Mohon tunggu...
Arnold Adoe
Arnold Adoe Mohon Tunggu... Lainnya - Tukang Kayu Setengah Hati

Menikmati Bola, Politik dan Sesekali Wisata

Selanjutnya

Tutup

Bola Artikel Utama

Piala AFF 2000, Ketika Pelatih Timnas Indonesia Dicopot di Tengah Turnamen

19 November 2018   05:11 Diperbarui: 19 November 2018   16:12 1371
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Racikan Dananjaya ternyata berhasil. Dananjaya mampu membangkitkan semangat Aji Santoso cs saat itu dan tampil lebih baik. Indonesia berhasil melumat Myanmar di sisa pertandingan fase grup sekaligus melaju ke babak semifinal.

Gendut Doni, top skor Piala AFF 2000 I Gambar : Bolasport.com
Gendut Doni, top skor Piala AFF 2000 I Gambar : Bolasport.com
Di babak semifinal, dimotori oleh Gendut Doni yang tampil apik sepanjang turnamen, timnas berhasil menggasak Vietnam dengan skor tipis 3-2. Vietnam saat itu mulai bangkit sebagai tim yang disegani di kawasan Asia Tenggara dan dilatih oleh Alfred Riedl.

Namun di babak final, lagi-lagi Thailand menjadi momok. Indonesia harus kembali kalah telak di final yang dilaksanakan di Stadion Rajamangala, 18 November 2000. Satu gol Gendut Doni hanya menjadi penghibur karena Thailand berhasil membobol gawang Hendro Kartiko sebanyak empat kali. Indonesia harus puas menjadi runner-up turnamen. Indonesia sedikit terhibur karena Gendut Doni menjadi top skor turnamen dengan lima golnya.

***

Dari pengalaman di atas, saya pikir kuncinya sekarang memang ada di PSSI. Sejauh mana evaluasi yang dilakukan oleh PSSI dan seberapa mendesak untuk mengambil keputusan mengganti pelatih. Memang ada dua hal utama yang akan menjadi pertimbangan. Pertama, jika Bima dicopot dari jabatannya, siapa yang akan menjadi pengganti? Keraguan ini wajar saja muncul karena kapasitas Kurniawan Dwi Yulianto sebagai asisten pelatih juga belum teruji. Menggantikan Bima dengan Kurniawan beresiko timnas akan tampil lebih jeblok.

Pilihan untuk mengganti Bima dengan salah satu pelatih asing di Liga 1 juga menjadi sebuah kemustahilan. Alasannya karena setiap klub sedang berlomba untuk mendapatkan hasil terbaik menjelang kompetisi berakhir.

Kedua, para pemain nampak masih puas dengan apa yang dilakukan Bima. Ukuran minimalnya dalaha belum ada konflik yang terjadi, meski sudah mulai tercium. Artinya, jika para pemain masih nyaman, maka mengganti pelatih tentu akan berdampak pada adaptasi dan sebagainya.

Kedua alasan ini membuat pilihan paling realistis adalah menunggu sampai Bima selesai menunaikan tugasnya di Piala AFF baru skema pergantian dilakukan.

Jika pilihan itu diambil PSSI, maka sebagai pecinta timnas, saya hanya bisa berdoa agar suasana tima tetap terpelihara dan Bima segera menemukan cara terbaik untuk mengarungi sisa laga di fase grup.

Harapan paling minim yang bisa diungkapkan adalah, timnas Indonesia jangan lagi kalah melawan Singapura, Filipina dan Timor Leste serta mampu merepotkan Thailand di Stadion GBK nanti. Meski akhirnya kita tetap tidak lolos dari fase grup. Akan tetapi akan lebih menyakitkan, jika kita akan kalah lagi dan lagi dengan permainan yang tanpa pola.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun