Mohon tunggu...
Arnold Adoe
Arnold Adoe Mohon Tunggu... Lainnya - Tukang Kayu Setengah Hati

Menikmati Bola, Politik dan Sesekali Wisata

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Mendung di J Stadium

17 April 2019   05:07 Diperbarui: 17 April 2019   05:08 77
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ronaldo Gagal Membawa Juventus ke Semifinal (Gambar : Getty)

Christiano Ronaldo menanduk bola dan masuk ke gawang Ajax di menit ke-28. J Stadium bersorak. Pemain termahal mereka sekaligus raja dari ajang bernama Liga Champions itu membuat optimisme membubung tinggi bagi para penggemar Juventus.

Turin memang sedang cerah, namun kelolosan ke semifinal akan membuat langit akan bertambah cerah. Namun, keadaan itu tidak bertahan lama. Dua pria berambut kemerah-merahan menjurus pirang, Van den Beek dan Mathijs De Light berhasil membalas dan membalikan keunggulan di pihak Ajax, 2-1.

Sekejap awan putih mulai berkumpul, warnanya tak lagi putih dan menjadi hitam keabu-abuan. Pelatih Juventus, Massimiliano Allegri panik. Strateginya tak terlihat berhasil di lapangan. Moise Kean dimasukan menggantikan Dybala, Jose Cancelo dan Bentacur menyusul masuk semua sia-sia.

Pertahanan Ajax Amsterdam sangat disiplin dan rapat. De Light, bek sekaligus kapten Ajax itu tampil amat tenang, menyapu bola sekaligus memberi komando kepada rekan-rekannya kemana harus bergerak.

Lini tengah mereka juga sanggup membatasi ruang gerak Miralem Pjanic, kreator serangan dari lini tengah.  Kuncinya ada di Frankie De Jong, gelandang muda Ajax yang sudah menjadi milik Barcelona musim depan.

De Jong mampu bergerak  bebas dan  mengalirkan bola kepada kedua rekannya yang rajin bergerak dari sektor sayap, Neres ataupun Ziyech. Bukan sekedar berlari, tetapi terkadang variasi serangan mereka amat atraktif, menghibur untuk disaksikan yang membuat pemain belakang Juventus seperti hanya melongo menonton aksi mereka.

Juventus seharusnya dapat melakukan hal serupa. Dalam pertandingan tersebut, Juventus mempunyai pemain  sayap yang handal dalam diri Federico Bernadeschi, pria yang biasanya mampu mengalirkan bola dari sisi sayap untuk Christiano Ronaldo.

Tetapi Berna tampil amat buruk, pergerakannya sering mudah dibaca, bahkan beberapa kali terlihat saling berebut peran dengan Paulo Dybala sebelum ditarik keluar. Berna tidak terlihat antusias bermain seperti biasanya, entahlah.

Hal ini diperburuk karena di bench, tidak ada lagi stok pemain sayap. Sayap lincah Juve, Douglas Costa cedera, serupa dengan Mandzukic, pemain yang amat dirindukan untuk tampil bagi Juventini di saat genting seperti ini.

Sebenarnya masih ada Juan Cuadrado yang sudah fit, namun karena cedera panjang, namanya tidak didaftarkan dalam daftar pendek Liga Champions.

Lini belakang Juventus juga mengalami masalah yang sama. Leo Bonnuci dan Rugani di sektor bek tengah memang sudah cukup padu persoalannya mereka tidak mampu membangkitkan gairah seorang pejuang yang biasanya diperankan oleh Giorgio Chiellini. Sayangya, sosok yang ini sdang cedera, padahal jika Chiellini ada, Chielo akan berteriak kesetanan seperti seorang gladiator yang bertarung untuk hidup untuk hari itu, bukan bek pada umumnya. Jika pemain yang berjuluk "King Kong" itu ada mungkin hasilnya berbeda. Ah, ratapan penyesalan yang selalu datang terlambat.

Di sektor penjaga gawang, kiper Juve bernama dengan lafalan susah, Wojciech Scezny sudah tampil dengan cukup baik, minimal beberapa kali mampu menahan terjangan tsunami serangan para pemain Ajax.

Tetapi apa gunanya semua itu jika akhirnya, gawang itu bobol hingga dua kali. Tampil hebat saja tidak cukup, jikalau tim sendiri akhirnya harus tersingkir.

Kembali ke Christiano Ronaldo. CR7 sudah berteriak, membangkitkan semangat rekan sekaligus pendukung, berlari kesana kemari membuka ruang bagi rekannya, menendang dan mengumpan, tetapi Ronaldo tak bisa sendirian, butuh pemain yang lain, butuh kerjasama tim.

Mata Juventini memang terarah dan berharap kepadanya, tetapi seperti diingatkan kembali bahwa permainan sepak bola amat kejam terhadap tim yang tidak bermain baik secara tim dan hanya mengandalkan seorang pemain saja. Meski dia seorang bintang. Terkadang mungkin berhasil, tetapi jika gagal, hancur seperti istana yang dibangun di atas pasir.

Tim yang mayoritas diisi pemain muda, Ajax Amsterdam kali iniseperti mengajarkan kepada Juventus, bahwa tim yang dibangun dengan teamwork yang kuat tanpa seorang bintang juga dapat melaju jauh.

90 menit sudah usai. Langkah kaki para Juventini keluar dai J Stadium dengan melambat, kalah cepat dari gerak awan yang sudah berkumpul menghitam. Mendung amat pekat di langit J Stadium, mungkin menyelimuti seluruh Turin.

Di kepala mereka muncul lagi pertanyaan, kapan Juventus bisa memenangkan Liga Champions lagi? Entahlah, saat ini tak ada satupun yang tak dapat menjawabnya. Masih mendung, pekat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun