Mohon tunggu...
Arnold Adoe
Arnold Adoe Mohon Tunggu... Lainnya - Tukang Kayu Setengah Hati

Menikmati Bola, Politik dan Sesekali Wisata

Selanjutnya

Tutup

Bola Artikel Utama

3 Cara Kejam Tottenham Hotspurs Menyingkirkan Manchester City

18 April 2019   04:50 Diperbarui: 18 April 2019   16:19 495
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Fernando Llronte, golnya krusial untuk lolosnya Spurs (Sumber Gambar :Guardian)

Sepak bola itu memang kejam. Kegembiraan bisa berubah dengan cepat menjadi kesedihan yang mendalam. Keunggulan skor bisa jadi hanyalah sementara. Bahkan luapan optimisme berubah menjadi tunduk muram durja, serta langit yang cerah berubah menjadi mendung, pekat. Itulah yang nampak terjadi di Etihad Stadium, di leg kedua perempat final Liga Champions 2018/19.

Laga yang bisa dibilang epik dan penuh dengan drama. Saling unggul, dan akhirnya walau Manchester City menang 4-3, Tottenham Hotspurslah yang melaju ke semifinal setelah unggul agresivitas gol tandang, setelah sebelumnya di Wembley, Spurs sudah unggul 1-0.

Bisa dikatakan Manchester City tersingkir dengan kejam, dengan strategi dan cara yang memang disiapkan oleh pelatih Spurs, Mauricio Pocchetino. Paling tidak ada 3 (tiga) cara Spurs menyingkirkan City yang dapat dikemukakan dari pertandingan yang berlangsung dini hari waktu Indonesia tersebut. 

Pertama, Spurs tak takut menyerang. Banyak pengamat yang mengatakan bahwa cara terbaik untuk menghentikan agresivitas super Manchester City adalah dengan tidak takut untuk menyerang. Hal itulah yang dilakukan oleh Spurs dalam pertandingan tersebut.

Pocchetino tidak terlalu melakukan perubahan dalam formasi dibanding dengan leg pertama. Formasi 4-2-3-1 yang digunakan Spurs di leg pertama tetap digunakan juga dengan komposisi pemain yang hampir sama, meski dua pemain gelandang bertahan yang diturunkan memang kuat secara fisik yaitu Wanyama dan Sissoko.

Spurs berani menyerang. Di depan, Son Heungmin, striker yang diplot Pocchetino menggantikan Harry Kane yang cedera bergerak dengan efektif, berganti posisi dengan Lucas Moura sehingga membuat ruang terbuak bagi Eriksen dan Delle Alli mudah memberikan bola bersih bagi mereka.

Hasilnya, City cukup terkejut. Pemain belakang yang sering membantu serangan City sedikit tertahan di belakang dan gampang kebingungan. Akibatnya dua gol Son Heungmin di awal laga sempat membuat Spurs unggul lebih dahulu, karena skema ini.

Kedua, Spurs bertahan lebih dalam. Pocchetino memang pelatih yang dianggap mampu memperagakan sepak bola balance, atau seimbang di liga Inggris dengan sangat baik. Pocchetino mampu membuat Spurs bertahan sama baiknya dengan menyerang. Darah Italia yang mengalir di tubuhnya mungkin membuat pragmatisme sepak bola mahir dia gunakan.

Pocchetino menginstruksikan kuartet pemain bertahannya agar bertahan lebih dalam. Ada dua keuntungan dari strategi ini. Pertama, hal ini sengaja dilakukan untuk mengumpan agar para pemain City lebih naik ke depan meninggalkan garis pertahanan mereka. 

Harapannya agar Spurs mudah melakukan serangan balik di waktu yang tepat. Kedua, agar dapat membatasi ruang gerak Aguero, Sterling, dan Bernardo Silva yang amat berbahaya ketika bebas bergerak di kotak penalti.

Meskipun Spurs dapat kebobolan hingga empat gol, namun gol balasan Spurs dapat dikatakan terjadi karena strategi ini berjalan dengan cukup mulus.

Ketiga, Spurs efektif di lini tengah. Di menit ke-63, saat unggul 4-2, Pep Guardiola menggantikan David Silva dengan Fernandinho. Pep menyadari bahwa meski mendominasi, tetap ada celah yang tidak seperti biasanya di ruang tengah.

Alasan sebenarnya sederhana, Gundogan yang diplot sebagai gelandang bertahan menggantikan Fernandinho keteteran menjaga wilayah sekaligus menjadi jembatan antara pemain bertahan dan lini tengah. Ruang yang akhirnya sering digunakan oleh gelandang menyerang Spurs seperti Erriksen dan Delle Alli untuk bereksplorasi.

Lini tengah Spurs memang efektif. Erikssen dan Alli mudah bereksplorasi sebelum pergantian ini dilakukan, apalagi ditunjang oleh Victor Wanyama yang sangat baik mematikan pergerakan dari De Bruyne ketika diperlukan.

Pep Guardiola nampak melihat ini dengan Fernandinho kembali mampu menutup ruang tengah dan skor akan bertahan 4-2 untuk keunggulan City. Sayang bagi publik di Etihad, pada akhirnya City harus kebobolan dari skema bola mati. Fernando Llorente membobol gawang Ederson memanfaatkan sepak pojok. Guardiola dan publik Etihad tak bisa berbuat banyak.

Laga kedua tim dapat dikatakan sebagai laga terbaik dari empat laga yang terjadi di perempat final. Saling menyerang terjadi dan pertarungan taktik antara Guardiola dan Pocchetino tersaji dengan indah di lapangan.

Lolosnya Tottenham Spurs membuat Son Heungmin dkk akan berhadapan dengan pembunuh raksasa, Ajax Amsterdam di babak semifinal.

Liverpool Mulus melangkah ke babak Semifinal
Di Porto, langkah Liverpool tak terhenti. Gol-gol dari Sadio Mane, Salah ditambah gol sundulan Firmino dan Van Dijk membuat Liverpool kembali menang 4-1 di kandang FC Porto. Liverpool terlalu tangguh bagi Porto yang sebenarnya sudah berusaha maksimal di lapangan. Liverpool unggul agregat dengan telak, 6-1.

Di babak semifinal, Liverpool sudah ditunggu Barcelona, laga yang dapat dikatakan ideal dan amat dinantikan ketika di bagian semifinal lainnya lebih diisi dengan lolosnya tim yang membuat kejutan. Laga semifinal nanti direncanakan akan dilangsungkan pada tanggal 1 Mei mendatang.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun