"Kedewasaan datang dari kemauan untuk mengambil keputusan-keputusan sulit dalam hidup". - Pandji Pragiwaksono
Siapa yang tidak mengenal Pandji Pragiwaksono? Tidak masalah jika anda tidak mengenalnya, karena bukan hal itu yang penting di tulisan ini.
Pandji seorang sosok yang amat kreatif, mungkin oleh karena itulah berbagai kerjaan yang berhubungan dengan dunia kreatif pernah dilakukannya. Pandji pernah menjadi seorang penyiar radio, penyanyi rap, pemain film dan tentu saja komika, dunia yang melambungkan namanya.
Pandji adalah seorang komika favorit saya. Saat tampil dalam "lawak tunggal" Stand Up-Comedy, Pandji menurut saya memiliki kelas tersendiri.
Menjadi seorang komika itu bukan pekerjaan yang mudah. Â Paling tidak ada tiga syarat penting menjadi seorang komika menurut saya. Pertama, komika yang baik itu harus luas wawasannya dan aktual, kedua, mampu berkomunikasi satire dengan elok dan ketiga, pastinya dapat lucu. Hebatnya, Pandji memiliki semuanya itu. Â
Kekaguman saya terhadap Pandji sedikit menurun ketika Pandji secara tak terduga bersedia menjadi juru kampanye untuk Anies Baswedan dan Sandiaga Uno dalam Pilgub DKI Jakarta 2017. Alasan yang dikemukakan Pandji menurut saya tidak terlalu jelas saat itu, minimal untuk orang sekelas Pandji.
Namun, pihak Anies-Sandi jelas menuai kentungan dari kehadiran Pandji, walaupun banyak yang menganggap kemenangan Anies karena politik identitas. Pandji secara keseluruhan dianggap sukses menjadi seorang Jubir.
Mengapa demikian? Pandji mampu menjelaskan program Anies-Sandi yang masih di awang-awang dengan amat baiknya, bahkan kadang terlihat lebih baik dari Anies dan Sandi sekalipun.
Ketika berdebat dengan lawan bicara soal rencana program Ok-Oce dan program rumah dp nol persen, Pandji berhasil membuat lawan bicara "terpaksa" menerima, dan penonton debat ikut bertepuk tangan untuknya. Hebatnya, apresiasi itu bukan soal memikatnya program tersebut, namun karena kemampuan artikulasi dan penyampaian Pandji yang mampu membius lawan bicara dan penonton yang menyaksikan.
Singkat cerita, Anies-Sandi akhirnya menang. Menjelang Pilpres 2019, saya mulai kuatir ke arah mana Pandji akan berlabuh. Secara logika, Pandji akan memilih Prabowo, karena memang banyak gerbong yang bersamanya memihak ke arah sana.
Syukurlah, Pilpres kali ini akhirnya Pandji tidak memilih turun ke dunia politik dengan alasan sedang sibuk dengan acara stand up komedinya bertajuk, "Pragiwaksono World Tour".
Meskipun tidak terlihat berpolitik, sebagai warga negara Pandji harus memilih, dan sebagai public figure, hari ini, Pandji secara terbuka, terang-terangan mengungkapkan pilihannya melaui konten Youtubenya.
"Sekarang gue mau ngasih tahu siapa presiden yang gue pilih di pemilihan kali ini. Presiden Republik Indonesia pilihan gue adalah Bapak Joko Widodo. Mari gue kasih tahu alasannya," kata Pandji.
Ada empat variabel yang dikemukakan Pandji memilih Jokowi. Pertama, karakter atau gaya kepemimpinan. Yang kedua adalah track record. Yang ketiga adalah program dan gagasan. Yang keempat, kata hati.
Menarik soal apa yang dikatakan oleh Pandji, soal gaya kepemimpinan. Pandji memang tidak menyukai pemimpin dengan gaya yang "keras". Â "Gue gak pernah memilih pemimpin yang kelihatan punya kesulitan untuk mengontrol dirinya. Orang yang menurut gue emosional tidak akan jadi pilihan gue," ujar Pandji.
***
Pilihan Pandi tentu saja akan tidak menyenangkan bagi kubu Prabowo, apalagi asalannya. Sedangkan bagi kubu Jokowi, pilihan Pandji bisa dianggap sebagai pilihan yang menguntungkan.
Mengungkapkan pilihan bukanlah sesuatu yang mudah, apalagi dalam situasi yang sulit. Namun ketika seseorang mampu melakukannya, bukti ada pendewasaan di dalam dirinya. Kalimat ini saya ambil dari quotes terkenal yang pernah dikatakan Pandji dalam sebuah acaranya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H