Saya kira banyak yang akan setuju, bahwa  salah satu pemain yang tampil apik dan mencuri perhatian saat Tim Nasional Indonesia U-19 berhadapan dengan Uni Emirat Arab (UEA) adalah bek kiri, Firza Andika.Â
Firza bukan saja tangguh menjaga sisi kiri pertahanan Garuda Nusantara tetapi dengan berani ikut naik membantu serangan tanpa lelah sepanjang pertandingan.
Di lapangan hijau pemain kelahiran Medan, 11 Mei 1999 ini nampak bermain seperti idolanya, Marcelo, bek kiri timnas Brasil dan Real Madrid. Selayaknya Marcelo, kekuatan Firza memang bukan sekedar kecepatan dan support membantu serangan semata, tetapi juga kekuatan kaki kiri untuk melepaskan tendangan keras dari luar kotak penalti.
Dalam laga-laga yang dilalui oleh timnas U-19, kemampuan itu maksimal ditunjukan oleh Firza. Bahkan pelatih Taiwan, Vom Cha Nun dengan terus terang menyebut Firza sebagai pemain yang paling membahayakan bagi timnya, selain Egy Vikri.
Sebelumnya, dalam laga uji coba melawan Yordania, Firza juga tampil apik dan menuai pujian. Setelah mampu mencetak dua gol melalui sepakan keras kaki kirinya dari luar kotak penalty. Pelatih timnas U-19 Yordania, Ahmad Abdel Al Qader, bahkan tak segan memuji Firza Andhika seusai pertandingan.
"Selain Egy, Indonesia punya banyak pemain yang lebih hebat, seperti nomor 17 (Firza Andika)," ujar Al Qader saat itu.
Duetnya dengan Egy di sisi kiri memang seperti berpadu meneror lini belakang lawan. Kedua pemain dapat saling mengisi dan seperti telah mengenal satu sama lain sejak lama.
Memang benar, ada ada cerita menarik di balik kerjasama apik yang dibangun antara Firza dan Egy. Â Ternyata tak banyak yang tahu bahwa kedua pemain adalah sahabat sedari kecil di Medan.
Firza adalah teman Egy Maulana Vikri sejak ia berusia sembilan tahun dan bermain bersama di SSB Tasbih, Medan. Bahkan Firza pernah dilatih oleh ayah Egy, yang adalah seorang pelatih SSB.
Kedua pemain terpisah setelah mulai merintis karis di luar Medan. Saat berusia 15 tahun, Firza memutuskan mengikuti  seleksi Akademi Semen Padang dan lolos. Sesudah itu, Firza melanjutkan sekolahnya di Sekolah Semen Padang. Saat di Akademi Semen Padang, Firza mengikuti seleksi Timnas Indonesia U-19 di Sawangan pada 2017 dan berhasil lolos.
Firza berkembang menjadi pemain yang serba bisa dan fasih memainkan beberapa posisi. Selain pernah bermain sebagai seorang striker, Firza juga pernah bermain sebagai seorang gelandang.Â
Di Liga 1 bersama PSMS, saat masih dilatih Djanur, Firza bahkan pernah dicoba bermain di posisi sayap kiri dan bek kanan. Berbagai peran itu berhasil dimainkan dengan apik oleh Firza.
Dengan usia yang masih sangat muda, memiliki cukup pengalaman di iklim kompetisi kompetitif dan ditunjang oleh skill mumpuni, Firza laku keras dilirik klub-klub Eropa.
Setelah gelaran Piala Asia U-19 selesai, Firza dijadwalkan akan melakukan trial di  klub kasta kedua Belgia, AFC Tubize dari tanggal 5 November hingga 25 November 2018 . Â
Kabar terakhir, setelah trial di Tubize, klub divisi ketiga Spanyol, UD Alzira juga tak mau ketinggalan rela mengantri dengan mengundang Firza untuk melakukan uji coba disana.
"Dengan ini kami memberitahukan mengundang saudara Firza Andika untuk berpatisipasi bersama UD Alzira dalam sesi latihan dan juga pertandingan amatir kami di divisi ketiga Spanyol Grup 6 mulai 25 November sampai 2 Desember 2018," tulis surat undangan buat Firza yang tertera nama Presiden UD Alzira, Juan Antonio Sanjuan Pellicer, dilansir dari Kompas.com.
Rasanya wajar apabila pemain yang juga pernah dipanggil memperkuat timnas U-23 itu sampai di tahap ini. Kerja keras Firza menjadikan dia profil pemain dengan karakter permainan yang akan didambakan semua tim sepak bola di era modern ini.
Dalam kata lain, seperti Marcelo, Firza adalah representasi bek kiri modern yang istimewa. Istimewa karena tak banyak pemain yang dapat mengisi posisi ini. Posisi hanya akan efektif apabila dihuni pemain kidal. Ini berarti tak banyak pemain, karena jumlahnya tentu lebih sedikit dibandingkan pemain yang mengandalkan kaki kanan.
Saat melawan UEA, Firza sangat  rajin membantu lini serang dan membuat sayap kiri lebih leluasa untuk membuka ruang. Firza menjadi tumpuan serangan timnas U-19 dari sisi lapangan.
Terlebih ketika bermain dengan hanya 10 orang pemain, timnas U-19, dapat tetap berbahya, karena seolah mempunyai pemain tambahan di sisi kiri saat menyerang. Sisi yang amat merepotkan UEA sepanjang pertandingan kemarin.
Firza sering melakukan tusukan-tusukan ke tengah yang tidak diduga oleh pemain UEA, sehingga dapat membuka ruang serta memaksa pemain UEA melakukan pelanggaran terhadap dirinya.
Tak dapat dipungkiri, Firza dapat dikatakan menjadi elemen penting dari strategi Indra Sjafrie yang senang memainkan penguasaan bola bertempo cepat. Sjafrie juga terlihat cenderung membangun serangan timnas U-19 dari  sisi kiri. Peran Firza terlihat dengan jelas, baik itu bersama Egy atau bersama Witan setelah Egy keluar lapangan karena cedera.
Melawan Jepang nanti, kita berharap Firza dapat tampil tetap konsisten, sehingga tetap menjadi salah satu tumpuan dari serangan kita nantinya.
Meski begitu ada yang perlu kita jaga dari seorang Firza, minimal menjaga kelangsungan karirnya. Kelemahan pemain muda adalah sering kehilangan fokus ketika mendapat sorotan berlebih. Saat sekarang itu memang belum terlihat dan dirasakan, tetapi bisa saja tawaran klub Eropa dan berbagai pujian dapat menyilaukan mata Firza sehingga berpengaruh pada permainannya.Â
Semoga jajaran pelatih dan Firza sendiri menyadari hal itu, dan melakukan berbagai tindakan preventif. Banyak bakat hebat yang terlihat di waktu muda, tetapi begitu gampang lenyap karena kehilangan konsentrasi. Kita tidak mau itu juga dialami Firza, Marcelonya timnas U-19, saat cahayanya baru mau bersinar lebih terang. Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H