Mohon tunggu...
Arnold Adoe
Arnold Adoe Mohon Tunggu... Lainnya - Tukang Kayu Setengah Hati

Menikmati Bola, Politik dan Sesekali Wisata

Selanjutnya

Tutup

Bola Artikel Utama

Timnas U-19, Realistis tapi Jangan Pantang Menyerah

24 Oktober 2018   11:30 Diperbarui: 24 Oktober 2018   13:27 863
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Timnas U-19 menghadapi partai hidup mati I Gambar : Bolasport.com

Kemarin sore terjadi perbincangan seru antara saya dengan Mansyur, tukang gunting rambut langganan saya. "Besok gimana bos, timnas U-19 akan menang atas Arab bos," ujar Mansyur membuka perbincangan.

Panggilan "bos", memang panggilan akrab antar kami berdua dan kebetulan juga saya sedang memakai jersey timnas saat itu.

"Ah, yang benar bos....susah," kata saya, merespon Mansyur, pria asal Madura yang sudah sedari kecil merantau di Kupang.

"Ah, bos jangan begitu, kalo tidak yakin menang, bukan pendukung timnas tuh," kata Mansyur lagi agak emosi.

Saya sudah biasa berbincang dengan Mansyur tentang beberapa hal, dan kerap berbeda pendapat dengannya. Mansyur juga bersemangat berbincang dengan saya, katanya membuat dirinya agar tetap bersemangat menggunting rambut konsumen, tidak ngantuk. Bagi saya selama Mansyur tidak salah menggunting rambut saya, maka tidak jadi masalah.

"Bukan tidak mendukung, tapi realistislah, kelas kita masih selevel dibawah Uni Emirat Arab," kata saya lagi.

"Wah, kan ada Egy bos, apalagi Todd Rivaldo...." Kata Mansyur lagi, terus merasa berjuang dalam jalan kebenaran membela Timnas.

"Lihat saja besok. Bagi saya bos, sudah pantang menyerah seperti melawan Qatar saja sudah harus disyukuri," tambah saya.

***

Respon atas kekalahan Garuda Muda oleh Qatar dengan skor tipis, 5-6 di Piala Asia U-19 memang menuai reaksi beragam. Ada beberapa pihak yang menganggap kekalahan itu karena ketidakberuntungan dan timnas sudah tampil hebat dan seharusnya bisa menang.

"Qatar itu mainnya curang, jika tidak curang kita pasti menang. Apalagi jika Todd dimasukan lebih awal," kata Mansyur, kembali memastikan bahwa dia berada di pihak yang ini.

Namun ada juga yang berpendapat berbeda, Qatar memang lebih baik. Bagi pihak ini, kekalahan Egy Vikri cs karena kemampuan individu, mental dan taktik dari Qatar yang lebih siap. Kekalahan tetaplah kekalahan meski dalam skor telak ataupun tipis. Indonesia mendapat nol poin dan Qatar mendapat tiga poin.

Kekalahan yang harus membuat Indonesia menghadapi pertandingan hidup mati di Grup A melawan Uni Emirat Arab (UEA) dan sebaliknya Qatar sudah sedikit tersenyum karena hanya menghadapi Taiwan di pertandingan terakhir.

Jika mau jujur, maka saya akan cenderung berada di pihak kedua, mencoba lebih realistis dengan kemampuan timnas U-19 kita. Masih banyak lubang sana sini yang harus diperbaiki, khususnya soal menggalang pertahanan di belakang.

Bagi saya, gol demi gol dari Qatar bukan semata kesalahan seorang Nurhidayat semata, tetapi sebuah kelemahan dari organisasi permainan atau pertahanan itu sendiri. Tercipta gol Qatar juga terjadi karena pemain tengah terkhusus para gelandang tidak mampu menjadi pemutus serangan atau aliran bola yang mengalir dari lini tengah Qatar dengan begitu mulusnya.

Berikutnya pertanyaan soal sistem perangkap offside sehingga kita lebih sering melihat duel satu lawan antara penyerang lawan dan kiper Indonesia. Perangkap offside gagal dan akhirnya kita harus menahan napas saat Umaru, pemain bernomor 7 dengan kecepatannya mampu melepaskan diri sehingga berhadapan langsung dengan kiper Riyandi.

Di lini depan kita juga memiliki pekerjaan rumah. Jika tak mampu menahan banjir gol dari Qatar, bukankah seharusnya kita juga membobol gawang mereka lebih banyak dari jumlah kebobolan yang kita alami.

Tetapi mungkin kita terlalu percaya diri dan sibuk dengan aksi individu yang akhirnya mudah dipatahkan lawan. Kita juga terlalu memuja kecepatan pemain sayap kita, dan lupa bahwa Qatar sudah mengantisipasi itu lebih dahulu, dan kita baru tersadar harus mencoba menusuk dari tengah sesudah Todd Rivaldo beraksi. Sudah terlambat.

Menghadapi Uni Emirat Arab (UEA), kita harus jujur bahwa UEA lebih tangguh dari Qatar, dan artinya juga lebih tangguh dari Indonesia. Kita tidak bisa memungkiri itu, terlebih sesudah UEA membantai Taiwan 8-1 sebelum melawan Garuda Muda.

Lalu sekarang apa? Realistis dan jangan pantang menyerah. Ini jawaban yang saya pikir harus jujur kita kemukakan. 

Sehebat-hebatnya Egy, di atas kertas permainan kita masih kalah kelas dari UEA. Oleh karena itu, kita jangan bermain sporadis seperti pertandingan terdahulu, seperti merasa lawan kalah hebat daripada kita karena kita memiliki Egy, Saadil, coach Indra Sjafrie dan bertindak sebagai tuan rumah. Kita akhirnya menyerang membabi buta dari setiap lini dan lupa pertahanan. Kembalilah mendarat di bumi, reset dari nol.

Ini bukan berarti kita akan pasrah, sama sekali tidak. Kita hanya perlu lebih berkonsentrasi dan bermain lebih seimbang baik bertahan dan menyerang. Alangkah lebih baik jika kita bersikap "rendah hati" dengan lebih bertahan serta mengandalkan serangan balik, menimbang UEA yang dipastikan akan tampil menyerang. 

Tak apalah bermain pragmatis dan mengandalkan serangan balik, daripada bermain indah dan total attack tapi lupa diri, tanpa menghitung lawan yang akan kita hadapi. Kita bisa menempatkan Egy dan Todd untuk menyelusup di antara pemain-pemain UEA, ketika tim asuhan Ludovic Batelli itu lupa diri. Biarkan mereka yang lupa diri, tapi jangan kita.

Selain itu, yang perlu diingat UEA memiliki pemain yang harus diwaspadai. Jika Qatar memiliki striker cepat dalam diri Umaru, maka UEA juga memiliki Ali Saleh, top skor sementara mereka dengan tiga gol dan berperan penting dalam membuka ruang bagi pemain lain. 

Anak asuh Coach Indra, perlu memberikan penjagaan khusus untuknya, jangan biarkan pemain kita sibuk menyerang, karena selama ini kita dikenal seperti itu. Jangan sampai ketika Ali Saleh mencetak gol atau beradu sprint yang membuat pemain kita pontang pantingn, baru kita sadar dan terkejut bahwa ada striker tim lawan yang berbahaya. 

Untuk sikap pantang menyerah, seharusnya ini hukumnya sudah wajib. Berlari, berjuanglah biar ratusan juta rakyat Indonesia tetap bangga, karena melihat 11 anak muda yang mau berjuang hingga akhir pertandingan. 

Sadarilah bahwa kesejatian perjuangan bukan sekedar dari sebuah kemenangan, tetapi memupuk dan menghidupi perjuangan dari yang kita perlihatkan di lapangan. Jika itu dilakukan, maka akan menjadi modal yang akan amat berharga bagi masa depan Egy cs dan timnas kita.

Jikalau telah berjuang, percayalah transisi dari realistis menjadi sesuatu yang impossible dapat menjadi kenyataan. Semuanya masih mungkin. Berlari lah seperti tanpa lelah Egy Vikri cs, berjuanglah, jika itu sudah dilakukan, keluarlah dengan kepala tegak meski dengan kekalahan, kami akan bangga pada kalian. Berjuanglah terlebih dahulu, jangan pantang menyerah. Kami bersama kalian.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun