Di sektor penjaga gawang, kiper Juve bernama dengan lafalan susah, Wojciech Scezny sudah tampil dengan cukup baik, minimal beberapa kali mampu menahan terjangan tsunami serangan para pemain Ajax.
Tetapi apa gunanya semua itu jika akhirnya, gawang itu bobol hingga dua kali. Tampil hebat saja tidak cukup, jikalau tim sendiri akhirnya harus tersingkir.
Kembali ke Christiano Ronaldo. CR7 sudah berteriak, membangkitkan semangat rekan sekaligus pendukung, berlari kesana kemari membuka ruang bagi rekannya, menendang dan mengumpan, tetapi Ronaldo tak bisa sendirian, butuh pemain yang lain, butuh kerjasama tim.
Mata Juventini memang terarah dan berharap kepadanya, tetapi seperti diingatkan kembali bahwa permainan sepak bola amat kejam terhadap tim yang tidak bermain baik secara tim dan hanya mengandalkan seorang pemain saja. Meski dia seorang bintang. Terkadang mungkin berhasil, tetapi jika gagal, hancur seperti istana yang dibangun di atas pasir.
Tim yang mayoritas diisi pemain muda, Ajax Amsterdam kali iniseperti mengajarkan kepada Juventus, bahwa tim yang dibangun dengan teamwork yang kuat tanpa seorang bintang juga dapat melaju jauh.
90 menit sudah usai. Langkah kaki para Juventini keluar dai J Stadium dengan melambat, kalah cepat dari gerak awan yang sudah berkumpul menghitam. Mendung amat pekat di langit J Stadium, mungkin menyelimuti seluruh Turin.
Di kepala mereka muncul lagi pertanyaan, kapan Juventus bisa memenangkan Liga Champions lagi? Entahlah, saat ini tak ada satupun yang tak dapat menjawabnya. Masih mendung, pekat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H