Kematian tragis Haringga Sirilla kembali membuka mata kita tentang hubungan atar klub dengan suporter dalam sudut pandang regulasi pembinaan. Â Regulasi mengatakan bahwa klub memiliki kewajiban untuk membina suporter. Artinya, perilaku laku buruk suporter di dalam dan di luar stadion, merupakan tanggung jawab bagi manajemen klub yang menaungi pendukungnya.
Oleh karena itu jika berlandaskan aturan tersebut, peristiwa Haringga sebenarnya mengerucut kepada apa hukuman yang harus diterima oleh Persib Bandung sebagai klub maupun suporter yang mendukungnya.
Artinya, keputusan PSSI untuk menghentikan Liga 1 sampai batas waktu yang tidak ditentukan ini bertujuan untuk memberikan waktu lebih banyak untuk menemukan hukuman yang tepat bagi Persib Bandung yang mau tidak mau bertanggung jawab terhadap peristiwa ini.
Pertanyaannya, kira-kira alternatif hukuman apa yang akan diterima oleh Persib?. Dari berbagai pemberitaan media, maka paling ada ada 3 (tiga) alternatif hukuman yang dapat diterima oleh Persib;
Pertama, Persib didiskualifikasi dari keikutsertaan sebagai peserta Liga 1. Hukuman ini tergolong berat. hal ini dikemukakan sendiri oleh Ketua PSSI, Edy Rahmayadi saat konfrensi pers selasa kemarin.
"Ada hukuman yang paling rendah teguran, finansial, sampai diskualifikasi. Untuk itu semua, kita akan segera menindaklanjuti yang sudah kita terima tim verifikasi dalam rangka mencari fakta apa sebenarnya yang terjadi," kata Ketua Umum Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia (PSSI) Edy Rahmayadi.
Sepertinya belum ada keputusan mendiskualifikasi klub dalam kejadian seperti ini. Tetapi di Indonesia, kasus diskualifikasi klub dari kompetisi lebih sering dialami karena kasus match fixing atau pengaturan skor.
Contohnya pada Divisi Utama Liga Indonesia 2014 saat PSS Sleman dan PSIS Semarang didiskualifikasi karena partai "aneh" yatu hujan gol bunuh diri di gawang sendiri . Alasan hukuman ini adalah apa yang dilakukan oleh klub menciderai semangat atau unsur utama sepak bola bahwa bermain bola itu untuk menang bukan untuk kalah.
Meski hukuman ini cukup berat, tetapi dalam konteks permasalahan pembinaan suporter yang seperti tak pernah selesai diatasi, maka hukuman diskualifikasi bisa jadi pembelajaran yang cukup berarti bagi pihak- pihak terkait.
Kedua, Persib dihukum untuk menjalani pertandingan tanpa penonton atau pertandingan usiran dalam sisa kompetisi atau dalam jangka waktu tertentu.
Hukuman ini sepertinya sudah biasa jika konteksnya adalah rivalitas Persija dan Persib. Kedua klub secara bergantian pernah menjalani laga usiran karena dianggap tidak mampu mengontrol kelakuan suporter seriap kali saling berhadapan.
Tahun lalu, Ricko Andrean Maulana yang juga tewas akibat bogem mentah para pendukung Persib membuat Persib pernah dihukum serupa. Komisi Disiplin PSSI menjatuhkan hukuman untuk Persib sebanyak lima laga tanpa penonton. Tapi faktanya, kasus Haringga terjadi lagi.
Pengamat olahraga senior Budiarto Shambazy  setuju hukuman serupa diberikan terhadap Persib tetapi kalau bisa dalam periode yang lebih lama.
"Larangan Persib bermain tanpa penonton di GBLA. Jadi persib sampai akhir musim bagusnya tidak usah ada penonton," ujar Budiarto.
Ketiga, Persib dihukum sanksi pengurangan poin.
Hukuman dalam taraf yang tidak tidak terlalu berat ini diusulkan oleh General Manager Asosiasi Pesepakbola Profesional Indonesia (APPI), Ponaryo Astaman dengan beberapa catatan.
"Hukuman itu pertama tergantung sidang komdis PSSI dan PT Liga, tapi kalau ingin memberikan perbandingan, ada beberapa kasus dan keputusan yang bisa menjadi contoh. Pengurangan poin bisa jadi contoh hukuman, bertanding di luar daerah mereka, juga tanpa disertai penonton, itu bisa menjadi alternatif yang diambil oleh PT Liga," kata Ponaryo.
***
Meneropong ketiga alternatif usulan ini dapat mendapati ada dorongan yang kuat agar PSSI dapat bersikap lebih tegas dari sebelum-sebelumnya. Hukuman diperberat sehingga dapat membeikan pembelajaran yang baik bagi kehidupan bersepakbola yang semakin baik ke depannya.
Tetapi tentu tidak mudah. Di balik dorongan dan harapan penggemar bola agar keputusan PSSI dapat obyektif, tetap ada kepentingan berbagai pihak didalamnya.  Seperti  Asosiasi  pemain akan cenderung lebih memilih hukuman pengurangan poin daripada diskualifikasi klub karena akan mempengaruhi nasib atau kesejahteraan pemain. Â
Setali tiga uang, PSSI juga berpikir demikian, apalagi wacana menghentikan kompetisi secara total juga akan mempengaruhi roda pergerakan uang yang sudah direncanakan sebelumnya. Â Semakin memprihatinkan karena mungkin karena alasan serupa, pertandingan antara Persib dan Persija tetap dilaksanakan meski kabar tentang kematian Haringga sudah terdengar. Â
Keputusan untuk menghentikan Liga 1 baru langkah awal. Kita perlu menunggu, seberapa berani dan sejauh mana kebijakan PSSI sehingga dapat menemukan hukuman yang tepat bagi Persib dan pihak-pihak yagn dapat dimintai pertangungjawaban atas tragedi Haringga.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H