Mohon tunggu...
Arnold Adoe
Arnold Adoe Mohon Tunggu... Lainnya - Tukang Kayu Setengah Hati

Menikmati Bola, Politik dan Sesekali Wisata

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Balada Seorang Gonzalo Higuain

17 Januari 2019   21:19 Diperbarui: 17 Januari 2019   21:42 707
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Higuain selangkah lagi ke Chelsea I Gambar : ronaldo.com

Kembali pada cinta sejati, ingatlah cinta pertama, saat perjalanan cinta itu menjadi semakin sulit bagimu. Kata-kata ini rasanya tepat untuk menggambarkan perasaan striker AC Milan, Gonzalo Higuain saat ini.

Dua kali bertanding  melawan mantan klubnya, Juventus, selalu berakhir emosional.

Di akhir November tahun lalu, Higuain dikartu merah setelah melakukan proses berlebihan dan menyerang wasit. AC Milan dikalahkan Juventus, 0-2 di San Siro.

Kejadian serupa berupa luapan emosi negatif terulang lagi tadi pagi.

Seusai pertandingan Supercoppa, Higuain melakukan protes keras kepada wasit, bek tengah Juve, Leo Bonnuci bahkan harus menenangkan Higuain.

Saat penyematan medali runner-up pun, wajah Higuain tanpa ekpresi. Sedih, marah dan mungkin geram berkumpul jadi satu.

Situasi memang menjadi tak mudah bagi pria berusia 31 tahun ini.  Perasaannya amburadul seperti penampilannya. Higuain masih belum menunjukan permainan terbaiknya setelah dicampakkan oleh Juventus.

Dicampakan? Ya, bahasa yang tepat ketika Si Nyonya tua harus memaksa Higuain pergi sesudah kekasih baru mereka, Christiano Ronaldo datang.

Memori indah 2016 ketika 90 juta euro dibayarkan Juventus hanya untuk seorang Higuain menjadi segera terlupakan. Torehan 40 gol dari 73 partai Seri A bagi Juventus juga hanya menjadi catatan yang mudah diabaikan.  

Juventus membiarkan dia menjadi pria panggilan dengan mempersilahkan AC Milan melakukan pinjam pakai di musim ini.

Di AC Milan, Higuain seperti mendapatkan cintanya kembali, sayang bayang-bayang Juventus terlalu besar baginya. Setiap AC Milan disakiti oleh Juve, terluka juga hatinya.

Cinta pinjam pakai memang berparak dan bukankah disakiti oleh orang yang disayang lebih sakit rasanya?

Di situasi ini, nama Napoli kembali terbit kembali di dalam hati Higuain. Di klub inilah cinta pertama Higuain di Italia bermekaran. 

Cinta pertama yang meneduhkan Higuain ketika masih belum paham batas antara cinta dan dimanfaatkan di Real Madrid, klub pertama Higuain di Eropa.

Di Napoli, Higuain dipeluk, disayang dan dicinta. 

Di pelukan cinta hal yang luar biasa dapat terjadi.  Di musim 2015/2016, bersama Napoli, Higuain bahkan memecahkan rekor gol  Gunnar Nordahl yang bertahan selama 66 tahun sebagai pencetak gol terbanyak dalam semusim.

Di musim itu, Higuain mencetak 36 gol, surplus satu gol dari catatan legenda Swedia, Nordahl di musim 1949-1950.

Higuain memang merasa nyaman dengan Napoli, nyaman dengan Maurizio Sarri, pelatih yang membuat gelayut cinta Higuain bersemi dengan taktiknya yang sebati dengan gaya main Higuain. Berpadu menjadi satu.

Sayangnya, 2016, cinta itu retak. Il Paternopei merasa Higuain mengkhianti janji mereka, saat memilih menyeberang ke Juventus.

Simbol klub itu dicaci maki, jerseynya dibakar, di saat seperti itu hanyalah seorang Sarri yang terlihat tenang. 

Sarri seperti paham bahwa tak ada yang abadi di dunia ini,  termasuk pengkhianatan dan kedengkian.

Hari ini dapat membenci, mungkin besok kembali bercinta.

Saat Higuain terlihat hancur di AC Milan, Sarri mengatakan Higuain adalah orang yang hebat di Desember lalu.

Higuain terkesima dengan perkataan Sarri. Pelatih yang amat dihormatinya.

Milan memang lebih indah dari London, tetapi tak ada yang lebih berharga daripada sebuah rasa nyaman.  Higuain ingin pindah ke Chelsea.

Menjelang Supercoppa, keinginan itu semakin besar. Higuain tertangkap kamera menunjukan wajah tak bersahabat sesaat sesudah mendarat di Jeddah, Arab Saudi.

Pelatih Milan, Gattuso berkilah dengan mengatakan Higuain sedang mengalami demam, namun di dalam hati terdalamnya, pemain Argentina berjuluk El Pipita itu merasa inilah saat yang tepat untuk pindah.

AC Milan ingin menahan Higuain, namun semakin hari semakin sadar tidak akan ada gunanya. 

Pemain yang sudah merasa tidak betah, lama kelamaan malah akan menjadi benalu.

Warta terakhir dari Italia, Higuain akan menjadi bagian dari Chelsea sebelum sabtu ini. Bukan melalui pembelian tetapi juga pinjam pakai.

Higuain ketara, nyata ingin bahagia bersama Chelsea dan hendak kembali bernostalgia bersama  Sarri.  

Apakah Higuain akan berhasil? Hm, bermodalkan hanya  cinta terkadang tak pernah cukup untuk memahami maksud diri. 

Lagi, London bisa jadi menunjukan cintanya seperti Brest, Prancis, kota kecil nan Indah tempat kelahiran Higuain.

Akan tetapi London juga dapat menjadi tempat untuk menunjukan bahwa batas itu telah tampak dengan jelas. 

Batas yang bersuara bahwa kelianan sering butuh loka agar wajah sendu itu terlihat jelas.

Higuain, Chelsea dan Sarri perlu yakin.

Jika gagal, perjalanan dan nasib Higuain juga akan kembali ke Si Nyonya Tua. Hitam dan putih.

Jangan dulu menunduk. Jika nanti sudah disana, cobalah angkat kepala, pandang dan nikmati birunya langit London, les blues, Pipita.

Mungkin saja, langit itu selalu cerah untukmu. Mungkin...

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun