fahri Hamzah ini seperti mengingatkan kembali bagaimana adu argumentasi mereka dalam kasus Ratna Sarumpat.
Saat itu, Fahri termasuk yang memberikan pernyataan bahwa yang terjadi pada Ratna adalah pemukulan, bukan bedah plastik. Bahkan Fahri penyebut pelaku penganiayaan yang melakukan hal tersebut kepada Ratna dengan sebutan bajingan dan biadab.
Tompi waktu itu bereaksi. Tompi termasuk pihak yang pertama membongkar misteri yang terjadi pada Ratna, dan akhirnya terbukti, Ratna melakukan bedah kecantikan bukan dianiaya, seperti yang sudah diyakini Fahri.
Dalam persidangan kasus hoax Ratna Sarumpaet, Tompi kembali menceritakan perbedaan pendapat tersebut. Saat itu seperti yang diceritakan Tompi, ia juga sempat memberikan saran kepada Fahri untuk bertanya pada istrinya terlebih dahulu.
Fahri rasanya tidak mendengarkan nasihat Tompi saat itu.Â