Mohon tunggu...
Arnold Adoe
Arnold Adoe Mohon Tunggu... Lainnya - Tukang Kayu Setengah Hati

Menikmati Bola, Politik dan Sesekali Wisata

Selanjutnya

Tutup

Bola Artikel Utama

Anakronisme Aturan Gol Tandang di Kompetisi Eropa

19 April 2019   22:22 Diperbarui: 21 April 2019   10:26 379
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di KBBI, istilah Anakronisme (dari kata Yunani "Ana" yang berarti "melawan" dan Khronos yang berarti "waktu") memiliki dua arti, pertama, hal ketidakcocokan dengan zaman tertentu dan kedua, ketidaksesuaian kronologis dalam suatu karya sastra, khususnya penempatan seseorang, peristiwa, benda, atau adat-istiadat yang tidak sesuai dengan latar waktunya.

Commerzbank Arena menjadi saksi dimana Benfica gagal lolos ke semifinal Liga Eropa meskipun mencetak gol lebih banyak di kandang daripada Eintracht Frankfurt. Di Stadion Da Luz seminggu sebelumnya, Joao Felix cs menang 4-2, namun dikalahkan 0-2 saat gantian melawat ke Jerman. Aturan gol tandang "membunuh" Benfica.

Benfica tidak sendirian, di kompetisi dengan level yang lebih tinggi, Manchester City secara menyakitkan disingkirkan oleh Tottenham Hotspurs. City yang unggul 4-3 di Etihad Stadium, harus rela gagal melaju ke semifinal untuk tiga musim beruntun bersama Pep Guardiola hanya karena gagal mencetak satu gol pun di Wembley, kandang Spurs.

Kepedihan yang menimpa Benfica dan Manchester City pada musim lalu juga dialami oleh raksasa Spanyol, Barcelona. Masih lekat dalam ingatan pecinta bola, Musim lalu saat berlangsung leg I perempat final Liga Champions 2017-2018 yang berlangsung di Estadio Camp Nou, Barcelona menang 4-1 atas AS Roma. Akan tetapi, saat gantian bermain di Stadion Olimpico, Barcelona takluk 0-3 dari Roma. Barcelona tersingkir.

Kejadian demi kejadian ini kembali membuat desakan untuk adanya peninjauan kembali oleh UEFA terhadap aturan gol tandang. Alasannya mengerucut bahwa terjadinya anakronisme aturan gol tandang di sepak bola modern saat itu, atau berarti aturan gol tandang sudah tidak tepat lagi diberlakukan saat ini.

Jika kita menilik sejarah aturan gol tandang diberlakukan, maka kita harus mundur berpuluh-puluh tahun yaitu saat klub Inggris, Liverpool berhadapan dengan klub Jerman, FC Cologne di 1964/1965 di babak perempat final ajang Piala Winners.

Liverpool berhak lolos ke semifinal Piala Winners setelah menang dengan undian atau tos koin. Hal ini terpaksa dilakukan karena kedua tim sudah bertanding selama tiga kali tanpa tanpa ada satupun yang menjadi pemenang. Pada musim setelahnya aturan gol tandang mulai diberlakukan. 

Secara sederhana, aturan gol tandang menyatakan tim yang membuat gol lebih banyak di laga away/tandang akan menjadi pemenang, jika pada akhirnya skor kedua tim sama kuat.

Kejadian demi kejadian itu yang membuat desakan semakin keras saat UEFA mengadakan pertemuan di Nyon, Swiss. Para pelatih tim top dunia seperti Massimiliano Allegri, Thomas Tuchel (PSG), dan Carlo Ancelotti (Napoli) meminta agar UEFA menghapus aturan gol tandang.

Direktur Kompetisi UEFA Giorgio Marchetti pun sudah mulai mengkajinya setelah mendapat alasan yang masuk akal dari para pelatih top dunia tersebut. "Para pelatih berpikir mencetak gol tandang tidak sesulit di masa lalu. Mereka berpikir kami harus mengkaji ulang peraturan itu dan kami akan melakukannya," kata Marchetti.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun