Mohon tunggu...
Arnold Adoe
Arnold Adoe Mohon Tunggu... Lainnya - Tukang Kayu Setengah Hati

Menikmati Bola, Politik dan Sesekali Wisata

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Misteri Tawa Kalapas Sukamiskin

23 Juli 2018   13:11 Diperbarui: 23 Juli 2018   13:33 1010
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kepala Lapas Wahid Husen ketika ditangkap KPK I Gambar : Kompas.com

***
Gila? Ya, Gila!

Mengapa gila? Pada umumnya esensi dari orang tertawa adalah sebagai bentuk kegembiraan. Tertawa dan tersenyum adalah bahasa universal yang menunjukan kebahagiaan seseorang. Secara ilmiah bisa dijelaskan bahwa orang tertawa karena hasil dari lepasnya dopamin pada otak dan terutama endorfin pada sirkuit-sirkuit kesenangan pada otak. 

Hal dilakukan sebagai respons psikologis terhadap humor dan tindakan untuk membagi perasaan tertentu.

Artinya, Wahid gembira ketemu KPK? Wah, ada-ada saja.

Namun sebagai informasi tambahan, selain diakibatkan humor yang dirasakan, orang bisa tertawa sebagai ekspresi lega setelah menghadapi keadaan ekstrem atau berbahaya. Selain itu, tawa bisa juga tercipta secara spontan seseorang berkumpul dengan orang lain. Ini merupakan respons otak untuk membagi perasaan aman dan nyaman juga untuk mempererat ikatan antar individu dalam kelompok.

Wahid ketawa karena mendapat kelegaaan dan merasa nyaman saat diperiksa? Ah, tidak mungkin.

***

Jika kita tidak bisa menemukan alasan yang paling tepat dari tawa seseorang maka bisa dikatakan orang tersebut sedang mengalami sakit jiwa.

Mengapa? Karena hanya orang sakit jiwalah yang tertawa tanpa alasan yang rasional. 

Orang yang sakit jiwa memang dapat tertawa, tetapi bukan karena dipengaruhi situasi di sekitarnya, tetapi karena halusinasi di dalam pikirannya.

Halusinasi menjelaskan tentang keadaan dimana seseorang dengan sadar memperoleh persepsi tanpa adanya rangsangan terhadap panca indera. Selain itu, Halusinasi dibentuk sebagai persepsi yang kuat atas suatu objek atau peristiwa yang sebenarnya tidak ada.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun