Mohon tunggu...
Arnold Adoe
Arnold Adoe Mohon Tunggu... Lainnya - Tukang Kayu Setengah Hati

Menikmati Bola, Politik dan Sesekali Wisata

Selanjutnya

Tutup

Olahraga Pilihan

Di Balik Gelar Wimbledon Novak Djokovic

16 Juli 2018   16:32 Diperbarui: 16 Juli 2018   16:43 879
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Djokovic, Jelena dan Stefan I Gambar :WWOS.Nine

Sambil memegang piala Wimbledon, Djokovic melepaskan pandang ke dua sosok di pinggir lapangan, Jelena dan Stefan Istri dan putra kecilnya. Penantian dahaga gelar Grand Slam selama dua tahun terpuaskan di Wimbledon, turnamen paling bersejarah dan prestisius. Di Wimbledon, Stefan untuk pertama kalinya meneriakan "ayah,ayah" untuk Djokovic. 

Hampir bersamaan dengan gelaran Final Piala Dunia 2018 di Rusia, di Inggris, turnamen yang dianggap paling prestisius di cabang olahraga tenis juga mempertandingkan babak final, Wimbledon.

Di lapangan rumput All England Lawn Tennis Club, petenis asal Serbia, Novak Djokovic bertanding melawan Kevin Anderson, petenis asal Afrika Selatan. Kedua pemain yang menang secara dramatis atas lawan-lawanya di final dalam pertandingan lima set kali ini bermain lebih cepat.

Djokovic mengalahkan Anderson yang terlihat sangat lelah setelah selama turnamen berlangsung telah bermain hingga 21 jam.  Djokovic mengalahkan Anderson yang terkenal dengan servis kerasnya, tiga set langsung, 6-2, 6-2, 7-6 (7-3). 

Kemenangan Djokovic di turnamen tenis tertua di dunia yang dipertandingkan sejak tahun 1887 ini menyisakan cerita menarik. Setelah mengangkat piala, secara emosional Djokovic mengatakan sesuatu yang sangat memotivasi dirinya hingga menjadi juara.

"Kemenangan ini terasa mengagumkan karena untuk kali pertama dalam hidup, saya memiliki seseorang yang meneriakkan kata 'ayah-ayah'," kata Djokovic setelah pertandingan. Setelah itu ia berlari dan menggendong putra kecilnya, Stefan, di satu tangan dan tangan lainnya menggenggam trofi piala Wimbledon keempat sepanjang karirnya.

Gelar piala dan kebahagiaan ini memang terasa istimewa karena sebagai petenis papan atas sudah dua tahun tidak pernah mencicipi gelar Grand Slam. Gelar ini seperti pembuktian bahwa seorang Djokovic masih mampu bersaing di level atas petenis dunia.

Hal ini dikarenakan, Dojokovic kerap sekali dikritik saat nihil gelar dan dianggap tak termotivasi lagi untuk bermain tenis. Bahkan mantan pelatih Djokovic, Boris Becker sendiri yang mengatakan demikian di medio 2016.

"Dia fokus pada prioritas di luar lapangan, dia ingin menghabiskan lebih banyak waktu dengan keluarganya, dia punya ketertarikan pada hal yang lain," ujar Becker.

Pelatih yang melatih Djokovic sejak tahun 2013 hingga Desember 2016 itu seperti menyalahkan keluarga sebagai alasan prestasi menurun dari Djokovic. "Motivasinya menurun dan Dia seperti tidak tahu apalagi target besarnya." tambah Becker.

Sepeninggal Becker yang mungkin "tak tahan" lagi dengan Djokovic yang dianggap lebih peduli dengan keluarga, Djokovic terus berganti pelatih. Mulai dari Andre Aggasi, Radek Stepanek dan akhirnya memilih kembali Marian Vajda sebagai pelatih di Wimbledon.

Persoalan motivasi dan cedera secara bergantian mendera Djokovic, hanya Marian Vajda terus yakin bahwa Djokovic bisa meraih prestasi di Wimbledon. Di lain sisi, Djokovic yang berusia 32 tahun pasti terus membatin bahwa suatu saat dia masih bisa berprestasi sembari terus menjaga waktu berkualitasnya bersama sang istri, Jelena Rostic dan Stefan. Djokovic tak mau istri tercinta dan Stefan disalahkan karena menurunnya prestasi.

Untuk membuktikan hal itu bukanlah hal yang mudah di Wimbledon. Lawan-lawan tangguh harus dihadapi Djokovic dan puncaknya adalah menghadapi Rafael Nadal di semifinal. Bertanding melawan rival klasiknya tersebut, Djokovic harus memeras keringat hingga lima set. Djokovic unggul, 6-4, 3-6, 7-6(9), 3-6, 10-8 atas Nadal.

Djokovic dan Vajda I Gambar :tennisworldusa
Djokovic dan Vajda I Gambar :tennisworldusa
Keunggulan atas Nadal memantik optimisme bagi pihak Djokovic terutama sang pelatih, Vajda.

"Saya tidak mengira, dia dapat melakukannya" kata Vajda. "Tapi dia mampu meraihnya. Saya kira, Djokovic tidak siap untuk Wimbledon. Apalagi bermain di Grand Slam, dibutuhkan stamina dan kebugaran. Tapi Djokovic memulai sesuatunya dengan sangat bagus." ujar Vajda.

Vajda bukanlah pelatih yang mempermasalahkan faktor motivasi Djokovic yang terganggu karena kehadiran Stefan. Bagi Vadja, prestasi di lapangan sederhana, soal kebugaran, stamina dan mental. Selebih itu, adalah urusan pribadi sang petenis.

Djokovic nyaman dengan hal ini. Kehadiran Stefan yang sekarang berusia 3 tahun di lapangan melengkapi kebahagiaannya. Saat laga, Stefan tak diperbolehkan untuk masuk karena begitulah aturannya. Tetapi saat seremoni kemenangan dan penyerahan trofi, Stefan kecil diijinkan masuk ke arena, meski harus di bawah pengawasan sang ibu, Jelena.

Senyum Djokovic kali ini terlihat lebih bahagia dari sebelumnya dengan kehadiran Stefan. Jikalau tenis adalah simbol dai kebahagiaan maka Djokovic sekarang sedang merenda kebahagiaan itu. Keluarga kecilnya mampu memotivasinya dan dengan cara yang benar Djokovic mampu menjadikan kehadiran keluarganya sebagai energi baru untuk kembali berprestasi.

Jika hal ini terus terjadi, lawan-lawan Djokovic perlu waspada karena Djokovic telah lahir kembali dengan kehadiran Jelena dan putra tercintanya, Stefan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun