Sekitar 24 ribu suporter Indonesia yang memenuhi Stadion Gelora Delta Sidoarjo menyanyikan lagu Indonesia Tanah Air Beta dan Padamu Negeri ketika Bagus Kahfi cs berjalan mengelilingi Stadion menyapa mereka. Kebanggaan menjadi bangsa Indonesia terlebur menjadi satu mengiringi keberhasilan Garuda Asia melaju ke final.
Timnas U-16 berhasil melangkah ke final AFF 2018 setelah mengalahkan Malaysia dengan skor tipis 1-0. Gol semata wayang Indonesia dicetak oleh goal getter andalan, Bagus Kahfi pada menit ke-72 melalui tendangan penalti.Â
Hadiah penalti didapatkan setelah akselerasi pemain bernomor punggung 11, Supriadi dihentikan oleh kiper Malaysia, Abdul Alim. Indonesia akan berhadapan dengan Thailand yang di partai lain berhasil mengalahkan Myanmar dengan skor identik, 1-0.
Kemenangan Garuda Asia ini memang patut dirayakan. Alasannya karena Malaysia bukanlah lawan yang mudah dan selalu menyulitkan timnas Indonesia, baik di level senior, U-19 maupun U-16. Di tingkat U-16 ini, dalam empat pertandingan terakhir, Indonesia bahkan mengalami dua kali kekalahan.
Lalu apa kunci yang membuat Indonesia berhasil mengalahkan Malaysia. Paling tidak ada 3 (tiga) alasan sebagai berikut yang dapat diberikan.
Pertama, kesabaran dalam membongkar pertahanan Malaysia.
Jika boleh jujur, Malaysia U-16 tidak semengerikan seperti yang diceritakan oleh media. Bahkan kalau mau dibandingkan, Vietnam ataupun Myanmar terlihat lebih solid dari Malaysia. Malaysia bermain lebih defensif, dan akan membuang bola ke depan sambil mengharap kesalahan pemain belakang Indonesia saat berduel dengan striker mereka.
Menghadapi tim yang bermain super defensif ini, Garuda Asia terlihat sempat kesulitan untuk membongkar pertahanan. Situasi semakin sulit karena kiper Malaysia, Abdul Alim juga tampil prima dan sedikit keberuntungan masih menaungi mereka terutama ketika tendangan Supriadi masih membentur tiang gawang.
Namun dengan sabar Bagus Kahfi cs terus mencari celah untuk menembus pertahanan Malaysia dan tak terlihat frustrasi. Supriadi tidak berhenti bergerak mengganggu dari sisi kanan pertahanan Malaysia sedangkan Andre Oktaviansyah dan David Maulana terus bergerak lincah dari lini tengah dan tentunya Bagus Kahfi tak henti berusaha meneror pertahanan Malaysia.
Sebuah sisi positif yang terlihat bahwa Garuda Asia muda ini, tak gampang menyerah dan putus asa menghadapi kesulitan.
Kedua, kecerdasan pergantian pemain yang dilakukan oleh Fachry Husaini.
Melihat Malaysia semakin lebih dalam bertahan, di awal babak kedua, coach Fachry memilih untuk memasukan striker, Sultan Zico menggantikan penyerang sayap, Fajar Rohman. Posisi Fajar ditempati Bagus Kahfi sedangkan Zico menjadi target man di depan.
Pergantian pemain yang berimbas pada pergantian posisi ini menambah keseagaran terutama di lini serang. Zico langsung menebar ancaman sedangkan Bagus Kahfi terlihat tak canggung bermain dari sisi penyerang sayap kanan. Bahkan kolaborasi kedua pemain ini sangat menyulitkan pemain belakang karena terkadang formasi dengan cepat berubah dari 4-3-3 menjadi 4-4-2.
Kepiawaian Fachry membaca situasi di lapangan dan mengganti pemain menjadi modal berharga bagi Indonesia ketika melawan Thailand nanti. Fachry juga patut bersyukur karena kekuatan pemain inti dan di bench terlihat tak terlalu berbeda jauh sehingga pergantian pemain dapat dilakukan tanpa kekhawatiran dan berjalan efektif.
Ketiga, Garuda Asia dapat bermain secara kolektif atau tak egois.
Pujian seringkali menjadi racun bagi sebuah tim sepak bola. Jika tidak diatur dan dikontrol dengan baik, para pemain akan menjadi haus pujian dan berlomba-lomba menjadi pahlawan. Cirinya, pemain akan terlalu bernafsu mencetak gol dari kaki sendiri tanpa memedulikan permainan tim.
Beruntung, Garuda Asia masih terkontrol dalam hal tersebut. Para pemain tidak terlalu banyak melakukan gerakan individual tetapi masih mau bekerja sama dengan pemain yang lain dan tak egois. Permainan secara kolektif akan otomatis terbentuk ketika para pemain mau bermain secara tim.
Hal ini jelas terlihat ketika Bagus Kahfi yang berpindah bermain sebagai flank di luar posisinya sebagai striker tunggal di depan terlihat cakap memberikan umpan-umpan berbahaya kepada Zico di depan dan para pemain lawannya. Jika kolektivitas dapat terjaga maka kita pantas berharap Garuda Asia akan terbang tinggi di partai final melawan Thailand nanti.
Garuda Asia diharapkan tidak terlalu larut dalam euforia kemenangan, lupa diri dan tidak tampil antiklimaks pada laga puncak nantinya. Koentji kesabaran dan kecerdasan tim pelatih membaca situasi dan kolektivitas tim diharapkan dapat dipertahankan ketika berhadapan dengan Thailand nanti. Jika berhasil, maka optimisme bahwa Garuda Asia akan memberikan kado awal di HUT Kemerdekaan pantas untuk dikemukakan.
Selamat Garuda Asia, jayalah sepak bola Indonesia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H