Tetapi, kita bisa lihat secara nyata para juru bicara  Jokowi berulangkali mengatakan bahwa jika ada yang mau bergabung, itu sangat baik di dalam mengurus negara yang besar ini.
Sinyal-sinyal seperti ini lebih dahulu disambut oleh PAN. Media dengan begitu kencangnya memberitakan bahwa PAN sudah bersiap melakukan manuver.Â
Meskipun berulang kali pihak koalisi Indonesia Makmur mengatakan bahwa PAN masih solid mendukung, namun konflik internal di PAN semakin membuka tabir bahwa keinginan bergabung dengan Jokowi memang ada.
Memulai pembahasan kabinet memberi alarm kepada PAN untuk segera menyelesaikan kisruh internal partainya sekaligus dalam tempo yang tidak terlalu lama segera  menentukan pilihan sesudah 22 Mei nanti.Â
Menjadi sesuatu yang merugikan buat PAN, apabila tidak sesegera mungkin bergabung dan membicarakan komposisi pemerintah ke depan lebih awal.
Hal yang sama juga berlaku bagi Demokrat. Meskipun beritanya tidak semasif PAN, namun peluang untuk itu terbuka lebar.Â
Berulang kali juru bicara TKN mengatakan bahwa hubungan antara Jokowi dengan AHY, anak SBY berjalan baik.
Kita semua tahu bahwa SBY ingin merintis jalan politik yang cerah bagi AHY setelah gagal di Pilkada DKI lalu, maka salah satu jalan yang dapat ditempuh adalah menjadi menteri. Jalan yang dulu ditempuh SBY sendiri.
Persoalannya  satu-satunya jalan adalah bergabung dengan koalisi Jokowi terlebih dahulu.Â
Sepertinya akan lebih sulit bagi Demokrat jika PAN lebih duluan bergabung, karena tentu meskipun Jokowi akan merasa untung jika Demokrat akhirnya ikut bergabung namun Jokowi tentu akan memikirkan bahwa koalisi yang terlalu gendut akan membuat kesulitan sendiri dalam menyusun komposisi pemerintah.
Kita akan perlu menunggu sampai sejauh mana respon dari PAN dan Demokrat atas alarm yang diberikan Jokowi ini. Siapa yang lebih jeli dan lebih cerdas membaca sinyal ini.