"Saya akan memikirkan tentang Indonesia mulai sekarang. Mereka tim yang sangat sangat tangguh, seperti yang kami lihat pada babak kedua saat melawan Qatar dan Uni Emirat Arab," kata Pelatih Timnas Jepang U-19, Masanaga Kageyama.
Siapapun yang mengenal bagaimana orang Jepang berinteraksi tidak akan serta merta melihat pernyataan Kageyama dalam satu sisi, bahwa mereka "takut" akan Indonesia.
Saya kebetulan mempunyai saudara ipar orang Jepang. Orang Jepang amatlah sopan, dan amat jarang menceritakan kehebatan mereka terlebih dahulu. Saya terkadang dibuat malu sendiri, karena setelah menceritakan pengalaman saya dan skill saya yang menurut saya hebat, ternyata belum ada apa-apanya dibadingkan saudara ipar saya bermana Kitaura tersebut.
Tetapi begitulah orang Jepang, berusaha sopan dengan orang lain. Dalam bahasa Jepang, Sopan itu disebut dengan "reigi tadashi". Â Sikap ini bukan saja mencakup kerendahan hati, tetapi juga berkaitan dengan permintaan maaf, berterima kasih dan menyapa.Â
Kesopanan orang Jepang kerap dilihat dengan mata ketika mereka membungkuk, bukan cuma sekali, bahkan bisa tiga kali. Sebuah cara mereka menyampaikan perasaan hormat dan juga penghargaan kepada orang lain, meskipun terkadang orang yang mereka hadapi tidak lebih hebat dari mereka.
KembaIi ke Kagayama. Pelatih  berusia 51 tahun ini seharusnya sangat optimis menghadapi Indonesia. Baru beberapa bulan lalu mereka berhasil menghempaskan Timnas U-19 Indonesia 4-1 ketika berujicoba pada Maret di Stadion Gelora Bung Karno.
"Kami berharap clean sheet, tetapi kebobolan pada akhir laga, itu mengecewakan. Kami masih ada sisa dua hari di Indonesia, ini persiapan bagus jelang Piala AFC (U-19) 2018," ucap pelatih yang pernah membesut Singapura U-16 pada 2008.
Timnas U-19 Jepang di tangan Kagayama akhirnya berkembang pesat dan terlihat dengan jelas di Piala Asia U-19 kali ini. Berstatus sebagai juara bertahan, Jepang menjadi satu dari hanya dua tim---Arab Saudi tim lainnya, yang dapat meraih poin sempurna sepanjang pertandingan fase grup. Bahkan kepastian Jepang lolos sudah dipastikan sebelum laga terakhir.
Selain itu Jepang menjadi tim yang amat ofensif. Bergabung bersama Thailand, Korea Utara dan Irak, Jepang membuat lawn-lawannya seperti menjadi lumbung gol dengan mencetak 13 gol dengan hanya kemasukan 3 gol sepanjang penyisihan grup.
Kagayaman menggunakan formasi 4-4-2 yang membuat permainan Jepang terlihat mulus melakukan transisi dengan bertukar posisi antar pemain ketika menyerang lini pertahanan lawan ataupun bertahan.
Formasi ini juga berjalan mulus karena Jepang juga didukung oleh pemain dengan kemampuan skill mumpuni seperti Takefusa Kubo. Kubo adalah pemain yang dijuluki Lionel Messi Timnas U-19 karena memiliki kemampuan dribble bola diatas rata-rata dengan kecepatan tinggi.
Lini pertahanan Indonesia yang akan dipimpin Irianto bersama Indra Mustafa yang menggantikan peran Nurhidayat, harus waspada dan berkonsentrasi sepanjang pertandingan memperhatikan pergerakan pemain ini.
Selain Kubo adalagi pemain yang produktif yang mesti diwaspadai bernama Koki Saito. Hingga saat ini, Â Saito telah mencatatkan tiga gol bagi Jepang. Kelebihan Saito adalah mampu bergerak dari sayap kanan dan menusuk masuk ke dalam secara tiba-tiba. Bek kiri andalan Timnas U-19, Firza Andika tentu akan dibuat bekerja keras olah Saito sepanjang pertandingan.
Agresivitas Jepang mau tidak mau harus diredam oleh Timnas U-19 kita jika tidak mau mimpi menuju Piala Dunia U-20 di Polandia nanti lenyap.
Strategi Indra Sjafrie
 Menghadapi Jepang yang di atas kertas dianggap lebih tangguh, Coach Indra Sjafrie tidak terlalu detail menjelaskan stratedi yang disiapkan. Meskipun begitu ada beberapa hal yang tersirat dari apa yang dikatakannya pada media.
Pertama, Â Indra Sjafrie akan memaksimalakn kekuatan kolektivitas tim untuk membendung kekuatan Jepang. "Saya tidak mewaspadai satu pemain, yang main bola itu 11 pemain. Jadi 11 pemain Jepang kami antisipasi," tutur Indra. Artinya Indra akan memastikan bahwa setiap pemain kita akan bersatu padu, bermain seimbang menghadang kekuatan Jepang.
Kita perlu berharap harapan pelatih kita  ini terjadi di atas lapangan. Jangan sampai ada lagi pemain yang tampil egois dan individualistis di lapangan, jika tidak mau dikalahkan oleh Jepang. Kalah tapi jangan karena kesalahan sendiri.
Kedua, timnas tidak akan sekedar mengandalkan serangan balik. "Timnas harus bermain seperti biasanya. Jangan sampai menerapkan negatif football dan bertahan total, karena justru akan berbahaya mengingat lawan terus memberi tekanan," kata Indriyanto Nugraha, memberikan saran bagi timnas kita.
Sepertinya hal ini yang terbaik yang dapat dilakukan oleh coach Indra. Karakter pemain kita tidak akan cocok bermain dengan gaya cattenacio, tetapi dapat bermain lebih seimbang dalam bertahan maupun menyerang.
Jika ini berjalan dengan baik di lapangan, maka Jepang juga tidak akan terlalu sporadis menyerang pertahanan kita,dan kita mempunyai kesempatan untuk balik menyerang.
Inti dari semua ini adalah jangan pernah menyerah sebelum bertanding. Â Tersisa 90 menit perjuangan untuk Tim Garuda Muda mengukir sejarah untuk pertama kalinya bermain di Piala Dunia U-20.
Apapun bisa terjadi, bermainlah dengan penuh perjuangan dan kerendahan hati. Hasil yang terbaik akan menyusul ketika perjuangan itu sudah maksimal. Lalu apa yang dikatakan oleh coach Indra ketika membayangkan Jepang.
 "Kalau Tuhan berkehendak, kami pasti mampu mengalahkan Jepang," ujar Indra Sjafrie pendek.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H