Namun kisah pilu mewarnai kedekatan mereka. Ketika Kroasia mendeklarasikan kemerdekaannya, dengan bantuan tentara Yugoslavia dan relawan nasionalis dari Serbia, orang Serbia merebut daerah dimana Modric dan sang kakek tinggal. Dalam situasi perang tersebut, pada tanggal 18 Desember 1991, Luka Modric senior yang sedang menggembalakan ternak di sebuah bukit dibunuh secara dingin.
Saat itu, Modric masih berusia enam tahun. Karena keadaan semakin mengecam, Stipe dan Radojka membawa Modric kecil mengungsi dan menginap cukup lama di penginapan sederhana di kota Zadar.
Selalu ada hal baik di balik peristiwa yang menyedihkan. Bakat Modric ditemukan ketika Modric kecil yang lugu sedang bermain sepak bola di depan penginapan. "Ada anak lelaki yang biasa menendang bola di sekitar tempat parkir penginapan sepanjang hari," kata salah seorang pelatih di klub lokal NK Zadar, Josip Bajlo.
 "Dia kurus dan sangat kecil untuk usianya, tetapi kamu bisa langsung tahu bahwa dia memiliki sesuatu yang istimewa di dalam dirinya. Namun, tidak seorang pun dari kita dapat bermimpi bahwa suatu hari dia akan tumbuh menjadi pemain dia sekarang." ujar Josip yang menemukan bakat Modric.
Di usia tujuh tahun, Modric langsung ditawarkan untuk sekolah dasar dan mendaftar di akademi olah raga milik NK Zadar. Di tempat ini Modric dibimbing oleh Tomislav Basic, pelatih pertama Modric ketika belajar di NK Zadar. Modric bahagia, namun keadaan di sekitarnya bahkan bertambah parah.
"Kami belajar dengan rasa takut, itulah yang paling saya ingat. Ribuan granat, ditembakkan dari bukit-bukit di sekitarnya, jatuh di lapangan pelatihan pada tahun-tahun itu, dan kami selalu berlomba untuk mencapai tempat perlindungan. Â " cerita Basic, mengenai masa kelam saat perang.
"Sepak bola adalah pelarian kami dari kenyataan." pungkas Basic.
Modric Sering Ditolak Tapi Tak Berhenti Mengejar Mimpi
Sepak bola membawa Modric kecil untuk terus mengejar mimpinya. Di usia 12 tahun, Modric mendapat kesempatan untuk ikut seleksi di klub yang sangat dia idolakan, Hadjuk Split. Modric sangat senang dan bangga. Sayang, akhirnya Modric gagal karena dinilai memiliki ukuran tubuh yang terlalu kecil dan lemah secara fisik.
Sebagai remaja, Modric jelas kecewa dan ingin berhenti bermain sepak bola. Namun Tomislav Basic terus meyakinkan Modric agar jangan menyerah. Basic yang seperti ayah kedua bagi Modric bahkan mencari cara untuk Modrid agar mendapat kesempatan ikut seleksi di klub rival, Hadjuk Split yaitu Dinamo Zagreb.