Mohon tunggu...
Arnold Adoe
Arnold Adoe Mohon Tunggu... Lainnya - Tukang Kayu Setengah Hati

Menikmati Bola, Politik dan Sesekali Wisata

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Argentina, Mengharap Matahari Mei di Akhir Juni

26 Juni 2018   12:12 Diperbarui: 26 Juni 2018   12:52 1121
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Argentina harus kompak I Gambar : Skysports

Argentina berada di ujung tanduk. Pertandingan terakhir di grup D melawan Nigeria menjadi penentuan, apakah La Albiceleste akan lebih lama di Rusia atau harus pulang terlebih dahulu. Tabungan satu poin dari dua laga di Piala Dunia 2018 terlalu sedikit untuk membuat Argentina nyaman melakoni partai terakhir ini.  

Satu poin didapat dari hasil imbang, 1-1, melawan Eslandia, lalu setelah hancur lebur di tangan  Kroasia dengan kalah 0-3, membuat Argentina berada di dalam kesuraman menyongsong laga terakhir.

Kemenangan atas Nigeria tak serta merta dapat membuat mereka lolos karena jika Eslandia juga menang atas Kroasia, maka selisih gol menjadi penentu bagi kelolosan mereka ke babak 16 besar. Kekalahan telak tiga gol membuat Argentina menjadi sulit karena Eslandia unggul memasukan dan kemasukan.

Masalah juga menjadi tidak mudah karena Nigeria juga mengincar hasil bagus melawan Argentina. Pasukan yang dilatih Gernot Rohr ini hanya butuh hasil imbang jika ingin lolos ke babak 16 besar. Rohr bahkan sudah memberikan warning bahwa akan mati-matian di laga terakhir ini.

"Kami bermain untuk memperjuangkan nasib Nigeria dan kami tahu kalau di sepak bola itu tidak ada ampunan bagi tim yang bermain tidak maksimal. Semua tim ingin meraih kemenangan." ujar Rohr.

***

Terjebak dalam situasi ini bisa dikatakan memalukan bagi tim seperti Argentina. Sebagai finalis Piala Dunia 2014 dan diperkuat  sederet pemain bintang seperti Sergio Aguero, Angel Di Maria, Paulo Dybala, Gonzalo Higuain dan tentunya Lionel Messi, seharusnya mereka  tidak berada dalam situasi tersudutkan dan seperti salah dianggap ini. Meskipun nama Argentina lahir dari kesalahanggapan. 

Ketika penjelajah Eropa datang ke tanah mereka pada abad ke-16, mereka melihat suku asli Indian setempat memakai perhiasan perak sehingga tanah itu disebut "Argentum" yang berarti "tanah perak". Padahal perak itu berasal dari Peru, ribuan kilometer jauhnya dari Argentina. Meski tak memiliki banyak logam mulia, tetapi Argentina adalah tanah yang diperebutkan karena sangat subur. 

Argentina memang sangat makmur, namun sangat kering pencapaian di Piala Dunia 2018 ini.

Oleh karena itu, Argentina memerlukan sebuah pembuktian.  Saat ini mereka nampak seperti tanah yang belum dijamah peradaban baru di dunia sepak bola, padahal sosok dari tanah mereka  lahyang mewarnai dunia sepak bola dalam dekade ini. Bukan saja Lionel Messi tetapi juga Diego Armando Maradona. Sosok terakhir tertangkap kamera menangis setelah La Albiceleste dihajar Kroasia.

Argentina itu Ibarat penjajah dunia sepak bola melalui talenta-talenta hebat yang mereka hasilkan namun saat ini sebaliknya mereka seperti dijajah dengan situasi tak lolos seperti ini, Argentina harus merdeka dan bebas dari situasi "penjajahan" seperti ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun