Bercerita tentang Caleg sesudah pemungutan suara, apalagi di tingkat daerah, Kota atau Kabupaten mengundang senyum tersendiri bagi saya. Mengapa demikian? Tingkah beberapa orang Caleg, seusai pemungutan suara menarik untuk diceritakan.
Kita mulai dari Caleg DPRD Kabupaten yang sudah melakukan konvoi sesudah tahu bahwa di TPSnya sendiri, dia unggul. Sang Caleg itu akhirnya mengajak sanak saudara dan rekan-rekannya untuk konvoi kampung.
Seorang teman yang tinggal sekampung dengan Caleg tersebut menceritakan bahwa, Caleg itu sudah terlampau "gelap mata" untuk segera melakukan pawai kemenangan, meski sudah diberitahu bahwa menang di satu TPS belum tentu menjamin kelolosan dirinya sebagai anggota legislatif.
"Pernah tanya dia sebelum pemungutan suara, berapa suara yang dia perlukan untuk menjadi caleg?" tanya saya kepada teman sekampung Caleg ini.
"Pernah, dan Caleg itu menjawab bahwa dia butuh sepuluh keluarga, sampai anak cucu cicit yang punya hak suara" kata teman saya sambil menggeleng-gelengkan kepala.
Meskipun serasa tidak mungkin terjadi, namun pada kenyataaannya memang ada Caleg yang tidak tahu berapa suara yang harus dia dapatkan untuk lolos menjadi anggota legislatif.Â
Sesudah cerita Caleg yang lebih dahulu konvoi tersebut, sehari sesudah Pemilu dilakukan saya lantas bertemu dengan seorang Caleg DPRD yang kebetulan saya kenal saat berada di Mall di kota kami.
"Hai..Pak Arnold, ini saya lagi ajak anak-anak belanja." balas Caleg tersebut sambil tersenyum.
Saya berpikir anak-anak yang dia maksud adalah anak jasmaniahnya, ternyata tak lama kemudian muncul sekitar 20-an orang laki-laki dewasa. Saya yang jarang melihat pemandangan ini, lalu sengaja mengamati apa yang dilakukan Caleg ini dengna kelompok pria ini.
"Pilih saja sepatunya. Jangan lihat harganya, tapi lihat modelnya saja" ujar bapak Caleg ini.