Mohon tunggu...
Arnold Adoe
Arnold Adoe Mohon Tunggu... Lainnya - Tukang Kayu Setengah Hati

Menikmati Bola, Politik dan Sesekali Wisata

Selanjutnya

Tutup

Olahraga Pilihan

Cerita Dongeng di Australia Open 2019 Berjudul Stefanos Tsitsipas

23 Januari 2019   11:18 Diperbarui: 25 Januari 2019   10:56 122
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Stefanos Tsitsipas, fenomenal I Gambar : nytimes

"Ini hampir seperti sebuah cerita dongeng. Saya seperti hidup dalam mimpi, menjalani apa yang telah saya kerjakan" Stefanos Tsitsipas.

Seusai pertandingan melawan Roger Federer, Tsitsipas memegang kepalanya, matanya membelalak, hampir tidak percaya dapat mengalahkan idolanya tersebut. Dalam pertandingan yang berlangsung ketat, Tsitsipas menang atas idolanya, 6-7, 7-6, 7-5, 7-6.

"Saya sudah menonton dia sejak saya 6 tahun dan bermain melawannya adalah impian. Bisa menang adalah hal yang tak terlukiskan," ucap Stefanos Tsitsipas seusai pertandingan.

Saat itu mungkin ada yang mengira itu sebuah kebetulan belaka. Federer memang melakukan banyak unforced error saat itu, dua kali lipat dari Tsitsipas. Pria berkharisma asal Swiss itu dianggap tidak tampil prima.

Akan tetapi ketika Tsitsipas melangkah ke babak semifinal dengan mengalahkan petenis asal Spanyol, Roberto Bautista Agut, 7-5 4-6 6-4 7-6 (7-2) dalam pertarungan tiga jam 15 menit, mata dunia mulai lebih jelas terbeliak. Sudah lahir calon bintang baru tenis dunia setelah era Federer, Nadal dan Djokovic.

Tsitsipas bersama Idola I Gambar : Indiatoday
Tsitsipas bersama Idola I Gambar : Indiatoday
Tsitsipas sendiri merasa pencapaiannya seperti sebuah cerita dongeng setelah mengalahkan Agut. "Ini hampir seperti sebuah cerita dongeng. Saya seperti hidup dalam mimpi, menjalani apa yang telah saya kerjakan" ujar Tsitsipas.

Apa yang dikatakan Tsitsipas benar adanya, ini seperti sebuah cerita fiksi jika menengok latar belakang seorang Tsitsipas.

Tsitsipas  lahir di Athena, Yunani, pada 12 Agustus 1998. Negara asal para Dewa ini  tidak pernah dikenal melahirkan petenis berkelas dunia, bahkan belum pernah ada petenis yang menjuarai turnamen sekelas ATP dari Yunani, sebelum Tsitsipas.

Pada Oktober 2018, Tsitsipas mulai mencetak sejarah dengan menjadi petenis putra Yunani pertama yang memenangkan gelar ATP. Di final ATP Stocholm, Tsitsipas  menang 6-4 dan 6-4 atas Ernest Gulbis di laga final.

"Saya sangat bahagia karena menjadi petenis Yunani pertama yang meraih gelar ATP. Saya berharap akan ada lebih banyak petenis Yunani yang bisa meraih gelar juara," ujar Tsitsipas saat itu.

Setelah itu, Tsitsipas terus mencatat berbagai torehan sejarah. Di medio 2018, Tsitsipas menjadi petenis Yunani pertama yang menembus rangking 100 ATP.

Tampak belum berhenti, dengan torehan berbagai prestasi, di akhir tahun, Tsitsipas menembus 20 ATP. Tsitsipas menjadi petenis termuda di usia 20 tahun yang mampu menembus daftar rangking petenis elit tersebut. Dari Yunani!

Di Australia Open, sinar Tsitsipas semakin berkilau, hingga akhirnya berhasil melangkah ke semifinal. Tsitsipas menjadi semifinalis termuda di Melbourne Park sejak petenis AS Andy Roddick, yang saat itu juga berusia 20 tahun di turnamen 2003.

Selain itu, dia juga menjadi petenis putra termuda yang berhasil lolos ke semifinal sebuah turnamen Grand Slam sejak 12 tahun terakhir. Sebelumnya, rekor itu dipegang Novak Djokovic yang lolos ke semifinal US Open 2007.

***

Bukanlah hal yang mudah bagi Tsitsipas  sampai di titik ini. Ini juga jelas bukan soal keberuntungan semata, tetapi soal kemampuan teknis yang telah dimilikinya.

Beberapa pengamat mengakui bahwa Tsitsipas memang memiliki kemampuan yang lengkap. Forehand-nya keras, sedangkan yang istimewa adalah kemampuan backhandnya dengan menggunakan hanya satu tangan.

Hal tersebut membuat, gaya bermainnya sangat mirip dengan idolanya, Roger Federer. Jangan heran karena Tsitsipas mengaku sudah menonton dan mempelajari gaya bermain Federer melalui youtube saat masih berusia enam tahun.

Pelatih Tsitsipas asal Perancis, Patrick Mouratoglou yang juga pelatih Serena Williams juga tak segan memuji anak asuhnya, bukan saja kemampuan tekniknya tetapi juga etos berlatihnya.

"Hal yang khususnya saya sukai dari dirinya adalah fakta bahwa ia begitu fokus dengan hal yang ia lakukan," ungkap Mouratoglou.

"Ia seperti singa yang fokus dengan mangsa yang akan diserang dan bersamaan dengan itu, ia mempersiapkan diri untuk mengambil bolanya lebih awal serta maju ke area net." tambah Mouratoglou, pemilik Mouratoglou Academy yang terkenal di Nice, Prancis.

Itulah Tsitsipas. Saat bertarung melawan Federer, Tsitsipas begitu fokus dan tidak kehilangan konsentrasi meski Rod Laver Arena berulang kali menyoraki Federer dan sebaliknya terkesan diam saat Tsitsipas mendapatkan angka. Tsitsipas tetap tidak terpengaruh, meski drama di sesi tie break selalu menguras emosi.

Saat melawan Agut, Tsitsipas berani menantang Agut untuk bermain reli, padahal kelebihan itu biasanya ciri para petenis Spanyol. Tsitsipas tidak gentar. Tsitsipas menunggu, bola kembalian mulai melemah dari Agut lalu menyergap di depan net. Seperti Singa.

Di semifinal yang akan berlangsung besok waktu Indonesia, Tsitsipas akan menghadapai legenda lain, Rafael Nadal. Kedua pemain telah dua kali bertemu di tahun 2018, dan dua laga itu terjadi di babak final. Nadal berhasil memenangkan keduanya.

Di ATP Canada di lapangan keras, Nadal menang 6-2, 7-6, sedangkan di lapangan tanah liat, ATP Barcelona, Nadal melumat Tsitsipas, 6-2, 6-1. Dua kekalahan itu tentu membuat motivasi Tsitsipas menjadi berlipat ganda, sekaligus berkeinginan untuk membalas dendamnya.

Meski akan berjalan tidak mudah, kesempatan itu tetap ada. Jika menang, cerita dongeng Tsitsipas akan menjadi lebih sempurna, jika kalahpun, dongeng ini masih sedap untuk dinikmati para pecinta tenis dunia. 

Luar biasa Stefanos Tsitsipas!

Referensi : 1

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun