PSSI diterpa lagi masalah, kali ini soal penunjukan pelatih. Pelatih timnas senior yang baru ditunjuk PSSI, Simon McMenemy dituding oleh pelatih PSMS Medan, Peter Butler tidak memiliki lisensi pelatih UEFA Pro. Padahal, menurut Butler lisensi UEFA Pro adalah salah satu syarat untuk dapat melatih timnas.
Butler memang terlihat serius, bahkan telah mengkonfirmasi tentang lisensi hingga ke Football Association (FA), lembaga yang mengeluarkan lisensi di Inggris.
 "Ya, saya tanya Director Elite Coaching English FA kalau dia punya License Pro mereka mengatakan tak mengenal dia. Dan Ashworth, Director English FA Elite Coaching, tidak punya data dan tidak ingat bahwa Simon punya Lisensi FA," kata Butler.
Simpulan Butler, Â McMenemy telah berbohong demi menjadi pelatih timnas Indonesia.
PSSI berusaha memberikan klarifikasi soal tudingan Butler ini melalui Head of Media Relation dan Digital Promotion PSSI, Gatot Widakdo pada Sabtu (29/12/2018).
Dalam krafikasinya, Gatot sendiri memang membenarkan pernyataan Butler yang menyebut Simon McMenemy tidak  memiliki sertifikat UEFA Pro.
Namun Gatot sendiri menyatakan bahwa regulasi yang berlaku adalah syarat untuk menjadi pelatih timnas hanya diperlukan lisensi UEFA A yang setara dengan A AFC. Simon McMenemy sendiri telah mendapatkan lisensi A AFC saat menjadi pelatih timnas Filipina pada 2010.
Soal waktu mendapatkan lisensi A AFC, maka bisa dibandingkan dengan pernyataan lain Butler yang mengatakan bahwa  pada 2010 itu, McMenemy hanya tiga bulan menangani tim Filipina dan akhirnya dipecat karena persoalan lisensi.
Mengenal Tingkatan Lisensi Pelatih
Apa itu lisensi UEFA A dan UEFA Pro? Mungkin kita perlu mengetahuinya. Dari berbagai referensi, tingkatan lisensi kepelatihan dari rendah ke yang paling tinggi itu ada lima; Level 1, 2, UEFA B, UEFA A dan UEFA Pro License.
Berikut sedikit penjelasannya, level 1 itu di dalam negeri dikenal dengan lisensi D. Lisensi D ini adalah dasar dan tahap awal karier pelatih. Materi yang diajarkan menitikberatkan pada teknik dasar dan juga pertolongan pertama pada kecelakaan serta perlindungan untuk anak.
Sesudah lulus Level 1, maka pelatih dapat mengikuti Level 2 atau Lisensi C. Jika Level 1 dapat diadakan oleh asosiasi di negara sendiri maka lisensi C ini diadakan oleh federasi negara atau konfederasi sepak bola tingkat regional seperti AFC, UEFA, Conmebol dan  sertifikatnya sudah diakui oleh FIFA.
Di level ini baru, pelatih diijinkan untuk melatih kesebelasan amatir atau menjadi asisten di kesebelasan pro. Sebenarnya bagi seorang pelatih professional tidak perlu mengambil sertifikasi Level 1 dan 2, dan bisa langsung mengambil sertifikasi UEFA B yang lamanya 9-12 bulan atau sekitar 120 jam.
Di sertifikasi ini lebih ditekankan kepada taktik, penguasaan bola, membuka ruang di sebuah pertandingan dsb. Di UEFA B ini juga diajarkan teori sepakbola, makanan dan kebugaran (fitness), identifikasi kecelakaan, psikologi dalam sport, dan analisa pemain. Dalam pertandingan profesional, pelatih harus minimal punya sertifikasi UEFA B.
Di atas level UEFA B adalah level UEFA A. Sertifikasi ini merupakan 2 tahun komitmen belajar dan berlatih  dan ditujukan bagi para profesional saja, jika disetarakan dengan pendidikan formal, maka sertifikasi ini sama dengan gelar MBA di bidang bisnis.
Sertifikasi ini hanya dapat didapatkan jika bekerja sama dengan national Football Association. Dijelaskan bahwa untuk level ini, ujiannya sangat ketat, dengan hasil lulus atau tidak lulus.
Dalam kasus ini, di level inilah Simon McMenemy diperkirakan berada---jika benar bahwa sudah mendapatkan lisensi A AFC yang setara dengan UEFA A.
Lalu bagaimana dengan UEFA Lisensi Pro, yang hanya dimiliki Peter Butler dan Dejan Antonic di sepak bola Indonesia?
Untuk mendapatkan UEFA Pro License, seseorang harus punya UEFA A Lincense terlebih dahulu, menjadi seorang manager/pelatih pada saat dia mengajukan aplikasi atau menjadi pelatih kepala atau paling tidak mempunyai pengalaman selama 10 tahun dalam melatih sepakbola.
Modul pelajaran di UEFA Lisensi Pro 240 jam dengan 90 jam berkisar tentang hal-hal praktis. termasuk bagaimana menangani pemain-pemain top, menggunakan teknologi terakhir, menganalisa kekuatan dan kekurangan lawan dan bagaimana menghadapi masalah yang dihadapi pemain. Inilah level tertinggi lisensi bagi seorang pelatih sepak bola.
Esensi Persoalan Tudingan Butler
Jika kita mau obyektif melihat masalah ini, tentu kita berharap bahwa poin penting yang perlu diperhatikan PSSI adalah mencari pelatih dengan kapasitas yang baik dan tentu dengan lisensi yang terbaik pula. PSSI jangan sampai tidak punya filter yang cukup sehingga mempekerjakan pelatih yang secara administrasi tidak memenuhi syarat. Apalagi jika benar tudingan bahwa McMenemy berbohong.
Kita mungkin dapat berargumentasi bahwa kemampuan McMenemy mungkin lebih baik dari Antonic dan Butler dari sisi prestasi, namun yang mau dikemukakan disini adalah jika PSSI mau lebih serius seharusnya PSSI mengejar pelatih dengan level tertinggi. Amat disayangkan setelah dilatih Luis Milla kita mesti "turun kelas" lagi.
Persoalan lain memang adalah soal lisensi pelatih di sepak bola kita mungkin harus dirapikan dan diperhatikan.
Federasi dan klub perlu patuh pada regulasi yang mengatur bahwa pelatih kepala sebuah klub adalah minimal berlisensi A AFC. Namun di lapangan kerap terjadi, masih ada pelatih yang masih berlisensi nasional.
Kita tentu berharap bahwa kualitas pelatih yang diukur dari kepemilikan lisensi, akan dengan sendirinya meningkatkan kualitas persepakbolaan di kompetisi dalam negeri dan akhirnya berdampak positif pada penampilan timnas di masa depan.
Referensi :
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H