Mohon tunggu...
Arnold Adoe
Arnold Adoe Mohon Tunggu... Lainnya - Tukang Kayu Setengah Hati

Menikmati Bola, Politik dan Sesekali Wisata

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Mengapa Kita Gampang Marah Ketika Kita Lelah?

11 September 2018   07:42 Diperbarui: 11 September 2018   14:25 3768
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Marah ketika Lelah I Illustrasi :CNBC

Semua hal ini membuat distorsi di dalam pikiran kita berwujud emosi yang memblokir pengetahuan tertentu. Misalnya, menghalangi pemikiran rasional terhadap orang yang kita marah.

Menariknya, bagi beberapa orang, hal ini sudah menjadi sebuah siklus. Siklus ini akan mudah diatasi jika dipahami oleh rekan kerja dan terlebih penting dapat dipahami oleh diri kita sendiri.

Seperti cerita si Anto di atas, ungkapan "Biasa, marah-marah kalau capek" mugkin adalah contoh pemahaman akan siklus yang dialami, tetapi persoalannya adalah kita mungkin tidak bisa terus menerus berharap rekan kerja memahami kita.

Memahami kapan kita akan lelah dan marah akan penting bagi kita untuk dapat mencarikan penangkalnya. Jika kita butuh istirahat, kita perlu ijin istirahat sebelum kemarahan kita menjadi-jadi.

Cerita sisi lain yang menarik adalah ada juga yang memilih untuk lekas makan jika sedang marah, ini mungkin berarti lapar ternyata dapat membuat orang marah--padahal seharusnya lemas kan?

Ada lagi yang lebih ekstrim yakni ketika sedang marah memilih untuk mengganti sepatu dan pakaiannya. Untuk apa? Lari. Olahraga lari katanya akan menjadi obat bagi kemarahan. Tetapi kadang-kadang itu bukan pereda marah tetapi hanya sekedar penunda. Setelah lari, balik lagi kantor, marah-marah lagi. Pusing.

Lalu bagaimana cara Kompasianer agar tidak lekas marah-marah di kantor?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun