Mohon tunggu...
Arnold Adoe
Arnold Adoe Mohon Tunggu... Lainnya - Tukang Kayu Setengah Hati

Menikmati Bola, Politik dan Sesekali Wisata

Selanjutnya

Tutup

Bola Artikel Utama

Kemenangan Timnas Senior dan Kemenangan Alfin Tuasalamony

10 Oktober 2018   22:48 Diperbarui: 11 Oktober 2018   11:43 3138
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Alfin, kembali tampil di Timnas I Gambar : Bolaskor

Timnas Senior Indonesia berhasil menang atas Myanmar dalam laga uji coba menjelang Piala AFF 2018. Dua gol Irfan Jaya dan sundulan Beto Goncalves di babak pertama sudah cukup membawa Indonesia menang dengan skor telak 3-0.

Saya merasa riuh gembira menyambut kemenangan ini tidak sebesar kemenangan-kemenangan Timnas sebelumnya. Mungkin saja alasannya karena kualitas Myanmar yang di atas kertas masih di bawah Timnas kita apalagi dikabarkan tidak semua pemain senior dibawa karena tim ini adalah campuran dari tim U-18 dan U-19.

Tetapi di luar semua itu, ada beberapa hal yang tetap perlu disyukuri dari penampilan Stefano Lilipaly cs dalam pertandingan malam ini. Pertama, timnas tetap solid meski di bawah asuhan pelatih sementara, Bima Sakti. Tidak terlalu terlihat dampak dari ketidakhadiran pelatih utama, Luis Milla terhadap permainan tim di lapangan.

Timnas yang bermain menggunakan formasi andalan, 4-2-3-1, bermain dengan baik di setiap lini. Meski tetap ada yang harus dievalusi khususnya di lini pertahanan karena sempat dibuat repot oleh lini serang Myanmar, tetapi tidak mengalami kebobolan adalah sesuatu yang positif bagi timnas.

Hal ini harus diakui karena transisi dari formasi 4-2-3-1 saat menyerang menjadi 4- 4-1-1 ketika bertahan berjalan dengan baik. Pemain dapat bergerak dengan selaras dalam menyerang maupun bertahan, baik itu para pemain sayap maupun pemain tengah.

Di lini tengah, Zulfiandi yang sempat dipuji oleh Luis Milla cocok bermain di Eropa tetap bermain lugas sehingga membuat Evan Dimas dapat tenang mengatur irama pertandingan. Di lini depan, Lilipaly dan Beto semakin padu membangun chemistry, sehingga dengan sendirinya membuka ruang yang cukup bagi sayap cepat dalam diri Irfan Jaya maupun Febry Haryadi.

Tetapi sekali lagi, Myanmar bukan lawan sepadan. Kita perlu menunggu apakah Timnas akan tampil sesolid ini ketika akan berhadapan dengan Hongkong dalam laga uji coba selanjutnya.

Kedua, pemain baru yang cepat beradaptasi. Dari 22 nama pemain yang dipanggil ada dua pemain yang benar-benar adalah debutan, yaitu bek kiri Madura United, Alfath Fathier dan gelandang serang Sriwijaya FC, Esteban Vizcarra. Syukur, kedua pemain dapat bermain dengan amat baik.

Fathier yang langsung dimainkan sebagai starter mampu tampil lugas dan percaya diri menahan gelombang serangan Myanmar yang dominan dimulai dari sisi kiri pertahanan Indonesia. Kemampuan bertahan sekaligus menyerang yang mumpuni membuat Fathier menjadi opsi yang berkualitas selain Rezaldi Hehanussa.

Esteban Vizcarra sendiri mampu tampil merepotkan lini pertahanan Myanmar meski baru masuk di babak kedua menggantikan Irfan Jaya. Walaupun harus diakui tidak secepat Irfan Jaya tetapi penempatan posisi dan kerjasama yang padu dengan Beto menunjukan bahwa Vizcarra juga memiliki keunggulan tersendiri yang dipercaya akan sangat berguna bagi timnas.

Selain kedua debutan di atas, ada nama-nama baru yang baru dalam dua uji coba terakhir dipanggil bergabung dengan timnas. Ada nama Dedi Kusnandar, Abdul Rahman dan Alfin Tuassalamony. Untuk dua nama pertama, dapat dianggap sudah cukup sering dipanggil timnas, namun ada yang istimewa dari nama yang terakhir yaitu Alfin Tuasalamony.

Ketika masuk pada menit ke-70 menggantikan Putu Gede, pujian langsung diberikan komentator kepada Alfin. Hal ini merujuk kepada kisah kelam yang pernah dialami oleh Alfin pada Tahun 2015 dan hampir menghabisi kariernya sebagai pesepak bola.

Saat itu (2015) pemain bernama lengkap Alfin Ismail Tuasalamony ini mengalami kecelakaan parah ketika menderita patah tulang kering di kaki kirinya. Alfin yang saat itu disiapkan untuk mengikuti SEA Games 2015 mendapat musibah ketika ditabrak oleh sebuah mobil yang hendak diparkir. Alhasil, Alfin harus dioperasi.

Alfin, kembali tampil di Timnas I Gambar : Bolaskor
Alfin, kembali tampil di Timnas I Gambar : Bolaskor
Alfin saat itu seperti mengalami pepatah yang mengatakan "Sudah jatuh tertimpa tangga". Alfin yang saat itu masih berusia 22 tahun dan bermain di Persija Jakarta hampir tak dapat dioperasi karena kesulitan biaya.

Sebagai pemain muda yang baru menjalani karier profesional, pesepak bola kelahiran 13 November 1992 itu memang belum mempunyai banyak uang tabungan, sedangkan sang klub, Persija juga mengalami kesulitan keuangan karena liga yang sempat dihentikan.

Pilihan sulit harus dialami Alfin saat itu. Alfin harus dioperasi sesegera mungkin atau tidak dapat bermain sepak bola lagi.

Syukurlah, Alfin akhirnya mendapatkan bantuan dari rekan-rekan pesepak bola yang sama-sama mengulurkan tangan bagi kesembuhan Alfin dengan melakukan laga amal bertajuk Trofeo Charity Matches #AlfinBisa.

"Tidaklah penting berapa jumlah uang yang terkumpul dari laga amal ini. Terpenting kami punya sikap kesetiakawanan terhadap sesama," kata Rahmad Darmawan yang menginisiasi acara tersebut.

Akhirnya Alfin dioperasi. Melihat kebaikan rekan-rekannya, Alfin berjanji dengan mata yang berkaca-kaca. "Suatu saat saya akan kembali ke lapangan. Kembali berkarier di klub dan juga kembali membela Timnas Indonesia," ujar Alfin saat itu.

Semangat tak pantang menyerah menuntun Alfin untuk membuktikan ucapannya. Perlahan tapi pasti Alfin kembali menapaki jalan untuk kembali ke puncak . 

Tiga tahun kemudian (2018), Alfin yang sekarang berusia 26 tahun mampu kembali tampil kompetitif meski masih ada orang yang masih meragukan kemampuannya akibat cedera panjang yang pernah dialaminya. 

Sempat dibimbing Rahmad Darmawan ketika bermain di Sriwijaya FC, akhirnya Alfin terus berkembang dan menemukan bentuk permainan terbaiknya di Arema FC saat ini.

Alumni program SAD Uruguay yang juga sempat bermain di CS Vise, Belgia ini tampil apik dalam setiap kesempatan bermain yang didapatkannya di Arema FC.  Akhirnya, Alfin menjadi bek pilhan utama pelatih Milan Petrovic sekaligus menjelma menjadi bek kanan modern yang dapat bertahan dan menyerang sama baiknya.

Di menit ke-70, Alfin yang diberikan kepercayaan mengenakan nomor punggung lima di timnas dengan percaya diri masuk ke lapangan. Matanya terlihat berbinar, mungkin karena bahagia dapat merumput lagi bersama Timnas . Meski hanya tampil kurang lebih selama 20 menit, namun Alfin dapat membantu tim untuk tidak kebobolan gol dari pemain lawan.

Kisah Alfin adalah kisah kebangkitan dari keterpurukan. Alfin membuktikan bahwa masa lalu harus segera dilupakan dan mesti yakin untuk memulai sesuatu demi masa depan yang lebih baik. Kisah kebangkitan yang dapat dimaknai bukan saja dari kehidupan pribadi seorang Alfin tetapi juga kebangkitan bagi timnas senior agar dapat berprestasi lebih baik di masa depan.

Kemenangan Timnas dan juga dapat dikatakan Kemenangan Alfin...

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun