Mohon tunggu...
Arnold Adoe
Arnold Adoe Mohon Tunggu... Lainnya - Tukang Kayu Setengah Hati

Menikmati Bola, Politik dan Sesekali Wisata

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

3 Keunggulan Telak Ajax Amsterdam Atas Juventus

17 April 2019   09:30 Diperbarui: 17 April 2019   09:38 120
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Sepak bola itu ganas, begitu anda kebobolan gol yang kebetulan, rasa takut itu muncul. Kami kedapatan sedang berbaring pada babak kedua dan harusnya melakukan pendekatan yang berbeda. Ajax sepenuhnya pantas dengan hasil ini serta lolos ke semi-final," Massimiliano Allegri

Juventus tumbang. Setelah sempat digdaya, mendapatkan kepercayaan diri setelah kemenangan hebat atas Atletico Madrid di fase knock out perdelapan final, kali ini Juventus harus mengakui keunggulan pasukan de Amsterdammers, Ajax Amsterdam.

Unggul terlebih dahulu melalui gol sang superstar, Christiano Ronaldo, Ajax membungkam seisi stadion J Arena, melalui gol Van Beek dan memastikan kemenangan mereka di babak kedua melalui sundulan kapten mereka, Mathijs De Ligt.

Seusai pertandingan dalam konfrensi pers, pelatih Juve, Max Allegri mengatakan bahwa Ajax memang pantas melaju ke semifinal. Ajax tampil hebat dan membuat para munculnya rasa takut muncul di pemain Juve. Jika melihat dari pertandingan dini hari tadi, apa yang dikatakan oleh Allegri memang terbentang nyata.

Paling tidak ada 3 (tiga) keunggulan Ajax atas Juve yang dapat dikemukan disini,

Pertama, keunggulan mental para pemain. Meski diisi oleh cukup banyak pemain muda, selain Daley Blind dan Nemanja Tadic, para pemain Ajax bermain layaknya veteran jika berbicara soal keunggulan mental.

Perhatikan saja ketika Juventus sudah memimpin satu gol lewat Ronaldo, para pemain Ajax masih terlihat tenang. Walaupun setelah gol tersebut dalam beberapa menit kemudian, Juve mencoba lebih menekan.

Para pemain Ajax tidak kocar-kacir, pertahanan masih rapi dan terus berjuang untuk mencetak gol penyama kedudukan. Hasilnya instan karena tujuh menit sesudah gol Ronaldo, Ajax mampu menyamakan kedudukan.

Setelah  skor menjadi imbang, yang dikatakan oleh Allegri terjadi, para pemain Juve jadi grogi dan memilih untuk lebih bertahan. Sesudah itu, Ajax menyerang seperti gelombang tsunami dan seperti tinggal menunggu mencetak gol berikutnya.

Setelah unggul pun, Ajax tidak panik malah semakin percaya diri untuk mempertahankan kedudukan,  Ketenangan dan mental para pemain Ajax sangat diuji dalam pertandingan ini.

Kedua, Keunggulan strategi brilian dari pelatih Ajax, Erik Ten Hag. Sebelum laga berlangsung pelatih Ajax mengatakan bahwa Juventus akan bertahan lebih dalam untuk menjaga gawangnya tidak kebobolan.

Memang benar Juve lebih dalam bertahan namun bukan berarti Allegri tidak menyiapkan skema untuk melakukan serangan balik jika terlalu ofensif. Disinilah kehebatan Ten Hag terlihat, Ten Hag dengan brilian menginstruksikan kedua bek sayapnya untuk tidak terlalu naik membantu serangan.

Strategi ini berjalan mulus. Bernadeschi di sektor kanan dan Alex Sandro di sektor kiri sebagai tumpuan serangan sayap Juve berhasil dimatikan dan sering kehilangan bola. Setiap kali kehilangan bola, Ajax menciptakan peluang yang hampir selalu membahayakan gawang Juve.

Bukan saja dari sektor bek sayap, di sektor bek tengah, Ten Hag juga menginstruksikan para pemainnya untuk lebih berfokus untuk menjaga daerah (Zona Marking) daripada menjaga pemain  (Man to Man Marking). De Ligt dan Blind di sektor ini amat disiplin menjalankan instruksi ini. Ronaldo hampir tidak mempunyai peluang karena strategi defensif ini. Harus diakui kali ini, Erik Ten Hag lebih cerdas dari Allegri.

Ketiga,  keunggulan lini tengah Ajax yang bermain lebih efektif. Kepastian Frenkie De Jong bermain setelah sebelumnya sempat dikatirkan cedera amat menguntungkan bagi Ajax. Lini tengah Ajax superior dalam laga dinihari tadi atas lini tengah Juventus yang dikomandoi Miralem Pjanic,

De Jong bukan saja mampu secara bergantian dengan Schone mematikan serta membatasi ruang gerak Pjanic, namun juga rajin mengalirkan bola ke lini depan Ajax.

Biasanya Allegri akan  menambah jumlah gelandang  pekerja untuk membatasi ruang gerak lini tengah lawan yang lebih tangguh. Masih ada Rodrigo Bentacur dan Khedira di bench pemain, namun ketiga skor menjadi imbang 1-1, Allegri sepertinya pusing karena kebutuhan menambah gol. Ahhirnya lini tengah Ajax terus merajalela.

Ketiga faktor ini membuat Juventus terlihat inferior di rumahnya sendiri. Bahkan Ajax terasa lebih Italia setelah mampu menjaga keunggulan mereka hingga detik akhir pertandingan. Jika konsisten bermain seperti ini, dapat dipastikan, siapapun lawannya akan mewaspadai. Bahkan Ajax bisa diunggulkan untuk menjadi juara musim ini. Sesuatu yang bukan mustahil terjadi.

Selamat de Amsterdammers, Ajax Amsterdam

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun