"Berita sedih, tapi kami tidak akan dibungkam, Beristirahatlah dengan tenang, Ahmed." Â ujar Anas Aremeyaw Anas, jurnalis Investigasi asal Ghana.
Anas sangat bersedih. Rekan, kolega yang dia banggakan bernama Ahmed Hussein-Suale dibunuh secara keji oleh dua pria tidak dikenal. Ahmed diberondong dengan timah panas hingga tewas.
Saat Ahmed sedang  menyetir mobil dalam perjalanan pulangnya, Ahmed  dihampiri oleh dua lelaki yang berboncengan dengan sepeda motor. Kedua lelaki itu berhenti di sebelah mobil Hussein-Suale dan melepaskan tembakan dari jarak dekat.
Dada dan leher Ahmed tertembus peluru, Ahmed tewas di tempat dan kedua orang itu melarikan diri, Baru tahun lalu, Anas dan Ahmed mengerjakan sebuah film dokumenter  yang menggegerkan Ghana, negara dimana mereka tinggal.
Bersama di bawah naungan organisasi Tiger Eye Private Investigation (Tiger Eye PI), Anas dan Ahmed meluncurkan film  dokumenter yang berisi tentang  tuduhan suap dan korupsi  kepada  77 wasit dan Ketua Federasi Sepak Bola Ghana saat itu Kwesi Nyantakyi.
Bukan hanya itu, sejak Oktober 2018 Nyantakyi dihukum larangan berkecimpung dalam dunia olahraga seumur hidup dan didenda FIFA sebesar 500.000 dolar AS.
Ahmed memang akhirnya menjadi terkenal namun identitasnya terpaksa disembunyikan karena ancaman dari berbagai pihak yang merasa dirugikan dan terancam.
Terancam, Ahmed tak pernah gentar. Pria berusia 51 tahun itu sudah berikhtiar bahwa hidupnya adalah untuk memerangi praktik korupsi dan suap, terkhususnya di sepak bola Ghana.
Naas, dalam sebuah wawancara di stasiun televisi Ghana, TV NET 2, identitas Ahmed dibeberkan oleh seorang anggota parlemen Ghana bernama Kennedy Agyapong . Â Foto Ahmed ditunjukan dan tempat tinggalnya diberitahu.
"Orang itu (Hussein-Suale) sangat berbahaya, ia tinggal di Madinah. " kata Agyapong. Tak lama kemudian, Ahmed ditemukan meninggal, ditembak.
Jika harga sebuah kematian dikarenakan kebencian terhadap praktik korupsi, suap dan peperangan terhadap pengaturan skor di dunia sepak bola, dunia seharusnya meratapi kejadian ini.
Meratapi bahwa kebenaran saat ini dikalahkan oleh kedengkian dari para bangsat yang tak segan mengambil nyawa orang lain ketika terancam.
Kematian Ahmed Hussein-Suale membuat begundal jahanam bersukacita, dan berpikir para pengungkap kebenaran akan takut dan gentar.
Mereka keliru, kematian Ahmed malah melecut semangat dan membangkitkan rekan-rekan Anas  untuk bertekad membuat para mafia bola tidak akan tidur nyenyak selamanya.
"Kami benar-benar sedih atas kematian Suale. Namun, kami juga tidak akan menyerah untuk terus mengungkap kasus korupsi di negeri ini, meski itu berisiko tinggi," ujar pernyataan resmi dari Tiger Eye PI.
Presiden Ghana, Nana Akufo-Addo  juga lekas berespon.
"Saya baru saja mengetahui, dengan sedih, tentang pembunuhan Ahmed Hussein-Suale. Saya mengecam tindakan itu tanpa pamrih, dan menyampaikan belasungkawa kepada keluarga korban. Saya berharap polisi dapat menangkap pelaku dari kejahatan keji ini secepat mungkin," twit Akufo-Addo, nampak geram.
Ghana berduka. Sepak bola menangis.
***
Kepergian Ahmed seperti memanggil pecinta sepak bola, pembenci mafia bola untuk kembali acuh, hirau terhadap kondisi persepakbolaan nasional, terutama peperangan terhadap pengaturan skor.
Peristiwa tragis ini juga seharusnya melecut semangat pecinta bola di tanah air untuk tidak berhenti memerangi mafia bola atau mafia pengaturan skor. Â
Mengapa ini begitu perlu? Tanpa kita sadari, kita cenderung terlanjur apatis terhadap kondisi persepakbolaan kita. Merasa tidak ada yang perlu atau dapat diubah.
Padahal tanpa sengaja, ketidakpedulian itulah yang membuat para mafia bergerak bebas merongrong dengan korupsi dan suap yang dilakukan.
Kita perlu berharap agar penangkapan demi penangkapan serta penetapan tersangka yang dilakukan oleh Satgas Anti Mafia Bola jangan sampai berhenti.
Berikan dukungan dan apresiasi dengan cara tidak berehat membagikan pemberitaan tentang aktifitas para mafia. Buat para mafia itu tersudutkan, tidak punya ruang dan segera angkat kaki dari persepakbolaan kita.
Jika tidak angkat kaki, mohonkan agar segera tubuh mereka terpasung di penjara. Persemayam dimana seharusnya mereka berada. Â
Sampai kapan? Sampai negeri kita merdeka dari korupsi dan suap di sepak bola, seperti keinginan seorang Ahmed Hussein-Suale.
Selamat Jalan Ahmed.
Referensi :Â
Selidiki Korupsi di Sepak Bola, Jurnalis Ghana Mati
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H