Mohon tunggu...
Arnold Adoe
Arnold Adoe Mohon Tunggu... Lainnya - Tukang Kayu Setengah Hati

Menikmati Bola, Politik dan Sesekali Wisata

Selanjutnya

Tutup

Analisis Pilihan

Seperti Ditinggalkan Mitra Koalisi, Kesabaran Gerindra Diuji

5 Mei 2019   19:12 Diperbarui: 5 Mei 2019   19:40 827
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di dalam sabar, sebenarnya ada  kepedihan dan kegundahan yang disembunyikan. Ada kegetiran yang mungkin harus ditanggung sendiri. Ada gejolak yang disembunyikan, dan ada amarah yang tertahan

Kekompakan Koalisi Adil Makmur seperti sedang didera gelombang keras. Ketika Prabowo-Sandi berusaha meyakinkan masyarakat bahwa mereka sudah menjadi pemenang dan hanya gagal jika kubu sebelah melakukan kecurangan, satu persatu mitra koalisi tidak mendukung dan mulai mencari jalannya sendiri-sendiri

PAN terlebih dahulu melakukannya ketika pertemuan Ketua Umumnya, Zulkifli Hasan dengan Jokowi sebagai penjajakan pembagian kekuasaan, apabila Jokowi memenangkan Pilpres dan kembali menjadi penguasa. Kabar yang menguat, PAN meminta kursi Ketua MPR jika jadi bergabung.

Belum selesai dengan PAN, Demokrat juga berakrobat politik. Partai yang didirikan SBY ini, mengirim sinyal jelas dengan kedatangan "putra mahkota", AHY memenuhi undangan Jokowi untuk datang ke Istana Merdeka.

Meski isu power sharing tidak sekuat PAN, namun hampir dapat dipastikan bahwa SBY sangat menginginkan AHY terlibat di pemerintahan dengan menjadi seorang menteri, seperti yang dirinya lakukan kala merintis karir politiknya.   

Sesudah PAN dan Demokrat yang terang-terangan, PKS juga nampak "lesu" mendukung Prabowo. Melalui ketua DPP Mardani Ali Sera, PKS mengatakan bahwa seruan "Ganti Presiden" sudah tamat. Bahkan dianggap haram mengatakan "Ganti Presiden". Mardani bahkan secara tersurat mengatakan, siap jika akhirnya Jokowi yang terpilih.

Gerindra seperti sendirian dalam kondisi seperti ini, politik nampak terlalu kejam bagi mereka. Namun mereka berusaha untuk membendungnya.

Untuk menepis isu PAN merapat ke Jokowi, Gerindra melalui Wakil Ketua Umum Ferry Juliantono mengatakan bahwa itu bukanlah sebuah kebenaran, hal itu hanyalah isu yang sengaja dihembuskan oleh Bara Hasibuan, pengurus PAN yang memang pro-Jokowi.

"Berdasarkan rapimnas PAN tetap dukung Prabowo dan berada di koalisi adil dan makmur. Itu kan bisa-bisa nya pak Bara aja," kata Ferry saat ditemui wartawan di Tjikini Lima Restoran, Menteng, Jakarta, Selasa (30/4/2019).

"Itu pak Zul datang sebagai ketua MPR, tapi kalau bisik-bisik ya kita kan enggak tahu," tambah Ferry.

Untuk kedatangan AHY ke Jokowi, Gerindra mengatakan bahwa Demokrat masih solid bersama memperjuangkan kemenangan Prabowo.

"Kami Partai Gerindra merasakan bahwa Demokrat sampai saat ini solid bersama kami. Setiap acara rapat-rapat, Bang Hinca sebagai sekjen selalu hadir, dan selalu bersama sekjen kami, Bang Ahmad Muzani, mengikut acara-acara BPN maupun rapat internal koalisi. Kami yakin, koalisi kami sangat solid," ucap Andre Rosiade, politisi Gerindra.

Gerindra memang perlu cepat mengklarifikasi, karena di media beredar kabar bahwa Prabowo mengatakan Demokrat seperti orang yang meninggalkan kawan saat kondisi sulit.

Terakhir, PKS. Gerindra pun harus bersusah payah menjelaskan, padahal dapat dibilang PKS adalah "teman terbaik" selama ini, loyalitasnya tidak usah diragukan lagi.

Melalui Ketua DPP Ahmad Riza Patria, Gerindra berusaha  mengkonfirmasi penjelasan Mardani Ali Sera.

"Ya kan apa yang disampaikan Pak Mardani itu maksudnya adalah hashtag untuk kampanye. Karena kampanyenya sudah selesai maka hashtag untuk kampanyenya juga sudah selesai. Namun kan Pak Mardani juga menjelaskan bahwa sekarang kita semua sedang menunggu proses rekapitulasi yang diselenggarakan oleh KPU," kata Riza, berusaha membuat opini, bahwa Mardani bukan berusaha menjelaskan bahwa perjuangan sudah "berakhir".

Untuk melayani setiap geliat yang terjadi, Gerindra perlu sangat sabar.

 Ada sebuah kalimat yang sangat baik menjelaskan tentang kesabaran;  Di dalam sabar, sebenarnya ada  kepedihan dan kegundahan yang disembunyikan. Ada kegetiran yang mungkin harus ditanggung sendiri. Ada gejolak yang disembunyikan, dan ada amarah yang tertahan.

Artinya, selama Gerindra masih dapat menyembunyikannya, gejolak itu masih tidak terlihat. Namun sampai kapan Gerindra akan sabar?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun