Mohon tunggu...
Arnold Adoe
Arnold Adoe Mohon Tunggu... Lainnya - Tukang Kayu Setengah Hati

Menikmati Bola, Politik dan Sesekali Wisata

Selanjutnya

Tutup

Otomotif Artikel Utama FEATURED

Saya yang Sering Tidak Peduli pada Peragaan Keselamatan Penerbangan

30 Oktober 2018   10:11 Diperbarui: 26 Oktober 2020   08:25 2318
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Apakah saya sudah dapat mengambil dan menggunakan baju pelampung (Live Vest) ketika sesuatu terjadi? Ah, saya sepertinya terlalu sibuk dengan urusan yang lain di dalam pesawat daripada mendengarkan hal itu. Saya tahu ada lampu indikator, tetapi terkadang juga tidak terlalu peduli dengan mati hidupnya lampu di pesawat.

Jika hal ini saja saya tidak peduli, apalagi berharap agar saya memastikan baju pelampung itu ada di bawah tempat duduk dengan mencoba meraba bagian bawah tempat duduk yang saya tempati.

Itu baru mengecek ketersediaannya, bagaimana cara menggunakannya? Saya sering tidak memberikan perhatian dan tahu bahwa baju pelampung tersebut tidak boleh digelembungkan ketika masih berada di dalam pesawat. Saya baru bisa menggelembungkannya jika sudah dekat dengan pintu keluar atau pintu darurat.

Cara menggelembungkannya pun ada dua cara. Pertama dengan menarik tuas yang ada sehingga pelampung akan terisi udara dengan sendirinya, bagaimana jika tidak berhasil, saya harus meniupnya secara manual.

Selain itu, parahnya lagi saya sering tersinggung jika pramugari meminta saya untuk menegakkan kursi dan melipat meja di depan saya dalam waktu-waktu tertentu. Saya tidak sadar bahwa, jikalau kursi miring, maka dalam keadaan tertentu saya bisa terlepas dari sabuk pengaman karena itu. Selain itu, kursi yang belum ditegakkan dan meja yang tidak dilipat akan mengganggu kecepatan evakuasi dalam keadaan darurat.

Sekarang saya sudah sedikit berubah. Saya sekarang lebih tertib menghidupkan dan mematikan HP di pesawat. Saya sadar bahwa alat-alat tersebut memancarkan sinyal yang mengganggu sinyal navigasi di dalam kokpit. Saya tentu tidak mau kecelakaan yang dapat terjadi dalam hitungan detik terjadi karena ketidapkpedulian saya. Saya bahkan pernah menegur penumpang lain yang tidak tertib soal itu, tentu dengan cara yang sopan.

Peristiwa jatuhnya Lion JT 610 membuka mata saya. Saya beberapa hari ini berpikir, bisa saja ada yang salah dengan pesawatnya, mesinnya dan sebagainya. Tetapi semua hal itu adalah hal yang mungkin tidak bisa saya cegah, tetapi paling tidak membuat saya diingatkan untuk menjadi penumpang yang baik. Penumpang yang peduli dan semakin memberi perhatian kepada prosedur keselamatan di pesawat dan taat melakukannya.

Semuanya memang harus dimulai dari diri sendiri.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Otomotif Selengkapnya
Lihat Otomotif Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun