Mohon tunggu...
Arnold Adoe
Arnold Adoe Mohon Tunggu... Lainnya - Tukang Kayu Setengah Hati

Menikmati Bola, Politik dan Sesekali Wisata

Selanjutnya

Tutup

Bola Artikel Utama

Jerman Mengutuk Diri Sendiri di Kazan Arena

28 Juni 2018   00:41 Diperbarui: 28 Juni 2018   03:31 2792
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Thomas Mueller terlihat tak kuat menahan tangisnya. Mueller mencoba melihat ke arah pendukung Jerman, namun dia tak mampu. Tangannya seperti ingin meminta maaf untuk apa yang telah terjadi, namun dia tahu itu sia-sia.  Jerman takluk 0-2 dari Korsel dan harus pulang dari Rusia.

Aroma kutukan di sepak bola khususnya Piala Dunia kembali terasa setelah Jerman secara mengejutkan takluk dari Meksiko, 0-1 di pertandingan awal grup F Piala Dunia 2018 Rusia. 

Baunya bahkan menyengat  karena bukan satu kutukan malahan dua kutukan yang bersinggungan langsung dengan Jerman.

Pertama, juara bertahan Piala Dunia akan tampil buruh di piala dunia berikutnya. Prancis gagal lolos dari fase grup Piala Dunia 2002 setelah juara di Piala Dunia 1998. 

Italia usai juara Piala Dunia 2006 hanya menjadi juru kunci pada Piala Dunia 2010 di grup lemah yang diisi Paraguay, Slovakia, dan Selandia Baru. Terakhir, Spanyol yang juara Piala Dunia 2010 gagal lolos dari fase grup di Piala Dunia 2014.

Kedua, kutukan juara Piala Konfederasi.  Sejak pertama kali digelar, juara Piala Konfederasi tidak pernah bisa menjadi juara di Piala Dunia. Brasil yang juara Piala Konfederasi pada tahun 1997, 2005, 2009, dan 2013 tak mampu menjadi juara Piala Dunia 1998, 2006, 2010, dan 2014. Lalu Perancis yang gagal juara di Piala Dunia 2002. Jerman menjadi juara Piala Konfederasi pada tahun 2017 lalu.

Namun catatan kutukan ini rasanya akan pecah sesudah Jerman mampu tampil heroik dengan mengalahkan Swedia di partai kedua. Tendangan bebas Toni Kroos yang mematikan sanggup membawa Jerman mengungguli Swedia, 2-1. Jerman menjadi percaya diri dan yakin mampu memecahkan kutukan tersebut.

Penggemar der Panzer tentu memiliki modal lebih untuk  merasa yakin, karena Jerman telah mampu memecahkan kutukan lain sesudah menjuarai Piala Dunia 2014 lalu di Brasil. 

Kutukan itu berbunyi  negara dari Benua Eropa tidak akan bisa menjuarai Piala Dunia jika Piala Dunia digelar di Benua Amerika (Utara dan Selatan). Jerman mampu melakukannya.

Terbukti, sebelum pertandingan menentukan melawan Korsel, pelatih Joachim Loew sendiri tahu, bukan kutukan yang mengatur nasib mereka tetapi mereka sendirilah yang menjadi penentu

"Kami harus menang dengan keunggulan dua gol. Situasi ini sejatinya bergantung kepada performa kami. Kami harus mengerahkan segalanya dengan cara kami sendiri," kata Joachim Loew.

Loew tentu saja optimis sesudah kemenangan atas Swedia, apalagi rekor mereka ketika menghadapi Korsel sangat baik. Korsel selalu kalah  atas Jerman di dua pertemuan mereka di Piala Dunia. 

Kemenangan Jerman dicatatkan di Piala Dunia 1994 dan  di Piala Dunia 2002 saat Korsel yang menjadi tuan rumahnya.

Jerman optimis, Korsel sebaliknya. Pelatih Korsel Shin Tae-Yong bahkan lebih sibuk untuk memberikan argumentasi alasan atas kegagalan tim mereka sesudah pulan dari Piala Dunia kali ini. 

"Kami harus berpikir bagaimana kami bisa memperbaiki Liga kami dan bekerja dengan para pemain muda," ujar Tae-Yong.

***

Rekor dan optimisme itu harus tertunduk malu ketika pada kenyataannya Jerman harus takluk dari Korsel, 0-2 di pertandingan terakhir grup. Di Kazan Arena,  di depan 41.835 penonton, Jerman terlihat  tak berdaya. 

Dua gol telat dari Korsel Young-Gwon Kim dan Heung-Min Son membuat pendukung Jerman terdiam di sisa tambahan waktu yang mencapai 9 menit. Diwarnai Manuel Neuer yang turut membantu serangan dan meninggalkan gawangnya kosong, akhirnya sang juara bertahan, Jerman harus tersingkir.

Mario Gomez tak percaya Jerman tersingkir I Gambar : Guardian
Mario Gomez tak percaya Jerman tersingkir I Gambar : Guardian
Apakah ini karena hantu bernama kutukan? Saya tidak setuju, saya lebih setuju menyebutnya bahwa Jerman mengutuk mereka sendiri.

Mengapa demikian? Ada dua hal yang dapat dikemukakan untuk menegaskan bahwa memang Jerman bermain tidak untuk menang, tetapi mengundang kutukan itu datang menghampiri.

Pertama, kesalahan dengan menurunkan pemain "gagal" di laga penentuan.

Sebelum laga ini, Loew yang optimis bakal menang mengagungkan tentang alternatif pemain yang dimiliki. Selain Boateng yang terkena kartu merah saat melawan Swedia sehingga tak bisa turun, para pemain lain terlihat siap secara fisik. Namun, Loew  seharusnya lebih tepat menentukan pemain yang siap secara mental juga.

Ketika mengalami kekalahan melawan Meksiko ada tiga pemain yang disorot karena tampil amatlah buruk atau tidak mengesankan sama sekali. Ketiga pemain tersebut adalah Mesut Ozil, Sami Khedira dan Matt Hummels.

Jika Hummels terlihat tak mampu mengcover serangan balik Meksiko, apalagi terjatuh saat proses gol Meksiko, maka Ozil dan Khedira membuat lini tengah seperti antara ada dan tiada. Ozil yang seharusnya menjadi playmaker, seperti bermain tanpa gairah dengan assist yang terlalu banyak tak tepat sasaran.

Gilanya, Loew berani kembali menurunkan pemain-pemain ini. Meski, Hummels masih bisa ditoleransi karena ketiadaan Boateng. Tetapi Ozil dan Khedira? Bukannya masih ada Ilkay Gundogan dan Mueller dan Draxler di bangku cadangan?

Hasilnya, aliran bola Jerman sering mati dan arah serangan mereka mudah dibaca. Enam tendangan mengarah ke gawang terlalu sedikit untuk sebuah tim yang menginginkan kemenangan, dan akhirnya dihukum Korsel di injury time babak kedua dengan kedua gol mereka.

Kedua, formasi yang membingungkan para pemain.

Loew sepertinya ingin memainkan 4-2-3-1 di laga ini, tetapi tidak berjalan sama sekali. Jerman yang seharusnya lebih dinamis dengan pergerakan sayap mereka, seperti lumpuh di kedua sisi yang ditempati oleh Reus dan Goretzka.

Leon Goretzka yang baru pertama kali  diturunkan sebagai starter terlihat mengalami kesulitan di posisi yang sebenarnya tak fasih dia mainkan. Goretzka lebih fasih bermain di belakang striker, namun karena Loew memainkan Ozil, maka Goretzka sering terlihat bingung bergerak mendukung permainan tim.

Padahal sebenarnya Loew punya pilihan yang lebih siap untuk bermain di bench, yaitu Julian Brandt atau Thomas Mueller. Diherankan karena di pertandingan sepenting ini, Loew masih ingin melakukan trial and error, akhirnya error sendiri.

Berkaca pada kemenangan atas Swedia, seharusnya Jerman bisa lebih ofensif dengan 4-4-2 atau 4-2-4, apalagi Korsel memang bermain lebih dalam bertahan sejak awal pertandingan. 

Mario Gomez dapat dimainkan lebih awal untuk menambah daya serang karena Timo Werner terlihat masih gagap bermain di Piala Dunia pertamanya.

Lini tengah terlihat malas, lini depan terlihat kebingungan. Di babak kedua, Loew baru sadar ada yang salah dan berubah dengan memasukan Mario Gomez, Thomas Mueller dan Julian Brandt, formasinya pun berubah menjadi 4-2-4, namun semuanya sudah terlambat.

Kesalahan fatal yang membuat Jerman harus pulang dan menjadi juru kunci di bawah Korsel dalam klasemen akhir grup. Saya yakin bahwa sesudah ini Joachim Loew akan segera dipecat, Jerman butuh pelatih baru dan juga regenerasi pemain di setiap lini. Lupakan sudah generasi Ozil, Mueller, Boateng bahkan Manuel Neuer, mulailah dengan generasi baru.

Kegagalan memang menyakitkan, namun mendorong untuk perubahan lebih baik.

Kekalahan ini membuat skenario di grup F berubah total. Di laga lain, Meksiko juga secara mengejutkan dikalahkan Swedia 0-3. Swedia menjadi juara grup dan Meksiko menjadi runner-up. Skenario besar yang memprediksi bahwa Jerman akan bertemu Brasil jika berhasil lolos pun harus buyar. Jika juara di grup E, Brasil "hanya" akan menghadapi Meksiko.

Piala Dunia kehilangan sang juara bertahan, Jerman dan dipercaya akan semakin menarik dengan kejutan-kejutan yang tak terduga. Terus nikmati Piala Dunia 2018 dan jangan nonton bola tanpa Kacang Garuda.

Salam

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun