Lasmi Indriyani dengan berani menolak hadir dalam sidang Komite Disiplin (Komdis) PSSI, Jumat (28/12/2018). Rencananya mantan manajer Persibara itu  dipanggil terkait pernyataannya di media online dan acara Mata Najwa berkaitan dengan match fixing atau pengaturan skor.
Apa alasan penolakan Lasmi untuk hadir? Dilansir dari berbagi media, Lasmi membeberkan beberapa alasan, dengan alasan utama adalah karena Lasmi berpendapat bahwa kasus yang melibatkan Persibara sudah ditangani oleh pihak Kepolisian.
Begini isi lengkap pernyaataan Lasmi. "Bahwa perkara dugaan permainan dalam pertandingan sepak bola (match mixing) telah ditangani oleh penegak hukum kepolisian (Satgas yang dibentuk Kapolri Tito Karnavian) sehingga kami menghormati dan mempercayakan sepenuhnya kepada pihak penegak hukum serta tidak ingin terjadi campur aduk tumpang tindih oleh berbagai lembaga dan kepentingan lain"
"Kami berharap PSSI menghormati dan mendukung langkah Kapolri demi kemajuan sepak bola Indonesia sehingga PSSI semestinya tidak melakukan tindakan-tindakan lain yang berpotensi intervensi dan mengganggu proses di Kepolisian,"
Alasan lain seperti surat yang tidak ditandatangani Ketum PSSI, Ratu Tisha yang juga menolak panggilan Bareskrim serta status dirinya yang bukan lagi adalah manajer Persibara aktif dirasa hanyalah beberapa alasan tambahan.
Mengapa demikian? Pihak Lasmi seperti telah menduga bahwa bola panas pernyataannya bahwa Johar Ling Eng (anggota Komisi Executive PSSI) yang telah meminta sejumlah uang kepada Persibara untuk pengaturan skor telah bergulir dengan begitu cepat. Johar telah ditangkap bersama anggota PSSI lainnya, Dwi Irianto, dan juga Priyanto dan Tika yang namanya juga disebut dengan begitu jelas oleh Lasmi.
Selain itu Lasmi sepertinya telah membaca bahwa penanganan kasus ini menjadi sedikit rumit bagi pelapor seperti dirinya karena ada dua lembaga yang bergerak seperti "sendiri-sendiri" dalam menangani kasus ini, yaitu PSSI dan Satgas Antimafia Pengaturan Skor yang digagas oleh Polri.
Apa pasal? Satgas Antimafia nampak mengejar dan menangkap terlebih dahulu orang internal PSSI sedangkan Komisi Disiplin (Komdis) PSSI terlihat sibuk mengejar para pelapor yang tampil di acara Mata Najwa.
Perhatikan saja, ketika Satgas menangkap Johar, maka Komdis memberi hukuman seumur hidup tidak boleh aktif di sepak bola bagi Bambang Suryo. Suryo sendiri adalah orang "luar" yang terlihat "menyerang" PSSI selama acara Mata Najwa berlangsung. Sayangnya, Suryo sepertinya tidak bersih-bersih amat. Suryo sendiri pernah dihukum serupa pada 2015.
Setelah Suryo, sasaran empuk berikutnya bagi PSSI tentu adalah Lasmi. Sebenarnya masih ada Manajer Madura FC, Januar Herwanto dan Pelatih PSN Ngada, Kletus Gabhe yang ikut memberi kesaksian. Januar melaporkan Hidayat, Exco PSSI yang akhirnya mengundurkan diri sedangkan Kletus Gabhe sendiri mengaku pernah ditawari pengaturan skor oleh Bambang Suryo.
Hanya perbedaannya Januar dan Kletus tidak mau terlibat pengaturan skor dari orang-orang yang menawarinya sedangkan Lasmi sendiri dalam acara Mata Najwa mengaku telah menggelontorkan uang hingga 1,3 M bagi para mafia-mafia ini. Inilah, yang mungkin akan dijadikan alasan Komdis untuk menghukum Lasmi. Lasmi boleh saja melaporkan Johar, tetapi secara langsung Lasmi juga terlibat dalam praktek ini.
Akan tetapi ada satu hal menarik soal hukuman Suryo dan Lasmi jika memang akan dihukum. Dalam acara Mata Najwa, dikatakan bahwa pelatih PSN Ngada, Kletus Gabhe memang telah membuat laporan terhadap Komdis tentang apa yang dilakukan oleh Bambang Suryo terhadap dirinya. Inilah yang mungkin dijadikan landasan Komdis untuk menghukum Suryo, namun soal Lasmi, laporan darimana yang didapatkan oleh PSSI?
Lasmi yang melaporkan tentang Johar, lalu Johar melapor balik?, atau seperti apa? Lasmi yang memiliki bukti tentang keterlibatan Johar, Priyanto dan Tika dan bukti itu digunakan kembali untuk melaporkan Lasmi?
Jika itu benar terjadi, maka yang patut dikuatirkan adalah muncul ketakutan dari orang-orang seperti Lasmi, yang dikatakan oleh Najwa Shihab sebagai pemberani karena berani membongkar mafia pengaturan skor. Namun jika para pemberani ini juga mendapat hukuman setimpal, jangan harap muncul orang-orang seperti Lasmi di masa depan.
Kita patut menunggu respon Satgas Antimafia terhadap penolakan Lasmi, apalagi Lasmi "seperti" berlindung di balik Satgas. Komdis jelas akan terus mengejar Lasmi, bahkan telah menyiapkan hukuman untuk Lasmi.
Akhirnya, kita berharap sepak bola kita lekas bersih dari para mafia pengaturan skor, siapapun dia tempat mereka bukan di sepak bola, apalagi sebagai petinggi klub maupun petinggi PSSI.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H