Mohon tunggu...
Arnold Adoe
Arnold Adoe Mohon Tunggu... Lainnya - Tukang Kayu Setengah Hati

Menikmati Bola, Politik dan Sesekali Wisata

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Tabloid BOLA Pamitan, Terima Kasih Legenda!

26 Oktober 2018   22:27 Diperbarui: 27 Oktober 2018   09:48 1018
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Edisi penutup Tabloid BOLA akhirnya terbit. Tulisan "Selesai" dan "Terima Kasih" menjadi cover dari perjalanan selama 34 tahun tabloid olah raga terbaik Indonesia tersebut. Di bagian dalam di setiap header halaman tertulis tagline "BOLA Pamitan".  Nostalgia dan beratnya sebuah perpisahan tergambar dengan jelas di edisi pamungkas ini.

Saya merasa sedih membaca edisi pamungkas ini, dan saya yakin pihak redaksi BOLA juga merasakan hal yang sama. Namun sepertinya pihak redaksi  tidak mau menampakan hal itu, malah seperti ingin menghibur saya dan penggemar BOLA agar jangan larut dalam kesedihan, contohnya, tulisan "Pamitan" dalam tagline "BOLA Pamitan" yang  dibuat berwarna-warni.

Tetapi perasaan susah dibohongi. Para redaktur, dan penulis di tabloid ini menunjukan suasana sentimental yang amat kental di catatan akhir mereka. Pemimpin redaksi BOLA, Weshley Hutagulang bahkan kembali bernostalgia dengan detail menceritakan bagaimana dia diterima sebagai wartawan Tabloid ini pada 1 November 1996.

Weshley menuliskan tentang begitu istimewanya berkesempatan menjadi wartawan Tabloid BOLA, kesempatan yang seperti mimpi menjadi kenyataan, karena Weshley sebelumnya dibesarkan dalam kekaguman terhadad BOLA.  Namun Weshley sadar bahwa perubahan akhirnya datang dengan begitu cepat.

"Sesuatu yang pasti dalam hidup ini adalah perubahan. Hanya sering terjadi perubahan itu terlalu cepat untuk dapat dipahami" tulis Weshley.

Nostalgia juga menjadi ciri dari edisi penutup ini. Jurnalis senior BOLA, Ian Situmorang sedikit bercerita tentang bagaimana dia bisa menginvestigasi, menganalisis dan menghasilkan tulisan opini yang berkualitas karena karirnya di BOLA.

Ian Situmorang bercerita juga tentang kedekatannnya dengan Ellyas Pical dan juga pengalaman meliput kekalahan Mike Tyson di Tokyo pada Februari 1990. Ian Sitomorang juga dengan jujur mengatakan bahwa Sumorhadi Marsis, salah satu pendiri dan wartawan BOLA adalah mentor yang hebat buatnya.

"Menampilkan sesuatu yang berbeda itulah yang menjadi salah satu kekuatan BOLA, istilah mentor saya, BOLA harus colourful. Cerita dari berbagai sisi" tulis Ian Situmorang.

Mungkin sebagai penghormatan terhadap Sumohadi Marsis yang telah meninggal dunia pada Desember 2017, di halaman yang sama kembali ditampilkan kolom Catatan Ringan yang memuat salah satu tulisan terbaiknya pada edisi 5 Februari 1999, berjudul "Terbaik".

Selain Sumohadi Marsis, edisi terakhir ini menampilkan tulisan dari sahabat Sumohadi Marsis sekaligus pendiri Tabloid BOLA, Ignatius Sunito. Kedua orang inilah yang diperintah Jakob Oetama pada 1984 untuk membidani kelahiran BOLA.

Tulisan Sunito, tidak terlalu panjang dalam judul "Tergerus Zaman digitalisasi". 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun