Melihat sejarah terwujudnya mahakarya ini, maka sedikit banyak kita dapat melihat kemiripannya dengan perjalanan Timnas sepak bola Panama sendiri, mungkin karena itulah timnas sepak bola dijuluki dengan nama Los Canaleros atau The Canal Man.
Terusan Panama adalah sebuah mimpi yang menjadi kenyataan sedangkan tampilnya Panama sendiri juga adalah sebuah kenyataan dari mimpi rakyat atau negara yang bermotto Pro Mundi Benefico yang berarti  Untuk kepentingan dunia.
Untuk pertama kalinya sepanjang sejarah, Panama lolos ke Piala Dunia. Jika Terusan Panama melewati lebih dari 300 tahun maka Timnas Panama harus menunggu sebelas kali kualifikasi atau sekitar 40 tahun untuk sampai ke Rusia.
Meski cukup baik dalam prestasi di kontinental sendiri seperti pernah menjadi juara Copa Centro Amerika pada Tahun 2009, Â dan peringkat dua Concacaf Gold Cup (2005 dan 2013), tim berperingkat ke-55 FIFA ini perlu menunggu berganti generasi dahulu baru sukses melaju ke putaran final Piala Dunia.
Perlu juga berbagai pengorbanan dan kesabaran penantian untuk sampai ke titik ini. Pengorbanan untuk mau tanahnya dikelola oleh pemerintah AS menjadi salah satunya karena merupakan kompensasi karena AS telah membantu Panama lepas dari penjajahan Kolombia.
Ironisnya, untuk sampai ke Rusia, Panama harus rela untuk tidak terlalu terbawa memori politis dan masa lalu itu, karena untuk lolos ke putaran final, Panama harus menyingkirkan AS dalam persaingan di zona Concacaf. Dalam partai terakhir, Panama berhasil mengalahkan Kosta Rika, sedangkan AS yang hanya butuh hasil imbang malah dikalahkan oleh Trinidad Tobago. Panama bergembira, pilu di Amerika.
Jika soal penantian, Â Panama adalah inspirasi. Â Skuad Panama diisi oleh pemain-pemain yang penuh dengan keyakinan bahwa mereka suatu saat akan lolos ke Piala Dunia, entah kapan. Pilar-pilar mereka adalah para pemain senior yang berjuang dengan keringat dan air mata sampai di titik ini. Pemain-pemain yang langsung diangkat oleh Presiden Juan Carlos Varela sebagai pahlawan nasional dan menjadikan libur nasional di hari kelolosan mereka tersebut. Â Â
Sebut saja pemain relatif tua seperti Luis Tejada dan Blaz Perez yang telah berusia 37 tahun, kiper Jaime Panedo (36 thaun) dan sang kapten sekaligus motor di lini belakang, Roman Torres. Khusus untuk Tejada dan Perez, kedua pemain ini adalah andalan Panama di lini depan sekaligus menjadi pencetak gol terbanyak bagi Panama sepanjang sejarah dengan 43 gol.
Dario Gomez hanya kalah dari nama-nama seperti Henri Michels, Bora Milutinovic dan Carlos Parreira sebagai mantan pelatih yang mampu membawa lebih dari tiga negara berlaga di putaran Final Piala Dunia.
Para pemain senior dan pelatih Dario Gomez tentu akan mengusahakan yang terbaik dalam penampilan mereka di Rusia ini dengan mengusung motivasi bahwa ini bisa saja menjadi putaran final Piala Dunia terakhir mereka. Motivasi ini bisa membuat Panama tampil penuh kejutan di grup berisi Belgia, Inggris dan Tunisia ini.